Kontemporer

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum meminum obat yang mengandung alkohol

HUKUM MINUM OBAT YANG MENGANDUNG ALKOHOL Pertanyaan, . بسم الله الرحمن الرحيم Izin bertanya Ustadz. Apa hukum meminum obat yang mengandung sedikit alkohol? بارك الله فيكم Jawaban,  al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,  Hal ini telah dijawab oleh syekh Abdulaziz Ibnu Baz. Beliau rahimahullah berkata,  هذا فيه تفصيل: إذا عرفت أن هذه الأدوية فيها ما يسكر كثيره فاجتنبها، وأما إذا لم تعلم فالأصل الإباحة والحمد لله، الأصل في الأدوية الإباحة، والأصل في الطعام الإباحة، قال تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ [البقرة:172] وقال تعالى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلالًا طَيِّبًا [البقرة:168]. فالأصل الإباحة إلا ما عرفت أنه محرم، فإذا كان الدواء بين لك الأطباء أن فيه ما يسكر كثيره، يعني: مواد مسكرة فاجتنبه، وأما إذا لم يتبين لك ذلك، أو نصحك الأطباء بأنه طيب فلا بأس والحمد لله، نعم. "Dalam hal ini terdapat rincian:  Jika engkau mengetahui bahwa obat-obatan ini, padanya terdapat sesuatu yang memabukkan jika dikonsumsi banyak, maka tinggalkan.  Adapun jika engkau tidak mengetahui, maka secara asal hukumnya boleh walhamdulillah. Hukum asal dalam obat-obatan adalah boleh, demikian pula pada makanan. Allah ta'ala berfirman,  'Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari yang baik-baik apa yang telah kami anugerahkan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah' (al-Baqarah: 172).  Allah ta'ala berfirman,  'Wahai sekalian manusia makanlah dari apa yang ada di muka bumi ini dengan halal lagi baik' (al-Baqarah: 168).  Maka hukum asalnya adalah boleh. Kecuali yang telah engkau ketahui bahwa benda itu haram. Apabila dokter menerangkan kepadamu bahwa obat ini padanya terdapat kandungan yang memabukkan jika dikonsumsi banyak. Yakni bahan yang memabukkan, maka tinggalkan. Adapun jika dia tidak menerangkan kepadamu hal itu, atau para dokter menasihatkan kepadamu bahwa obat itu baik, maka tidak mengapa walhamdulillah" (Rekaman tanya jawab dari Nurun ala ad-Darb dengan judul hukmu ad-Dawaa' al-Muhtawii 'alaa nisbatin min al-Kuhuul.  https://binbaz.org.sa/fatwas/9013/%D8%AD%D9%83%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%AF%D9%88%D8%A7%D8%A1-%D8%A7%D9%84%D9%85%).  Dari penjelasan syekh di atas rahimahullah, menunjukkan tidak perlu bagi kita untuk bertanya apakah ini memabukkan atau tidak jika dikonsumsi banyak, jika sang dokter menerangkan kepada kita demikian baru kita tinggalkan, jika dia tidak menerangkan, maka secara asal, hukumnya halal tanpa perlu kita memberat-beratkan diri dengan menanyainya. Baca juga penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin tentang hukum alkohol sebagai campuran obat Wallahua'lam 📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥 ✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail
2 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

bolehkah bersedekah meskipun masih ada hutang?

