Bantahan

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

ketika cinta harus memilih

KETIKA CINTA HARUS MEMILIH Begitulah judul Muhadhoroh dari Ustadzuna Abu Nashim Mukhtar حفظه الله تعالى yang Dilaksanakan di Ma'had Dzunnurain Parung Bogor Jawa Barat,iya terkadang cinta seseorang harus memilih, antara cinta kepada Dunia atau mendahulukan cinta kepada Allah, terkadang seorang harus memilih Cinta terhadap Pekerjaan dengan Cinta terhadap seruan Allah تعالى ,itulah cinta yang suatu saat harus memilih antara dua Keadaan. >.> Download Audio Kajian "Ketika Cinta Harus Memilih" (via Telegram) Beliau membawakan Hadits Nabi Dari Sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه , diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: "ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما......" "Tiga keadaan apabila ada seseorang maka ia akan merasakan manisnya Iman: "Allah dan Rosul-Nya lebih ia sangat cintai dari selain keduanya...." Mungkin judul di atas merupakan kesimpulan dari Hadits Ini,iya memang Pada satu kesempatan terkadang Cinta seseorang harus memilih tergantung iman yang ada pada hamba tersebut. Ada yang salah dengan judul diatas? Jawabannya tidak ada yang salah,selama judul tersebut tak bertentangan dengan Syariat islam boleh-boleh saja, karena asal dari satu judul merupakan satu kebiasaan dan satu kebiasaan merupakan perkara yang Mubah. Syaikhunaa Abbas Jaunah حفظه الله تعالى ,beliau menyebutkan kaidah ini di banyak pertemuan diantara yang beliau sampaikan dalam bentuk tanya jawab: "Apa hukumnya memakai cincin Tunangan bagi sepasang pengantin yang akan menikah"? Para murid beliau menjawab: " Tidak boleh wahai Syaikh,karena sering sekali padanya ada keyakinan agar cinta semakin erat diantara mereka"? "Kalau tanpa keyakinan ini bagaimana?" Tanya Syaikh Para santri pun terdiam. Beliaupun menjawab: "Hal ini tidaklah mengapa karena meskipun ini bukan berasal dari Islam namun sudah menjadi kebiasaan kaum Muslimin,selama tidak ada keyakinan padanya hal tersebut hukumnya boleh,karena kaidah menyebutkan الأصل في العادة الإباحة Asal dari Adat kebiasaan adalah  Mubah". Nah judul dari Muhadhoroh diatas tak perlu dipermasalahkan kawan,dengan anggapan Ini kebiasaan judul dipakai Hizbiyyah,judul ini  dipakai di agama Katolik,ini dipakai di Sinetron....bla..bla... Hakikat dari sesuatulah yang menjadi barometer dari satu perkara,selama tak menyelisihi Syariat dan bukan menjadi satu sifat kebiasaan atau satu pengenal pada golongan atau firqoh tertentu maka tidak mengapa,mari bijak dalam berargumen. Aden 22-Mei-2023/2-Dzulqodah-1444H https://t.me/Rihlahsyabab
setahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

bantahan syubhat ikhwaniyyah

BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH ✍🏻__ Al-Ustadz Muhammad as-Sewed hafizhahullah  .🚇BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH [1] ▶️ Ta'awun wa Ta'adzur Diantara kaedah ikhwaniyyah adalah: { نَتَعَاوَنُ فِيمَا اتَّفَقْنَا عَلَيْهِ وَيَعْذُرُ بَعْضُنَا بَعْضاً فِيمَا اخْتَلَفْنَا فِيهِ } Nata'aawan fii mattafaqna 'alaih, wa ya'dzur ba'dhuna ba'dhan fii makhtalafna fiih. “Kita bekerjasama pada apa yang kita sepakati dan kita saling memaklumi pada apa yang kita berbeda.” [ ※ ] Mereka menerapkannya secara mutlak, sehingga penyimpangan sebesar apapun akan mereka maklumi dan mereka hormati. [ ※ ] Menasehati dianggap memusuhi, mengingkari kemungkaran dianggap memecah belah, memperingatkan dari kezhaliman dianggap menebar fitnah. ((🔥)) Sungguh ini bukan hikmah Ahlussunnah, tetapi syubhat ikhwaniyyah. 📮••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net 🚇BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH [2] ▶️ Antara Da'i dan Politikus Ikhwanul Muslimin terbentuk sebagai partai di Mesir. [ ※ ] Maka da'i-da'i mereka berfungsi sebagai juru kampanye mengajak orang untuk mendukung partainya. Mengajak orang untuk memilih tokohnya. Dan tidak lupa mereka akan menjatuhkan rival yang menyainginya. — Jika mereka melihat aib atau kekurangan saingannya, mereka gembira. Seakan mereka mendapatkan peluru yang bisa mereka pakai untuk menjatuhkan lawannya. — Dengan peluru-peluru tersebut mereka mengancam lawannya: “Kami punya kartu kalian” atau “Aib kalian ada dikantong kami” atau “Kami punya rapot merah kalian” dst, agar lawannya takut dan kemudian mau mengadakan 'Bargaining Politik'. = = = = // ••• // = = = = ((🔥)) Berbeda dengan seorang Da'i Ahlus Sunnah. — Mereka menjadi cermin bagi saudaranya, menunjukkan aib dan kekurangan tersebut pada yang bersangkutan secara langsung, tidak ditunda, tidak didata, tidak pula dibuka. — Karena tujuannya adalah agar saudaranya menjadi baik, agar segera bertaubat dan memperbaiki diri. { المؤمن مرآة أخيه. إذا رأى فيه عيباً أصلحه. } “Seorang Mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.” [Hasan — Ash-Shahihah, 6/923. Abu Daud, 40. Adabul Mufrad, 49 Bab an-Nashihah] 📮••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net 🚇BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH [3] ▶️ At-Tajassus Untuk mencapai tujuan di atas (menjatuhkan lawan politik-), Ikhwanul Muslimin selalu mencari-cari kesalahan orang yang dianggap menyainginya. [ ※ ] Mereka susupkan dasa'is di setiap komunitas, mereka pasang cctv di setiap grup WA, Telegram dan sejenisnya. [ ※ ] Mereka menghubungi orang-orang dekatnya mencari informasi. Apa yang dilakukan di rumahnya? Bagaimana dengan isterinya? Bagaimana dengan anak-anaknya? Apa saja kegiatannya? Ke mana saja perginya? ((🔥)) Itulah yang namanya at-tajassus, upaya mencari-cari aib dan kesalahan orang lain. = = = = // ••• // = = = = Sangat berbeda dengan sikap Ahlus Sunnah yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Allah berfirman: { ... وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا } “Janganlah kalian mencari-cari aib orang lain. Dan jangan saling berghibah (menceritakan aib) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain.” [QS. Al-Hujuraat, 12] Nabi [ﷺ] bersabda: { ... وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، ... وَلاَتَبَاغَضُوا، وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا } “... Dan janganlah menyelidiki orang lain, jangan kalian mencari-cari aib orang lain ... Dan jangan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” [HR Bukhari dan Muslim] ((🔥)) Jika syubhat ikhwaniyyah seperti ini ada di tengah Ahlus Sunnah ... akan hancur ukhuwwah. 📮••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net 🚇BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH [4] HIZBIYYAH IKHWANIYYAH Hizbiyyah seperti partai politik. Mementingkan kuantitas tidak memperhatikan kualitas. Ukuran keberhasilan hanya pada jumlah pengikutnya Ukuran kebenaran hanya pada hizbnya. Siapa yang setia terhadap syaikhnya dan hizbnya, dia hamba yang shalih. Siapa yang mengkritiknya, dialah musuh yang harus disingkirkan. Persaudaraan hanya di atas hizb atau syaikhnya. Pembelaan terhadap syaikhnya lebih penting dari pembelaan terhadap agamnya Inilah yang dinamakan Hizbiyyah Ikhwaniyyah. Berkata Ibnul Qoyyim dalam Nuniyyahnya (ketika membantah kaum Sufi) والله لو خالفت ناص رسوله.. نصا صريحا واضح التبيان وتبعت قول شيخم او غيرهم... كنت المحقق صاحب العرفان Demi Allah, kalaupun engkau menyelisihi ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, menyelisihi dalil yang sangat jelas. Namun engkau mengikuti syaikh mereka atau sejenisnya. Niscaya engkau merupakan teman yang layak mendapat kebaikan (Al Kaafiyah As Syaafiyah 158) 📮••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net 🚇BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH [5] KHURUJ 'ALAL HUKKAM Bermula dengan kata-kata Berakhir dengan senjata "Penguasa dzhalim", "penguasa tidak bijaksana", "penguasa berkhianat menjual negara", "penguasa ditekan", "penguasa tidak tegas", "penguasa tidak mampu", "penguasa... penguasa... dst" Selanjutnya mereka merasa lebih layak mengatur negara. Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah: نحن نعلم علم اليقين بمقتض طبيعة الحال أنه لايمكن خروج بالسيف إلا وقد سبقه خروج باللسان و القول "Kami mengetahui dengan yakin sesuai dengan kenyataan yang terjadi, bahwa tidak mungkin terjadi pemberontakan dengan pedang/ senjata, kecuali setelah didahului pemberontakan dengan lisan dan ucapan" (Fatawa Ulama Al Akabir hal 94 melalui Lamuddur Al Manshur hal 62) Bahaya Khuruj 'alal Hukkam [※] Khuruj 'alal hukkam walaupun dengan lisan sangat berbahaya sekali; — Akan membawa pertikaian, kemudian perpecahan, kemudian pemberontakan dan pertumpahan darah, kemudian hancurlah sebuah negara. [※] Sebaliknya mentaati penguasa pada perkara yang ma'ruuf, tidak menjatuhkan kewibaan mereka;  — Akan membawa kebaikan, persatuan dan ketenteraman. Berkata Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah: { وَفِي الْحَدِيثِ وُجُوبُ طَاعَةِ وُلَاةِ الْأُمُورِ، وَهِيَ مُقَيَّدَةٌ بِغَيْرِ الْأَمْرِ بِالْمَعْصِيَةِ، وَالْحِكْمَةُ فِي الْأَمْرِ بِطَاعَتِهِمْ: الْمُحَافَظَةُ عَلَى اتِّفَاقِ الْكَلِمَةِ، لِمَا فِي الْاِفْتِرَاقِ مِنَ الْفَسَادِ. } “... Di dalamnya terdapat dalil wajibnya menaati penguasa, dengan syarat dalam perkara yang bukan maksiat. Adapun hikmah dari perintah untuk menaati penguasa adalah terjaganya persatuan kaum muslimin. Sebab, dalam perpecahan terdapat (banyak) kerusakan.” [Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 13/112] 📮••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH [6] KECAP NO.1 Karena dakwah IM adalah dakwah partai maka isinya adalah kampanye: Mengajak manusia untuk bergabung dengan partainya. Bisa ditebak. Mereka akan mengangkat partainya tinggi-tinggi. "Kecap kami kecap nomor satu" dan seterusnya. Seperti pada nyanyian anasyid mereka : إن الإخوان صرخ كل ما فيه حسن  لا تسألاني من بناه إله الينا حسن "Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin punya seruan. Yang seluruh apa yang ada di dalamnya baik. Jangan tanya aku siapa yang mendirikannya. Sungguh yang mendirikannya adalah Hasan Al Banna" Sedangkan dakwah salafiyyah bukan kampanye. Tidak mengajak pada pribadi ataupun organisasi. Tetapi mengajak kepada Allah subhanahu wa ta'ala وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ  (فصلت : ٣٣) "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh seraya berkata : "Sesungguhnya aku  termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS. Fushshilat : 33) Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tentang ayat ini "... Padanya ada peringatan untuk ikhlas. Karena kebanyakan orang yang mengajak kepada kebenaran, ternyata mengajak kepada diri pribadinya sendiri... " (Fathul Majid bab Ad du'aa ila Syahadat an Laa Ilaaha Illallah Hal 108) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH [7] MARHALAH TANFIDZIYYAH IM memiliki beberapa tahapan dalam dakwahnya : Pertama : Ta'arif (propoganda) Kedua : Takwin (pembentukan) Ketiga : Tanfidz (penerapan) Pada tahapan Tanfidz para kader mulai digunakan: diperintah, dikomando, dan dimanfaatkan. Dalam marhalah inilah biasanya para kader dibai'at (sumpah setia). Atau menandatangani surat perjanjian kesetiaan. Inilah ujung dari tujuan dakwah ikhwaniyyah sedangkan tujuan Dakwah Ahlus Sunnah adalah mendidik, memperingatkan dan menyebarkan ilmu. Bukan menguasai dan memperbudak mad'u. فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ * لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ "Maka berilah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyal seorang pemberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka" (QS. Al Ghasyiyah 21-22) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 8 HUBBUR RIYASAH Karena tujuan IM adalah politik. Menginginkan kekuasaan dengan cara bid'ah mereka : "Jihad Politik". Maka sudah jelas mereka akan mencari kedudukan ditingkat manapun. Akhirnya Hubbur Riyasah (ambisi kepempinan) menjadi watak dan sifat mereka. Menawarkan diri, memuji diri sendiri, 'ujub dan bangga diri, bersandiwara (sebaga pencitraan), menjatuhkan rival, menjegal kawan, tajassus untuk menjatuhkan "lawan", senang dan bangga ketika ditokohkan dan seterusnya.... Semua itu menjadi hal biasa bagi mereka. Semoga Allah merahmati seorang da'i yang sederhana, tawadhu', dan tidak mengingkan ketenaran. طوبى لعبدٍ أخذ بعنان فرسه في سبيل الله، أشعث رأسه، مُغبرة قدماه، إن كان في الحراسة كان في الحراسة، وإن كان في الساقة كان في الساقة، إن استأذن لم يُؤذن له، وإن شفع لم يُشفع "...Beruntunglah hamba yang memegang tali kekang kudanya fii sabilillah. Rambutnya kusut, kakinya berdebu. Jika ia ditugaskan berjaga-jaga maka ia benar-benar menjaga. Jika ia ditempatkan dibarisan belakang maka ia benar-benar barisan belakang. Jika ia meminta izin, tidak akan diberi izin. Jika ia memberikan rekomendasi, maka rekomendasinya tidak dianggap" (HR. Bukhari) Berkata Ibnul Jauzi : "Maknanya orang tersebut tidak dikenal dan tidak menginginkan ketinggian..." (Fathul Baary 6/177) Berkata Ibnu Hajar : "Padanya ada perintah untuk meninggalkan sikap Hubbur Riyasah, ingin terkenal dan keutamaan tawadhu', tidak dikenal..." (Fathul Baary 6/177) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 9 SIRRIYYAH IKHWANIYYAH IM Berusaha menyembunyikan Tandzim organisasi mereka. Menyembunyikan data pribadi mereka. Menyamarkan situs-situs mereka dan lain-lain dengan berbagai macam kedustaan. Kemudian mereka mulai mengunting-gunting identitas sunnah. Menampilkan seakan-akan bukan milik ahlus sunnah. Semuanya dengan alasan sirriyyah (kerahasiaan dakwah). Ya... menyembunyikan identitas pribadi kadang diperbolehkan, karena sesuatu kekhawatiran. Namun menyembunyikan manhaj dan prinsip? Menggunting sunnah? menghilangkan identitas salafiyyah? Itu jelas tidak mungkin. Apakah kita harus berpura-pura menjadi hizbi? Lantas apa yang mau didakwahkan? Itu bukan metode dakwah Sunniyyah, tetapi Sirriyyah Ikhwaniyyah. Berkata Umar bin Abdul Aiz : إذ رأيت قوما يتناجون بأمر (في أمر دينهم) دون عامتهم فهم على تأسيس الضلالة Jika engkau melihat satu kaum sembunyi-sembunyi dalam satu urusan (urusan agama mereka) dari kerumunan manusia. Maka ketahuilah bahwa mereka sedang membangun kesesatan. (Ad Darimi 107, Al Lalikai 251, Al Hilyah 5/338, Jami' al Ilm 412, Melalui Lammud Durril Mantsur hal 239) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 10 FIQHUL WAQI' Dulu IM mengistilahkan dengan "tsaqafah islamiyyah", kemudian Abdurrahman Abdul Khaliq mengistilahkan dengan "Al Ashriyyah". Dilanjutkan dengan Sururiyyah dengan istilah "Fiqhul Waqi'". Syubhatnya tetap sama. Menggambarkan betapa pentingnya mempelajari berita politik Islam atau mempelajari sutuasi dan kondisi Islam terkini... Walaupun kadang diperlukan... Namun manakah situs berita yang bisa dipercaya? Juga apakah Fiqhul Waqi' lebih diperlukan daripada Fiqhul Aqidah, Fiqhus Sunnah atau Fiqhus Syari'ah? Haruskah kita mendidik anak-anak kita untuk tatabbu' al akhbar? Haruskah kita sibuk dengan membuat situs berita, yang jelas isinya bukan dari kita? Mencomot berita dari sana-sini tanpa tahu siapa perawinya? Mencounter berita wartawan dengan berita dari wartawan pula? Mengajarkan para