BOLEHKAH BERSEDEKAH MESKIPUN MASIH ADA HUTANG? . Pertanyaan,  Bismillah, afwan ustadz hafidzohulloh ijin bertanya. Apakah boleh kita bersedekah jika kita masih ada hutang. Misal ustadz hutang saya 10 jt belum terbayar (belum mampu membayar), dan saya mau bersedekah 10 rb. Apakah masih boleh kita bersedekah. Jazakallahu khoyron ustadz.. Jawaban,  al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,  Tidak mengapa jika seperti ini keadaannya selama utang tersebut masih bisa dia cicil. Mari kita simak, penjelasan syekh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin. Beliau berkata,  الصدقة من الإنفاقالمأمور به شرعا، والإحسان إلى عباد الله إذا وقعت موقعها، والإنسان مثاب عليها، وكل امرىء في ظل صدقته يوم القيامة، وهي مقبولة سواء كان على الإنسان دين أم لم يكن عليه دين، إذا تمت فيها شروط القبول، بأن تكون بإخلاص لله عز وجل، ومن كسب طيب، ووقعت في محلها، فبهذه الشروط تكون مقبولة بمقتضى الدلائل الشرعية، ولا يشترط أن لا يكون على الإنسان دين، لكن إذا كان الدين يستغرق جميع ما عنده فإنه ليسمن الحكمة ولا من العقل أن يتصدق والصدقة مندوبة وليست بواجبة ويدع دينا واجبا عليه، فليبدأ أولا بالواجب ثم يتصدق. "Sedekah itu termasuk dari infak yang diperintahkan secara syariat dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah apabila tepat penempatannya dan seseorang akan mendapat pahala dengannya. Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya pada hari kiamat nanti. Sedekah itu diterima oleh Allah baik dari orang yang berutang atau yang tidak berutang apabila terpenuhi padanya syarat-syarat diterimanya yaitu sedekah yang dilandasi dengan ikhlas dan dari hasil yang baik serta tepat pada tempatnya. Maka dengan syarat-syarat ini, sedekah itu menjadi diterima berdasarkan dalil-dalil syar'i.  Tidaklah disyaratkan sedekah itu seseorang harus tidak punya utang. Namun apabila utang tersebut dapat menghabiskan apa yang ada di sisinya, maka tidaklah termasuk hikmah dan tidak sesuai dengan akal untuk seseorang bersedekah. Sedekah itu sunnah tidak wajib sedangkan dia meninggalkan utang yang wajib atasnya. Maka hendaknya dia memulai dengan yang wajib terlebih dahulu kemudian bersedekah" (Majmuu' al-Fataawaa, 18/42).  Wallahua'lam 📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥 ✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail
2 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

bayar tiket kolam pemancingan ikan hasil pancing dibawa pulang, bolehkah?

BAYAR TIKET KE TEMPAT REKREASI KOLAM PEMANCINGAN, BOLEHKAH IKAN YANG KENA PANCING DIBAWA PULANG? . Pertanyaan,  Bismillah ada titipan pertanyaan ustadz, tempat rekreasi yang di dalamnya ada sarana memancing kalau dapat ikannya boleh dibawa pulang, tapi bayar waktu masuk, bagaimana hukumnya ustadz. Jazakallahu khoiron Jawaban,  al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman Bin Umar hafizhahullah,  Muamalah seperti ini tidak boleh, syekh Salim Bamuhriz menyebutkan bahwa padanya terdapat ketidak jelasan dan ada bentuk menjual apa yang tidak dimiliki atau dikuasainya. Syekh Salim Bamuhriz hafidzahullah menerangkan,  بارك الله فيك هذا التاجر يبيع بعض سمك في البركة غير معين وليس في قفص البائع حتي يناوله بعد استلام المبلغ وانما يكلفه بالبحث عنه في البركة و هو لا يدري اي سمك سيقبض بين صغير وكبير وجيد وغير جيد شبيه بمن يبيع طيور  علي شجرة ويكلف المشتري بقبضة كما يمثل الفقهاء . "Semoga Allah memberkahimu, pedagang ini menjual sebagian ikannya di kolam secara tidak jelas dan ikan-ikan tersebut tidak dikuasai oleh si penjual sehingga dia bisa memberikannya kepada si pembeli setelah menerima uang. Hanya saja yang dia lakukan, membebani si pembeli untuk mencari ikannya di kolam sedangkan dia tidak mengetahui ikan mana yang mau di ambil antara yang besar dan yang kecil, antara yang bagus dan yang cacat.  Ini sama seperti orang yang menjual burung yang ada di atas pohon, dia membebani pembeli untuk mengambilnya sebagaimana dipemisalkan oleh ulama ahli fikih."  Sumber: https://bit.ly/3opLnHx https://bit.ly/3kyTKzh Wallahua'lam Sumber: Majmu'ah al-Fudhail Publikasi: https://t.me/TJMajmuahFudhail
3 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum jual beli barang kw atau tiruan