pembaca untuk membuka situs Ahlul Ahwa? Sungguh itu bukan rudud ilmiyyah tapi itu adalah Syubhat Ikhwaniyyah. BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 11 AT TALAWWUN Karena mereka ingin diterima di semua golongan. Karena mereka ingin mengambil simpati dari semua pihak. Mereka menyamarkan pemahaman agama mereka. Berubah sesuai hajat dan tempat. Di sini dia sunni di sana dia hizbi. Di sini haram di sana halal. Untuk kalangan khusus tidak boleh, untuk kalangan umum boleh. Di hadapan Ahlus Sunnah tegas dan jelas. Ternyata di belakang mereka -dengan menyamarkan identitas- bebas tak kenal batas. Sungguh inilah hakikat at Talawwun.... Ketika Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu 'anhu hampir wafat, datanglah kepadanya Abu Mas'ud al Anshari kemudian berkata "Berikanlah kepadaku wasiat". Maka beliaupun berkata أولم يأتك اليقين . إن الضلالة حق الضلالة أن تعرف ما كنت تنكر، وتنكر ما كنت تعرفه وإياك والتلون في دين الله، فإن دين الله واحد "Belumkah datang kepadamu keyakinan? Sesungguhnya kesesatan yang benar-benar kesesatan adalah engkau mengagggap baik apa yang tadinya engkau anggap buruk, dan engkau menganggap buruk apa yang tadinya engkau anggap baik. Hati-hatilah engkau dari sikap talawwun (berwarna-warni) dalam agama Allah ini. Karena sesungguhnya agama Allah itu satu". (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 16657, Makarimal Akhlaq 276, Musnad al Harits 470, Al Lalikaai 120, Al Ihkam libni Hazm 5/81, Al Hujjaj fi Bayanil Mahajjah 1/303 melalui Lammud Durril Mantsuur Hal 129) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 12 AL MUDAHANAH Mudahanah adalah berbasa-basi kepada Ahlul Ahwa dengan mengorbankan agama. Karena tujuan klasik mereka : "menyatukan semua pemahaman dalam satu golongan" Maka mereka siap bermudahanah dengan siapapun dengan aliran apapun, dengan mengorbankan Sunnah, bahkan Aqidah. Yel-yel mereka : "Kami berdiri di atas semua golongan", "Mereka juga punya kebaikan" atau "Mereka juga berjasa". Allah subhanahu wa ta'ala berfirman (وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ (القلم : ٩ "Maka mereka menginginkan supaya kamu bermudahanah dengan mereka, lalu merekapun bermudahanah kepadamu" (QS. Al Qalam : 9) Itu samasekali bukan bijaksana, tetapi mudahanah yang membawa bencana. BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 13 MASLAHATUD DAKWAH Seakan IM punya Thaghut tersendiri yang bisa mengubah yang halal menjadi haram dan yang haram menjadi halal. Yaitu apa yang mereka namakan dengan "Maslhatud Dakwah" Sunnah ditinggalkan. Tauhid dibelakangkan. Yang wajib ditinggalkan. Yang haram dikerjakan. Identitas sunnah dihilangkan. Kesan fasik ditonjolkan... dan seterusnya. Semua itu dengan alasan "Demi Maslahatud Dakwah". Apalagi kalau ternyata bukan untuk kepentingan dakwah namun hanya untuk kepentingan sang da'i secara pribadi atau mengejar popularitas diri. Berkata Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah : "Maka jangan sekali-kali kamu tinggalkan kewajiban karena maslahatud dakwah. Karena Allah lebih cemburu terhadap agama-Nya. Jangan mengerjakan yang haram karena maslhatud dakwah. Jangan potong jenggotmu, jangan pakai pantalon, jangan pakai dasi karena maslahatud dakwah. Jangan masuk sistem demokrasi karena maslahatud dakwah. Jangan ikut pasukan (tertentu) karena maslahatud dakwah... Dan begitulah... Maslhatud Dakwah pada hari ini seperti berhala yang disembah. Allah lebih cemburu terhadap agama-Nya daripada kita semua" (dari audio beliau -rahimahullah) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 14 MELEGALKAN KEDUSTAAN Karena mereka selalu menanamkan kepada pengikutnya, bahwa mereka dalam situasi perang. Maka kedustaan menjadi pegangan. Mereka berkata "perang adalah tipu daya". Akhirnya merekapun melegalkan kedustaan. Untuk menutupi jati dirinya (sirriyyah) mereka berdusta, Untuk menjatuhkan lawan mereka berdusta. Untuk mendapatkan kedudukan mereka berdusta. Untuk maslahatud dakwah -katanya-, mereka berdusta. Untuk bisa merangkul semua pihak, agar mendapatkan suara terbanyak, juga mereka berdusta. Hanya saja mereka menamakannya dengan nama lain, yaitu "bebas politis". Apakah yang demikian bisa dikatakan dakwah? Tentu tidak. Dakwah Islam dibangun di atas kejujuran. Ditanya syaikh Shalih al Fauzan : Bolehkah berdusta untuk kepentingan dakwah (Maslahatud Dakwah)? Beliau menjawab : "Tidak... tidak boleh berdusta. Dakwah dibangun di atas kejujuran. Kedustaan tidak akan membawa kebaikan. (Dari potongan audio beliau) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 15 MENGGIRING OPINI Karena dakwah mereka politis. Karena jihad mereka memperbanyak suara. Maka perang opini menjadi solusi. Bukan dalil, bukan ta'lil, bukan pula hujjah ilmiyyah yang mereka bawa. Tetapi menggiring opini untuk mendapatkan dukungan suara. Untuk tujuan tersebut, mereka akan menggunakan semua media : brosur, buletin, situs internet, spanduk, umbul-umbul, SMS berantai, kemudian mengerahkan semua kadernya untuk demonstrasi dan unjuk rasa. "Sungguh niat kami baik","Tujuan kami baik", "Kami berjuang..." "Kami melindungi...", "Kami berjihad...", "Kami berupaya...", "Kami terpaksa...", "Kami...kami...dst" Tentunya di samping tujuan dan niat, perlu dilihat bagaimana cara yang mereka pakai? Bagaimana berjuang? Bagaimana berjihad? Bagaimana mencapai tujuan? Bagaimana melindungi? إن الله لا ينظر إلى أجسامكم، ولا إلى صواركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم. روه مسلم "Sesungguhnya Allah tidak melihat jasad dan rupa kalian, namun Dia melihat hati dan amalan kalian". (HR. Muslim) Maka tidak cukup niat yang baik dalam hati. Namun amalan juga harus baik, sesuai dengan sunnah. Bukan dengan ghuluw dan kedzaliman. Tetapi karena cara yang mereka pakai menyelisihi sunnah. Kalau dibahas secara ilmiyyah akan jelas siapa yang salah. Maka merekapun hanya bisa menggiring opini dan menarik simpati. BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 16 MENCELA PARA PEMBELA ILMU Ketika mereka tidak mampu membantah hujah para pembawa ilmu, maka mereka memakai cara klasik musuh-musuh agama. Yaitu menjatuhkan kehormatan para pembawanya. IM menjuluki ulama sebagai Ulama Waroki, hanya sibuk dengan kertas (maksudnya kitab-kitab). Tokoh IM Kuwait menyebut para ulama sebagai Thaburul Muhannathin, atau barisan para mumi, jasad mereka bersama kita, tetapi pikirannya masa lalu. Atau menyebut sebagai ulama haid dan nifas. Atau seperti Haddady mengaggap jumhur ulama terkena pemahaman Murji'ah. Atau menganggap mereka semua tidak mengerti Fiqhul Waqi'. Atau menganggap mereka tidak memiliki manhaj yang jelas. Atau.... Demikianlah keadaan mereka, padahal Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda : "Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Siapa yang berkata manusia telah binasa, maka dialah yang paling binasa (HR. Muslim dalam bab al Birr was Shilah ma'as Syarhin Nawawi 16/391) Berkata An Nawawi rahimahullah : "Sepakat para ulama bahwa cercaan ini bagi orang yang mengucapkannya dengan maksud merendahkan manusia meremehkan mereka dan mengangkat dirinya di atas mereka serta menganggap jelek keadaan mereka" (Syarah Shahih Muslim 16/391) Berkata Al Khattabi Maknanya : seseorang yang selalu mencerca manusia , menyebut aib-aib mereka. Kemudian berkata : manusia telah rusak, manusia telah binasa... dst. Maka dialah yang paling binasa. Paling jelek keadaannya. Karena dosa yang menimpanya dalam mencerca mereka. Dan seringkali membawa kepada ujub dan bangga diri... (melaluli nukilan Imam Nawawi dalam sumber yang sama) BANTAHAN SYUBHAT IKHWANIYYAH 17 DAI IKHWANI ADALAH POLITIKUS MAKIR Karena memang terbentuknya IM sebagai partai politik. Karena tujuannya hanya memperbanya pengikut. Maka tidak aneh kalau kader-kader dainya menjadi politikus makir. Bahasa yang dipakai bahasa politis. Sikapnya palsu, hanya berpura-pura. Menyembunyikan ambisi dengan basa-basi. Pertanyaan-pertanyaannya menjebak. Menginginkan "sesuatu" bukan yang ditanyakan. Mencari ketergelinciran lidah lawan. Jawaban-jawabannya selalu bercabang dan berputar-putar. Selalu membuat kaidah-kaidah baru yang tidak dipahami lawan bicara. Membuat rencana, menyusun cerita, membawa berita dan bersandiwara... Semuanya hanya untuk satu kata "PILIH SAYA". Apakah ini yang disebut pandai ber "ISTIDAL?" Capek... Sungguh kami benci dai politik. Sesungguhnya dakwah ini sederhana. Kita hanya disuruh menyampaikan ilmu dengan jelas, apa adanya. وَمَا عَلَيْنَآ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ "Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas" (QS. Yasin : 17) ______________ Sumber tulisan : Status WA Ustadz Muhammad Umar As Sewed hafizhahullah
4 tahun yang lalu
baca 14 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

beribadah di rumah saat terjadi wabah

BERIBADAH DI RUMAH SAAT TERJADI WABAH Berdasarkan himbauan Pemerintah yang mempertimbangkan seluruh aspek dan dampaknya terkait pencegahan sebaran virus corona lebih meluas, maka sebagai warga negara yang baik tidak ada alasan untuk mengatakan tidak dalam merealisasikan himbauan-himbauan tersebut. Ahlus Sunnah wal Jama’ah memegang teguh prinsip as sam’u wat tho’ah (mendengar dan taat) kepada pemerintah, apalagi untuk kemaslahatan umat dan kepentingan orang banyak. Ulama telah menerbitkan fatwa yang sejalan, selaras dan saling menguatkan dengan himbauan-himbauan pemerintah tersebut, antara lain beribadah di rumah, termasuk shalat jum’at dan shalat berjama’ah. Shalat lima waktu dikerjakan di rumah, sedangkan shalat jum’at maka diganti dengan shalat zhuhur 4 rakaat di rumah. Ada beberapa hal yang bersifat pertanyaan dan cukup mengganjal di hati, bahkan sampai muncul kerancuan, bagaimanakah sebenarnya? Kerancuan Pertama Ketika pecah perang, ada rasa takut muncul, rasa takut tersebut nyata dan realita, shalat jamaah tidak lantas gugur. Kenapa shalat jamaah gugur hanya karena kekhawatiran virus corona yang masih bersifat kemungkinan ? Jawaban : Justru wabah virus corona lebih nyata! Dalam perang musuh dapat terlihat, sedangkan virus corona tidak terlihat Ketika perang, posisi musuh dapat diperkirakan dan diperhitungkan, sementara virus corona susah ditebak. Wabah virus corona bukan lagi sebuah kekhawatiran tanpa alasan, korban meninggal dunia telah banyak berjatuhan. Orang Dalam Pengawasan (ODP) , Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan status suspect pun meningkat tajam. Banyak negara telah menerapkan lockdown (isolasi wilayah), sehingga wabah virus corona adalah sesuatu yang nyata. Terkait praktek shalat khauf (shalat di saat pecah perang), ada juga opsi shalat sendiri-sendiri, tidak berjama’ah ketika situasi tidak memungkinkan. Al-Hafizh Ibnu Katsir (Tafsir 2/398) telah mengulas : ”Praktek shalat khauf itu banyak caranya, terkadang arah musuh dari arah kiblat, bisa juga dari arah berlawanan kiblat. Shalat itu sendiri ada yang 4 rakaat, 3 rakaat seperti Maghrib, 2 rakaat semacam Shubuh dan shalat musafir. Kadang-kadang ditegakkan secara berjamaah. Saat perang berkecamuk kadang-kadang mereka tidak bisa melaksanakan shalat berjama’ah, maka shalatlah sendiri-sendiri, menghadap ke arah kiblat maupun tidak ke arah kiblat” Kerancuan kedua Wabah virus corona terjadi karena dosa-dosa hamba, kenapa justru meninggalkan shalat jum’at dan shalat jama’ah? Jawaban : Benar! Apapun yang terjadi pada diri kita dikarenakan dosa-dosa kita sendiri. Oleh sebab itu kita diperintahkan untuk banyak-banyak bertaubat dan beristighfar. Apakah taubat dan istighfar itu tidak bisa dilakukan di rumah ? Apakah taubat dan istighfar itu harus dikerjakan di masjid ? Dalam kondisi semacam ini, yaitu shalat dikerjakan di rumah justru semakin membantu untuk semangat taubat dan istighfar, kenapa ? Bagi yang cinta masjid, untuk yang senang berjamaah di masjid, dengan shalat di rumah terasa berat dan susah di hatinya. Ia bisa menghayati betapa efek buruk dan dampak negatif dari dosa-dosa itu sangat menakutkan Beberapa kondisi Syariat Islam memberikan rukhsah (keringanan). Sementara Rasulullah memerintahkan supaya kita melaksanakan rukhsah tersebut, beliau bersabda : هُوَ صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللَّهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا رُخصَتَهُ Artinya : “Itu adalah sedekah yang Allah sedekahkan untuk kalian, terimalah keringanan yang Allah berikan” Hadits Umar bin Khatab dishahihkan Al Albani dalam At Ta’liqaatul Hisan 2729 BERIBADAH DI RUMAH SAAT TERJADI WABAH (Bagian #2) Shalat berjama’ah di masjid disepakati sebagai amalan yang memiliki keutamaan besar. Sebagian ulama mengatakan hukumnya sunnah muakkadah, dan sebagian yang lainnya menegaskan bahwa hukumnya wajib. Namun ulama juga menjelaskan adanya udzur (alasan-alasan syar’i) yang membolehkan pelaksanaannya di rumah, antara lain ketika tersebarnya wabah penyakit. Al Mardaawi Al Hanbali (Al Inshaf 4/464) menjelaskan : ”Ada udzur untuk meninggalkan shalat jum’at dan shalat jama’ah bagi orang sakit, tidak ada perselisihan dalam hal ini. Ada udzur juga untuk tidak ikut shalat jum’at dan shalat jama’ah karena khawatir tertular penyakit” Kerancuan ketiga Kita beriman kepada qadha dan qadar. Oleh sebab itu, kita tidak boleh meninggalkan kewajiban karena kekhawatiran terhadap wabah penyakit. Jawaban : Beriman kepada qadha dan qadar tidak menafikan ikhtiar, berusaha malah menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari beriman kepada qadha dan qadar Orang sakit misalkan, Ia diperintahkan untuk berobat, bahkan Rasulullah pernah ditanya : ”Wahai Rasulullah, apakah kami boleh berobat ketika sakit?”. Beliau menjawab : ”Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah! Sungguh, tidaklah Allah turunkan satu penyakit melainkan Allah turunkan obatnya, kecuali satu jenis penyakit” Beliau maksudkan adalah penyakit tua, penyakit yang tidak dapat diobati. (HR Bukhari dalam Adabul Mufrad dan dishahihkan Al Albani) Adapun keterangan yang menjelaskan secara khusus terkait wabah penyakit adalah ketika kita membaca riwayat khalifah Umar bin Khatab yang disebutkan oleh Bukhari (5729) Muslim (2219) : Beliau bersama rombongan sedang menuju Syam, di tengah perjalanan, ada informasi bahwa wabah penyakit tha’un sedang menjangkit di negeri Syam. Khalifah Umar lalu meminta pendapat kaum muhajirin, sahabat Anshar dan sesepuh-sesepuh Quraisy. Setelah mendengar berbagai pendapat, Khalifah Umar memutuskan untuk pulang, tidak melanjutkan perjalanan Abu Ubaidah bin al-Jarrah bertanya, “Apakah untuk menghindari takdir Allah?” Khalifah Umar menjawab, “Kalau saja bukan engkau yang mengatakan itu, wahai Abu Ubaidah (tentu aku tidak akan heran –pen.). Ya, kita lari dari satu takdir Allah menuju takdir Allah yang lain Apa pendapatmu seandainya engkau mempunyai seekor unta yang turun di sebuah lembah yang memiliki dua lereng, salah satunya subur dan yang kedua tandus. Jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, bukankah engkau menggembalakannya dengan takdir Allah? Begitu pun sebaliknya. Kalau engkau