HUKUM JUAL BELI BARANG KW ATAU TIRUAN Pertanyaan, Bismillah, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Semoga Allah 'Azza wa jalla senantiasa mempermudah segala urusan ustadz dan semuanya dalam hal kebaikan... aamiin Afwan ustadz ada titipan pertanyaan Tentang bagaimana hukum jual beli barang KW Sebelumnya jazakallahu khoyron ustadz wa baarakallaahu fiykum Jawaban, al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin Umar hafizhahullah, Wa'alaykassalaam warahmatullah wa barakaatuh Jika barang tersebut memang tiruan dan pembeli menjelaskan keadaannya serta menurunkan harganya tidak seperti harga barang yang asli, seperti baju dan jam tangan tiruan, maka tidak mengapa. . Syekh Shalih al-Fauzan hafidzahullah menerangkan,  بينها ما في مانع تبيع وتستريها لكن تبين إنها تقليد وليست أصلية وأن سعرها أخفض من سعر الأصلية  "Berilah penjelasan tentang barang tersebut, tidak mengapa engkau melakukan jual beli dengan cara yang seperti ini namun, hendaknya engkau beri penjelasan bahwa barang tersebut adalah tiruan bukan asli dan tentu harganya lebih rendah dari barang yang asli."  Yang tidak boleh adalah berdusta dengan mengatakan barang tersebut asli dan menjualnya dengan harga barang asli. Syekh melanjutkan,  أما يكذب على الناس يبيعها على أنها أصلية وهي تقليد ويأخذ ثمن الأصلية هذا غش قال صلى الله عليه وسلم ' من غشنا فليس منا ' . "Adapun dia berdusta terhadap manusia, menjualnya dengan menyebutkan bahwa barang tersebut adalah asli padahal tiruan dan harganya harga asli, ini merupakan penipuan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,  'Barang siapa yang melakukan penipuan terhadap kami, maka bukan dari kami.'"  Dan perkara yang tidak boleh dilakukan bagi pengimpor atau yang lainnya, memberi label bahwa barang tersebut asli padahal tiruan. Syekh pun menerangkan,  هذا من الغش، الكتابة عليها بأنها أصلية وهي ليست أصلية هذا من الغش من غش التجار والمستوردين ولكن إذا بين البائع للمشتري أن هذه السلعة ليست كما كتبت عليها وإنما من النوع الردي فهذا بين وأدى الواجب عليه لكن ما أظن البائع يعملون هذا لأن هذا يرخص السلع عندهم إلا من رحم الله ولزم الصدق . فالواجب أن لا تكتب هذه الكتابة المزورة "Ini termasuk penipuan. Memberi label bahwa barang tersebut asli padahal tidak asli, maka ini termasuk dari penipuan dari kalangan pedagang dan pengimpor. Tetapi apabila penjual telah menjelaskan keadaannya kepada pembeli, bahwa barang ini tidak seperti labelnya, ini hanyalah barang murahan, maka orang ini telah menunaikan kewajibannya. Namun aku mengira pedagang tidak akan melakukan ini, karena ini menjadikan barang mereka murah, kecuali orang yang dirahmati oleh Allah dan orang yang jujur. Yang wajib dilakukan adalah tidak boleh membuat label palsu seperti ini."  Silakan didengar penjelasan syekh pada:  https://bit.ly/audioal_fudhail1 https://bit.ly/audioal_fudhail4 Namun semuanya dikembalikan kepada peraturan pemerintah di negeri tempat kita menetap. Jika mereka melarang jenis jual beli seperti ini, maka kita tidak boleh melakukannya dalam rangka mentaati pemerintah negeri kita.   Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman,  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ 'Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta pemerintah kalian.' (an-Nisa': 59) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,  عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ  "Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat kepada pemerintah pada perkara yang disenangi ataupun perkara yang dibenci, kecuali apabila diperintahkan kepada kemaksiatan, maka tidak menaatinya." (Muslim, no. 1.839). Wallahua'lam 📃 Sumber: Majmu'ah al-Fudhail  ✉️ Publikasi: https://t.me/TJMajmuahFudhail
3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum membuat dan menyebarkan cerita fiksi