menggembalakannya di tempat yang tandus, bukankah engkau menggembalakannya juga dengan takdir Allah?” Dengan demikian, usaha yang dilakukan dengan membatasi kontak fisik dengan orang banyak pun termasuk taqdir yang kita jalani, termasuk tidak shalat jamaah dan tidak shalat jum’at. Kerancuan keempat Rasulullah telah menjelaskannya cara penanganan saat wabah penyakit tersebar yaitu dengan karantina, namun beliau tidak pernah mengajarkan umatnya untuk meninggalkan shalat Jum’at dan shalat jama’ah akibat wabah virus. Jawaban : Jangan karena tidak ada keterangan eksplisit, lantas disimpulkan demikian! Bimbingan Rasulullah adalah menerapkan sistem isolasi dan konsep karantina. Apa tujuannya? Mencegah penyebaran wabah. Jika di suatu daerah sudah dipastikan wabah penyakit telah masuk, bukankah bimbingan Rasulullah untuk isolasi harus dilakukan? Isolasi itu termasuk isolasi individu dengan tetap tinggal di rumah. Cobalah berlapang dada dengan menyimak fatwa-fatwa ulama yang menjabarkan keterangan Rasulullah. Fatwa-fatwa ulama menunjukkan bahwa shalat jum’at dan shalat jama’ah dapat ditinggalkan ketika wabah penyakit menyebar. Baca Juga : Kisah Umar bin Khaththab Saat Memasuki Wilayah Wabah InsyaAllah Bersambung… Sumber : .https://www.inifaktabukanfitnah.com/menjawab-kerancuan-beribadah-di-rumah-saat-terjadi-wabah/
4 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

pengakuan mantan jamaah tabligh

PENGAKUAN MANTAN JAMA’AH TABLIGH Beberapa mantan Jama’ah Tabligh dan para Ulama’ lainnya yang telah memahami dgn benar tentang JT ini telah sepakat atas sesatnya JT. Berikut ini kita ikuti penjelasan beliau, semoga kita dikaruniakan pemahaman yang benar oleh Allah ﷻ agar dapat menyikapi dengan benar: Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh 1. Asy Syaikh Sarda Muhammad Al Bakistani Beliau berkata : “Inilah pengalamanku selama 10 tahun bersama JT. Sungguh JT dan Ulama’nya taklid buta terhadap Imam Abu Hanifah dan berlebihan terhadapnya, bahwa semua yang keluar dari Ulama’nya JT selalu dibawa (ditafsirkan) kepada kebaikan, walaupun sudah jelas bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sementara semua ucapan setiap orang yang bukan dari JT maka ucapan itu dianggap kedustaan dan mengada-ada." JT telah membedakan antara dunia dengan agama (sekuler). JT mengimani 4 tokoh thariqah Sufi yaitu : Al-Jistiyah, An-Naqsyabandiyah, Al-Qadariyah, dan As-Sahrawiyah. Orang JT meyakini bahwa seorang yang meninggal dunia dan belum berbai’at kepada salah satu dari thariqah ini maka matinya mati jahiliyah. "Orang-orang JT lebih mencintai Syaikh-syaikh mereka di atas kecintaannya kepada Rasulullah ﷺ lebih takut kepada murka Syaikh mereka daripada kemurkaan Allah ﷻ dan Rasul-Nya." "Orang JT meyakini bahwa Aqidah yang dibawa Rasulullah ﷺ adalah kesyirikan, sedangkan aqidah yang ada pada Syaikh-syaikh mereka Ad-Duyubandiyah dari JT itulah keimanan dan Islam. Syari’at itu ada yang datang dari Rasulullah ﷺ dan ada pula yang datang dari Syaikhnya JT." 2. Asy-Syaikh Abdurrohim Syah Ad-Duyubandi "Beliau telah melalui waktu yang panjang bersama pendiri JT, yaitu Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi dan putra Muhammad Ilyas, yaitu Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi. Beliau berkata : “Sesungguhnya keadaan JT ini harus kita sampaikan kepada umat karena sesungguhnya mereka itu adalah para da’i yang belum sampai kepada derajat da’i. Mereka memulai kegiatan dengan latihan berbicara di depan muslimin. Padahal kita dapati manusia tidak berani berbicara masalah kedokteran jika mereka belum menguasai ilmunya, tetapi JT ini sangat menganggap enteng (remeh) dalam urusan agama, walaupun belum mengerti apa-apa. Mengapa mereka (orang-orang JT) begitu beraninya? Karena keyakinan mereka, barangsiapa yang telah khuruj dua kali atau tiga kali, jangan ditanya lagi tentang ketinggian derajat mereka, para Ulama di hadapan mereka tidak ada apa-apanya.” 3. Asy-Syaikh Ihtisyamul Hasan Al-Kandahlawi Ad Duyubandi Beliau adalah suami saudari Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi (saudara Ipar). Beliau bukan hanya sebagai Mantan Amir JT, tetapi sudah menjadi Khalifah JT pada kurun pertama. Beliau dalam waktu yang lama memimpin JT bersama Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi. Beliau berkata : “Sesungguhnya dakwah yang muncul dari markas Nizhamuddin Delhi bukan dakwah Ilmu dan Fiqih yang mencocoki Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka wajib bagi seluruh Masyayaikh yang telah menegakkan dakwah dan tabligh agar mencocoki thariqahnya Salafush Shalih dan Ulama’ yang benar.” 4. Asy Syaikh Saifurrohman bin Ahmad Ad Dahlawi Beliau berkata : "Sungguh benar orang yang mengatakan bahwa Yahudinya umat Islam adalah Syi’ah, sedangkan Yahudinya Ahlussunnah adalah orang yang taklid buta kepada Hanafi seperti JT, yang mereka menjadi penolong-penolong kejahilan dan taklid. Mereka adalah para penyembah tokoh-tokoh mereka dan mereka mengagungkan tokoh-tokoh mereka. Mereka telah menyuburkan kebid’ahan di dalam kaum muslimin. Mereka mewajibkan kepada muslimin suatu perkara yang tidak diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka telah membuat syari’at dengan suatu syari’at yang tidak disyari’atkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya." Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang mencintai ahli bid’ah sungguh dia telah menolong menghancurkan Islam.” Beliau ﷺ juga bersabda : “Sesungguhnya Allah ﷻ menahan taubat bagi ahli bid’ah.” (Shahih Al Jami’ush Shoghir) 5. Asy-Syaikh Taqiyuddin Al Hilaly rahimahullah Beliau mempersaksikan JT dengan mengatakan : “Telah muncul di abad ke-14 ini di negeri-negeri kaum muslimin, mulai dari timur sampai barat, gerakan dakwah yang pelakunya menampakkan keikhlasan, sabar, menahan beban di dalam berdakwah. Mereka kerahkan seluruh jiwa dan raga untuk pelaksanaan dakwah, yaitu dakwahnya suatu (Jama’ah Tabligh). Mereka meletakkan 6 rukun sebagai dasar pondasi dakwah mereka (gerakan dakwah mereka disebut khuruj). Khuruj bagi JT merupakan pondasi dasar dakwah mereka (artinya JT tidak akan berkembang tanpa khuruj, pent). Kedudukan khuruj ini seperti 2 kalimat syahadat di kalangan ahli istiqamah." Barangsiapa yang mau menerima dan menyibukkan diri dengan khuruj, mereka akan dicintai dan dimulyakan dan dimintakan ampun (oleh orang-orang JT). Adapun yang tidak mau khuruj dengan JT, walaupun orang tersebut telah melaksanakan seluruh kewajiban, fardlu-fardlu, dan sunnah-sunnah. Dengan khuruj ini, ukuran bagi orang-orang JT untuk mencintai dan membenci (memusuhi) seseorang. Sungguh dakwah JT ini telah menimbulkan bahaya besar di kalangan muslimin, baik bahaya dunia maupun akhirat, diantaranya yaitu : Berbagai bid’ah dan perselisihan terhadap sunnah Nabi. Melalaikan kewajiban terhadap keluarga (anak, istri, saudara, dan orang tua), dengan tidak menunaikan hak-hak mereka. Telah memalingkan para penuntut ilmu yang bermanfaat, baik ilmu dunia maupun agama. (karena selalu diajak khuruj, pent) Terbengkalainya pekerjaan (karena selalu khuruj). Berapa banyak terjadi pertengkaran dan perpisahan antara orang tua dengan anaknya, antara suami dengan istrinya. Hanya kepada Allah kami mengeluhkan, kemudian kepada manusia atas bahaya kerusakan dan penyesatan besar yang ditimbulkan dari gerakan dakwahya JT ini. Maka wajib hukumnya bagi kaum muslimin yang memiliki sedikit ilmu untuk mengurangi kerusakan dan kejelekan yang diakibatkan gerakan dakwah JT ini dengan cara menjelaskan kepada muslimin kesesatan dan penyesatan JT sebagai pengamalan firman Allah ﷻ : “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqoroh : 159-160) Dari sini kita dapat membuktikan secara jelas bahwa JT itu bukanlah ahli dakwah yang menyeru kepada al haq, tetapi merupakan gerakan dakwah yang menyeru kepada thariqah pendiri JT, yaitu Muhammad Ilyas Al Kandahlawi di Nidzamuddin Delhi di India sebagaimana ini merupakan sifat dari semua kelompok sempalan yang menyeru kepada pendiri kelompok mereka. Hal ini berbeda dengan prinsip dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang senantiasa menyeru kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman As-Salafus Shalih. Wallahu a’lam bish shawab KESIMPULAN Sekiranya buku kecil ini dapat mencukupi bagi para pembaca sekalian untuk menjadikan cara atau alasan mewaspadai diri-diri kita, keluarga kita, dan saudara-saudara kita dari pergerakan ajaran Brahma dan Budha yang dimasukkan ke dalam Islam oleh orang-orang Kelompok Jama'ah Tabligh. Mengikuti ajaran sesat sangatlah berbahaya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kepada saudara-saudaraku sekalian kaum muslimin, hendaknya ekstra hati-hati, ekstra waspada, jangan tertipu oleh kesopanan, keramahan, kelembutan, kekhusyu’an shalat mereka, kesabaran dan keteguhan mereka, dan kesantunan berbagai lipstik indah lainnya karena di balik semua itu penuh bahaya kekufuran, kesyirikan, dan kesesatan. Kepada para ta’mir masjid, hendaknya tidak mengizinkan rombongan Jama'ah Tabligh untuk menempati masjidnya, karena kalau memberi izin kepada mereka berarti membuka pintu bagi Tabligh untuk menyebarkan virus kesesatan Jama’ah Tabligh kepada Jama’ahnya. Selain itu juga merupakan lampu hijau bagi Tabligh untuk menularkan virus kesesatan mereka kepada masyarakat sekitar masjid, di samping aktivitas mereka selama di masjid yang dapat mengotori masjid. Para ta’mir bertanggung jawab dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala atas amanahnya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melindungi diri kita dan keluarga kita dari kelompok firqah Tabligh. Amiinn…..Wallalhu a’lam bish shawwab PENUTUP Harapan besar dari penerbitan buku kecil ini adalah sebagai nasihat . kepada saudara-saudara kami yang menjadi pengikut JT agar segera menyadari dan segera bertaubat mengambil pelajaran karena takut kepada Allah ﷻ, karena hanya orang yang takut kepada Allah ﷻ yang bisa mengambil pelajaran dan peringatan. Allah berfirman : “Orang-orang yang takut kepada Allah akan mendapat pelajaran.” (QS. Al A’laa: 10) Adapun orang yang binasa akan berpaling dari nasihat dan peringatan, Allah ﷻ berfirman : “Dan orang-orang yang celaka akan menjauhinya, (yaitu) orang akan memasuki api yang besar (neraka).” (QS. Al-A’laa: 11-12) Dan telah banyak muslimin yang sempat terjerumus di dalam kesesatan JT ini, kemudian mereka kembali kepada jalan yang benar, yaitu thariqah (jalan) yang telah ditempuh oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat yang mereka telah di ridhai oleh Allah ﷻ. Allah berfirman : “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah : 100) Dengan tidak mengurangi dan menambah dari thoriqoh yang telah dinyatakan sempurna oleh Allah , Allah ﷻ berfirman : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu." (QS. Al Ma’idah : 3) Semoga buku ini ditulis semata-mata mendorong untuk saling menasihati dalam kebaikan, ikhlas karena mengharap wajah Allah subhanahu wa ta’ala, bersih dari hasad dan dengki. Karena sudah jelas dikalangan muslimin berdasarkan dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur’an dan As-Sunnah bahwa setiap perkara baru yang diada-adakan di dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan di neraka. Segala khilaf dan salah dalam buku ini adalah semata-mata dari penulis. Dan penulis bertaubat serta berlepas diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala baik di dunia ini maupun di akhirat kelak dan segala kebenaran yang terdapat dalam buku ini semata-mata dari Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menyelamatkan kita dari setiap kesesatan di dunia ini dan menyelamatkan dari siksa-Nya di neraka. Amiinn… SUMBER : Buku “Jama’ah Tabligh : Kenyataan & Pengakuan” Penyusun : Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar Al Atsary Cetakan : Pertama Jumadil Akhir 1430 H Mei 2010 M Penerbit : Hikmah Ahlus Sunnah Telegram : https://t.me/karkuntablightobat SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh
5 tahun yang lalu
baca 9 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jamaah tabligh, antara kenyataan dan pengakuan

KELOMPOK JAMA’AH TABLIGH : ANTARA KENYATAAN &. PENGAKUAN MUQODDIMAH Segala puji hanya milik Allah Robb semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, kita memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, meminta ampun kepada-Nya, dan bertaubat kepada-Nya. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kita dan keburukan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Saya bersaksi, bahwa tidak ada sesembahan yang hak disembah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam beserta keluarga dan para shahabatnya serta orang-orang yang teguh menempuh jalan mereka dan mengikuti petunjuk mereka dengan baik hingga datangnya hari pembalasan. Waba’du… Jama’ah Tabligh tentu bukan nama yang asing lagi bagi masyarakat kita, terlebih bagi mereka yang menggeluti dunia dakwah. Dengan menghindari ilmu-ilmu fiqh dan aqidah yang sering dituding sebagai 'biang pemecah belah umat', membuat dakwah mereka sangat populer dan mudah diterima masyarakat berbagai lapisan. Bahkan saking populernya, bila ada seseorang yang berpenampilan mirip mereka atau kebetulan mempunyai ciri-ciri yang sama dengan mereka, biasanya akan ditanya; ”Mas, Jama’ah Tabligh, ya?” atau “Mas, Karkun, ya?” Yang lebih tragis jika ada yang berpenampilan serupa meski bukan dari kalangan mereka, kemudian langsung dihukumi sebagai Jama’ah Tabligh. Pro dan kontra tentang mereka pun meruak. Lalu bagaimanakah hakikat jama’ah yang berkiblat ke India ini? Kajian kita kali ini adalah jawabannya. Jama’ah Tabligh. Siapa yang tak kenal kelompok ini. Ciri mereka mudah dikenali. Pakaian gamis/jubah, kepala bersorban, mata bercelak. Berpenampilan zuhud, berjalan ke sana kemari, ada yang menenteng kompor, ada pula yang berjalan telanjang kaki. Mengajak orang-orang ke masjid.  Dan seringnya bergerombol di masjid, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya untuk mengajak orang shalat. Sepintas banyak orang terpesona dengan tampang dan keramahan mereka dan tidak sedikit kaum muslimin yang menyambut ajaran mereka. Namun, Islam tidak hanya sekedar pakaian atau aksesoris murah semisal celak mata. Islam juga tidak hanya tampilan fisik, seperti berjenggot atau kening yang menghitam. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, universal. Maka salah jika dikatakan bahwa aksi teror, zikir berjama’ah, demonstrasi, dan tindakan-tindakan anarkis lainnya adalah bagian dari ajaran Islam. Begitu juga Jama’ah Tabligh, ajaran mereka juga bukan bagian dari ajaran Islam.  Bahkan, Jama’ah Tabligh sangat kental dengan ajaran Sufi dan paham Wihdatul Wujud ( manunggaling kawula lan gusti ). Sebagaimana yang dipahami oleh pendirinya. Muhammad Ilyas Al Kandahlawi . Ajaran ini menyimpang jauh dari Islam yang di ajarkan oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam. Bahkan pergerakan kelompok baru dari India ini paling bersemangat berdakwah di dunia ini dibanding kelompok-kelompok pergerakan yang lain, penyebar virus-virus kesyirikan dan kesesatan, persaudaraan, senyum ramah, dan berbagai lipstik indah lainnya. Akan tetapi ingat, dibalik baju yang bagus itu penuh bahaya kesesatan yang siap menyeret siapa saja yang lemah agamanya. Sudah banyak kaum muslimin yang termakan oleh rayuan berbisanya. Hati-hati dengan racun bermerek madu. Kelompok Jama’ah Tabligh (JT) ini telah diperingatkan oleh para Ulama’ Ahlussunnah akan kesesatannya. Kedok mereka telah dibongkar dan banyak para pengikut JT yang setia justru mengakui dan membantah kesesatan yang ada di dalam ajaran Jama’ah Tabligh. Ketauhilah wahai kaum muslimin…Dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah dibangun di atas dua kaidah penting yaitu : 1. Tarbiyah dan 2. Tashfiyah Tarbiyah adalah menyampaikan al haq (kebenaran) yaitu apa yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman As Salafushsholih (pendahulu yang shalih dari kalangan shahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in) Sedangkan Tashfiyah artinya pembersihan, yakni menyampaikan segala bentuk kebatilan sebagai lawan dari kebenaran yaitu segala yang dapat menggangu, memalingkan, mengeluarkan dan merusak kebenaran. Prinsip dakwah ini telah diterapkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam pelaksanaan dakwahnya, dalam setiap khutbah jum’at beliau dengan wajah merah memperingatkan umat agar menjauhi perkara yang baru yang diada-adakan dalam agama karena setiap perkara yang baru dalam agama adalah bid’ah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah adalah terancam dengan neraka. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan lisannya yang mulia telah mencela dengan celaan yang keras terhadap orang-orang khawarij (baca teroris, red), beliau mengatakan bahwa khawarij itu adalah anjing-anjing neraka. Bahkan beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh orang-orang khawarij dengan pembunuhan yang sadis yaitu seperti terbunuhnya kaum ‘aad karena kelompok khawarij (baca teroris,red) adalah kelompok sesat, keras, mudah mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah kaum muslimin. Sikap keras beliau ini dilandasi agar selamat dari bahaya kesesatan di dunia dan selamat dari bahaya neraka di akhirat. Artinya seorang da’i itu bukan hanya mengajarkan fardlu-fardlu, sunnah-sunnah dan keutamaan-keutamaan serta cara-cara beribadah yang benar saja, tetapi seorang da’i juga harus menyampaikan kepada umat segala bentuk dan macam kesesatan dan kebatilan, juga harus disampaikan kepada umat para pembawa dan penyebar virus-virus kesesatan dan kebatilan tersebut supaya jelas dihadapan umat dan mudah untuk menghindarinya. Memperingatkan manusia dari kebatilan dan kesesatan (tahdzir) mempunyai dua faidah, yaitu : Menghentikan mengalirnya dosa pada pencipta kesesatan karena pencipta kesesatan dan penyebarnya akan mendapat dosa sebanyak orang yang mengikutinya. Untuk menyelamatkan manusia dari terjerumusnya pada kesesatan. Inilah kiranya yang mendasari saya untuk menulis buku kecil ini, mengingat semakin menyebarnya ajaran sesat Jama’ah Tabligh dalam keadaan kaum muslimin banyak yang tidak mengerti dimana dan apa saja kesesatan kelompok ini. Semoga buku ini ditulis ikhlas karena mengharap wajah Allah subhanahu wa ta'ala serta bermanfaat bagi penulis, keluarga, pembaca dan segenap kaum muslimin. Simak dan perhatikan setiap poin penting dalam buku ini. Selamat membaca! 25 Romadhon 1428 H Abu Umamah Abdurrohim bin Abdul Qohhar Al Atsary Sumber : Buku Jamaah Tabligh, Antara Kenyataan dan Pengakuan. Bersambung ke judul : INILAH KESESATAN JAMAAH TABLIGH (1) SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh
5 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jangan menyerang orang lain dengan menuduh niatnya

JANGAN MENYERANG ORANG LAIN DENGAN MENUDUH NIATNYA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على أشرف خلق الله وعلى آله وصحبه ومن والاه أما بعد: Jangan Menyerang Orang Lain dengan Menuduh Niatnya Termasuk buruknya pengaruh fitnah terakhir ini –dan alangkah banyaknya– adalah mereka menyerang niat orang-orang yang mereka musuhi. Jadi tidaklah seorangpun bangkit membantah sebuah kebatilan yang dia ketahui kecuali mereka menghujaninya dengan tuduhan ingin tampil (bahkan tuduhan ini bisa saja muncul walaupun si penulis/penerjemah tidak mencantumkan jati dirinya –pent) dan memiliki niat buruk. Maka saya berfikir untuk membahas secara tersendiri perkara yang berbahaya ini dalam tulisan ringkas. Mudah-mudahan mereka mengambil manfaat lalu menghentikan lisan mereka dari berbicara dengan kebatilan. Dan Allah saja yang memberi taufik dan menunjukkan ke jalan yang lurus. Termasuk yang bagus untuk memulai di sini adalah mengingatkan keadaan para ulama salaf dalam membenahi niat-niat mereka. Contohnya Sufyan ats-Tsauri, dan siapa yang tidak kenal dengan Sufyan ats-Tsauri?! Beliau pernah mengatakan, . "Aku tidak pernah membenahi sesuatu yang lebih berat dari niatku, karena niatku selalu berubah-ubah." Jika sebesar imam yang seperti gunung ini niat beliau selalu berubah-ubah dan berat membenahinya, bahkan beliau merasa tidak ada yang lebih berat untuk dibenahi darinya, maka seharusnya orang yang menuduh niat orang lain lebih pantas untuk mengoreksi niatnya dan membenahinya, bukan malah menyerang niat orang-orang yang dia musuhi dengan tuduhan memiliki tujuan yang buruk dan menganggap mereka tidak ikhlas dan tidak bertujuan baik, karena keadaan dia seakan-akan mengungkapkan, "Aku orang yang ikhlas." Sesungguhnya termasuk perkara yang telah diketahui dari sejarah hidup para ulama salaf adalah menilai manusia berdasarkan lahiriah dan menyerahkan urusan hati kepada Allah. Bahkan Ibnu Abdil Barr menukil adanya ijmak atas perkara tersebut dengan mengatakan: أجمعوا أن أحكام الدنيا على الظاهر وأن أمر السرائر إلى الله. "Mereka ijmak bahwa hukum-hukum dunia berdasarkan lahiriah dan urusan hati diserahkan kepada Allah."  (At-Tamhid, 10/32) Makna seperti ini telah dihikayatkan dalam sebuah hadits yang marfu' namun tidak shahih. Sedangkan yang shahih adalah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari secara mauquf dari Umar radliyallahu anhu: إِنَّمَا كَانُوا يُؤْخَذُونَ بِالوَحْيِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِنَّ الوَحْيَ قَدِ انْقَطَعَ، وَإِنَّمَا نَأْخُذُكُمُ الآنَ بِمَا ظَهَرَ لَنَا مِنْ أَعْمَالِكُمْ. "Sesungguhnya dahulu manusia hanyalah dinilai dengan wahyu di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan sesungguhnya wahyu telah berhenti, dan sekarang kami menilai kalian hanyalah berdasarkan apa yang nampak bagi kami dari perbuatan kalian." (Shahih al-Bukhari no. 2641) Jadi konsekuensi dari ijmak yang dinukil tadi adalah bahwa orang yang menyerang niat orang lain telah merebut dari Allah sesuatu yang tidak bisa mengetahuinya kecuali Dia. Memang, terkadang nampak berbagai indikasi kuat pada seseorang yang menyebabkan buruk sangka kepadanya sebagai bentuk hati-hati darinya. Namun perkecualian ini tidak boleh dijadikan sebagai prinsip dasar, dan alangkah banyaknya penyimpangan yang menyerang manusia melalui pintu ini karena mereka mengabaikan hukum yang pasti yang tetap sebagai dasar, lalu mereka menggunakan yang sifatnya darurat yang dikecualikan sebagai gantinya tanpa rambu-rambu. Walaupun demikian jangan sampai buruk sangka kepada siapapun menyeretmu untuk menuduhnya tidak memiliki keikhlasan untuk Allah! Jika hal ini telah diketahui dan diterima dengan baik, maka termasuk perkara yang sangat tercela jika seseorang mengatakan tentang sebagian masyayikh atau saudara kita bahwa dia tidak memiliki keikhlasan niat untuk Allah dalam makalah maupun tulisan mereka  serta kepentingan-kepentingan pribadi dan hawa nafsu menguasai mereka. (Lihat: Nashihah wa Taujih Ila Muntada at-Tashfiyyah). Anehnya tidak ada seorangpun yang mengingkarinya, bahkan para pengikut merasa gembira dengan ucapan ini. Dan yang semisalnya adalah ucapan temannya, "Diantaranya tulisan iparmu yang telah didorong oleh fanatisme jahiliyyah." (Al-Jawab Anil Jawab, bagian pertama) Sesungguhnya saya benar-benar berulang kali membaca ucapan ini dan keheranan saya tidak habis dengan berlalunya hari-hari. Bagaimana bisa orang yang mengatakannya menghukumi sesuatu yang sifatnya ghaib dan saya bertanya-tanya apakah mungkin seseorang bisa mengetahui tanda-tanda dan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa keikhlasan telah hilang dari orang yang dia musuhi atau dia telah didorong oleh fanatisme jahiliyyah?! Dan sangat disayangkan saya jadi teringat dengan ucapan orang munafik yang mencela pembagian harta yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alahi wa sallam dengan mengatakan, "Ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah." (muttafaqun alaih) Dan saya berharap tidak ada yang menganggap bahwa saya menyamakan gurunya dengan orang-orang munafik, hanya saja ucapannya sama persis. Kemudian saya teringat dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika sampai kepada beliau perbuatan Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma ketika membunuh seseorang yang mengucapkan laa ilaha illallah:  يَا أُسامةُ! أَقَتَلْتَهُ بَعْدَمَا قَالَ: لا إِلهَ إِلَّا اللَّهُ؟! "Wahai Usamah, apakah engkau masih tetap membunuhnya setelah dia mengucapkan laa ilaha illallah?!" Usamah menjawab, "Dia mengucapkannya karena takut kepada senjata." Lalu beliau mengatakan: أَفَلا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لا؟! "Apakah engkau telah membelah hatinya hingga engkau bisa mengetahui apakah dia mengucapkannya karena itu atau tidak?! Usamah mengatakan, "Beliau terus mengulang-ulang pertanyaan tersebut hingga aku berangan-angan sekiranya aku baru masuk Islam hari itu." (muttafaqun alaihi dan ini redaksi Muslim hadits no. 96) Jadi walaupun dalam keadaan banyaknya pendorong buruk sangka terhadap seseorang dengan indikasi ketakutannya terhadap pedang ketika dia melihatnya diarahkan kepadanya, hanya saja Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menerima alasan Usamah radhiyallahu anhu. Jika demikian pada Nabi kita terdapat teladan yang baik, sehingga kami katakan kepada kalian, "Apakah kalian telah membelah hati orang-orang yang kalian musuhi hingga kalian bisa mengetahui apakah mereka menulis (bantahan) ikhlas karena Allah atau tidak?!" Wahai orang-orang yang menyerang niat-niat manusia: Berikut ini balasan surat yang sangat indah yang dinukil oleh al-Imam as-Sa'di dalam salah satu fatwa beliau tentang celaan sahabatnya terhadap niat beliau lalu beliau menjawabnya dengan surat tersebut. Perhatikan baik-baik –rahimakumullah– dan berhentilah pada setiap katanya, karena sungguh itu merupakan balsem bagi penyakit yang berbahaya yang telah menimpa kalian ini. _________________ "Wahai saudaraku, jika engkau meninggalkan perkara yang wajib atas dirimu yaitu cinta karena agama, dan engkau menempuh perkara yang haram atas dirimu yaitu menuduh saudaramu dengan niat yang buruk walaupun anggaplah dia telah melakukan kesalahan dan engkau menjauhi sikap hikmah dalam berdakwah dalam perkara-perkara seperti ini, maka sebelum masuk kepada jawaban saya kepadamu atas kritikanmu, saya ingin mengabarkan kepadamu: Saya tidak akan meninggalkan perkara yang wajib atas saya berupa menjaga kecintaan kepadamu dan terus mencintaimu berdasarkan apa yang saya ketahui dari agamamu semata-mata karena membela diri saya, bahkan saya akan menambahnya dengan memberikan udzur untukmu atas celaan terhadap saudaramu bahwa yang mendorongmu untuk melakukan hal itu adalah niat yang baik. Hanya saja niat baik tersebut tidak disertai dengan ilmu yang membenarkannya, pengetahuan yang menjelaskan tingkatannya, dan tidak pula sikap wara' (kehati-hatian) yang menjadikan seorang hamba tidak melanggar batas yang ditetapkan oleh peletak syariat atasnya. Jadi karena baiknya niatmu maka saya memaafkan dirimu atas apa yang muncul darimu berupa tuduhan memiliki niat buruk kepada saya. Anggaplah kebenaran itu bersama dirimu secara meyakinkan, apakah kesalahan seseorang merupakan bukti buruknya niat dirinya. Jika perkaranya seperti itu niscaya wajib menuduh seluruh ulama umat ini dengan niat-niat yang buruk, karena apakah ada seorangpun yang bersih dari kesalahan?! Bukankah kelancangan yang engkau lakukan menyelisihi ijmak kaum muslimin, yaitu bahwasanya tidak halal menuduh seorang muslim memiliki niat yang buruk jika dia terjatuh dalam kesalahan?! Dan Allah telah memaafkan kesalahan yang tidak disengaja yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman dalam ucapan, perbuatan, dan semua keadaan. Kemudian kami katakan: Anggaplah boleh bagi seseorang untuk menuduh niat orang yang indikasi-indikasi kuat dan tanda-tanda menunjukkan niatnya yang buruk, apakah halal bagimu untuk mencela seseorang yang engkau memiliki bukti-bukti yang banyak yang menunjukkan baiknya niatnya dan jauhnya dari niat buruk, yang hal itu tidak membolehkan bagimu untuk membayangkan sedikitpun apa yang engkau tuduhkan kepadanya?! Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berbaik sangka kepada saudara-saudara mereka jika dituduhkan kepada mereka hal-hal yang menyelisihi konsekuensi iman. Allah Ta'ala berfirman: لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا. "Mengapa ketika kalian mendengar berita buruk itu orang-orang yang beriman baik pria maupun wanita tidak berbaik sangka kepada diri mereka sendiri." (An-Nur: 12) Dan ketahuilah bahwa pendahuluan ini bukan bertujuan untuk membalas ucapanmu, karena sesungguhnya saya seperti yang telah saya isyaratkan kepadamu bahwa saya telah memaafkanmu jika saya memiliki hak, tetapi tujuannya adalah nasehat dan menjelaskan posisi tuduhan semacam ini menurut akal, agama, dan kehormatan manusia." (Al-Fatawa as-Sa'diyyah, hlm. 61-62) _________________ Saya katakan: Allahu akbar, alangkah bersihnya kata-kata dan alangkah bagusnya sifat-sifat tersebut, seandainya orang-orang yang membicarakan niat manusia itu mau berhias dengan sepertiganya atau seperempatnya kita tidak akan sampai seperti ini. Apakah mereka ini tidak bisa mengucapkan seperti yang diucapkan oleh beliau bahwa yang mendorong orang yang mereka musuhi untuk melakukan hal itu adalah niat yang baik. Hanya saja niat baik tersebut tidak disertai dengan ilmu yang membenarkannya, pengetahuan yang menjelaskan tingkatannya, dan tidak pula sikap wara' (kehati-hatian) yang menjadikan seorang hamba tidak melanggar batas yang ditetapkan oleh peletak syariat atasnya. Tanpa perlu menyerang niat dan memvonis tujuannya. Ya Allah, benahilah niat-niat kami dan perbaguslah tujuan kami baik dalam perkara-perkara yang kecil maupun yang besar. Baca juga : Hidup Bernafas Ketulusan Ditulis oleh: Abu Anas Abdurrahman Habak Ibukota Aljazair, selepas matahari tergelincir, Selasa 27 Rabi'ul Akhir 1441 atau 24 Desember 2019 https://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=24637 Sumber : https://t.me/jujurlahselamanya/1763
5 tahun yang lalu
baca 10 menit