BOLEHKAH MEMBUAT ATAU MENYEBARKAN CERITA FIKSI? Pertanyaan, Bismillahirrahmaanirrahiim, Ustadz izin bertanya, bolehkah membuat atau menyebarkan cerita fiksi. Jazaakumullahu khairon atas jawabannya ya ustadz Jawaban, al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin Umar hafizhahullah, Syekh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin menerangkan Jika hanya sekadar memberi permisalan dan seseorang berkata bahwa hal ini tidak terjadi serta ada maslahatnya, maka boleh. Jika tidak demikian, maka sebaiknya dihindari. . Beliau memberikan rincian dalam hal ini beliau berkata, الإنسان إذا ضرب مثلا بقصة، مثل أن يقول: أضرب لكم مثلا برجل قال كذا أو فعل كذا وحصلت ونتيجته كذا وكذا، فهذه لا بأس بها، حتى إن بعض أهل العلم قال في قول الله تعالى: {واضرب لهم مثلا رجلين جعلنا لأحدهما جنتين من أعناب} [الكهف:٣٢] قال: هذه ليست حقيقة واقعة، وفي القرآن: {ضرب الله مثلا رجلا فيه شركاء متشاكسون ورجلا سلما لرجل هل يستويان مثلا الحمد لله بل أكثرهم لا يعلمون} [الزمر:٢٩] فإذا ذكر الإنسان قصة لم ينسبها إلى شخص معين، لكن كأن شيئا وقع وكانت العاقبة كذا وكذا فهذا لا بأس به. أما إذا نسبه إلى شخص وهي كذب فهذا حرام تكون كذبة، وكذلك إذا كان المقصود بها إضحاك القوم، فإنه قد ورد عن النبي عليه الصلاة والسلام أنه قال: (ويل لمن حدث فكذب ليضحك به القوم ويل له ثم ويل له) "Apabila seseorang memberikan permisalan dengan suatu kisah seperti dia berkata,  'Aku mempermisalkan kalian dengan seseorang, dia berkata dan berbuat demikian dan demikian, terjadi dan hasilnya demikian-demikian, maka yang seperti ini tidak mengapa. Oleh karena ini sebagian ulama berkata tentang firman Allah Ta'ala,  'Berilah permisalan kepada mereka tentang dua orang yang kami berikan kepada mereka dua kebun anggur.' (al-Kahfi: 32). Ini tidak terjadi, dan disebutkan di dalam al-Quran,  "Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji hanya milik Allah bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui." (az-Zumar: 29).  Apabila seseorang menyebutkan suatu kisah yang tidak dia sandarkan kepada orang tertentu  tetapi seakan-akan terjadi dan keberakhirannya demikian dan demikian, maka ini tidak mengapa. Adapun jika dia sandarkan kepada orang tertentu padahal itu dusta, maka hukumnya haram demikian pula jika tujuannya membuat orang-orang tertawa. Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,  'Celakalah orang yang berbicara dengan pembicaraan ingin membuat manusia tertawa namun dia berdusta, celakalah dia kemudian celakalah dia.'" (Liqā' al-Bāb al-Maftūh, 77/23). Di dalam kesempatan lain beliau menerangkan,  فإن كان تصويرا لأمور غير جائزة في الشرع فإن هذا محرم ولا يجوز بأي حال من الأحوال لما في ذلك من التعاون على الإثم والعدوان وقد قال الله سبحانه وتعالى (وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الأثم والعدوان)  "Jika digunakan untuk perkara-perkara yang tidak boleh secara syariat , maka hukumnya haram dan tidak boleh bagaimana pun keadaannya karena padanya terdapat tolong menolong dalam perkara dosa dan melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,  'Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kalian tolong menolong dalam perkara dosa dan melampaui batas.'" (al-Maidah: 2). Dari penjelasan syekh di atas dapat diambil kesimpulan boleh namun, jika ada maslahatnya dan tidak terkesan berdusta serta tidak menyelisihi syariat. Adapun cerita yang tertuang dalam tulisan kemudian disebar luaskan atau pun disampaikan dengan lisan apapun namanya namun, ada penyelisihan terhadap syariat padanya seperti adanya gambar makhluk bernyawa, cerita yang dibawakan merusak akhlak dan kejelekan-kejelekan lainnya, maka hukumnya haram.  Wallahua'lam 📃 Sumber: Majmu'ah al-Fudhail  ✉️ Publikasi: https://t.me/TJMajmuahFudhail ➖➖➖➖➖
3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum suap adalah haram dalam bentuk apapun

HARAMNYA SUAP DALAM BENTUK APAPUN Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah . Pertanyaan : Apakah suap itu berlaku umum pada segala sesuatu dari harta, sama saja apakah berupa uang atau tanah, ataukah selain daripada itu. Berikan kami faedah, semoga Allah memberikan anda Taufik.? Jawaban : Suap itu hukumnya tidak boleh, sama saja apakah berupa uang, berupa tanah, atau selain dari itu, suap itu hukumnya tetap haram. Dan Rasulullah ﷺ melaknat orang yang menyuap dan yang menerima suap. Maka tidak boleh seseorang memberikan suap sekalipun penguasa itu menzaliminya, atau hakim atau saksi atau selainnya.  Suap itu haram, dan akibatnya buruk. Dan suap itu mengharuskan (seorang) menzalimi manusia, melanggar hak mereka, maka tidak boleh selamanya.  Sama saja, apakah dia memberi harta berupa uang, atau harta berupa tanah, atau hewan atau makanan, tidak ada beda dalam macam-macam suap. Naam. Fatwa nur ala Ad-Darbi http://telegram.me/ahlussunnahposo TERLAKNATNYA ORANG YANG MEMBERI SUAP DAN YANG MENERIMA SUAP Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma berkata,  لعن الله الراشي والمرتشي "Rasulullah melaknat orang yang menyuap dan yang menerima suap". (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau menshahihkannya.) Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan : "Makna laknat adalah diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah." Apa itu suap (risywah)?  Suap (risywah) adalah pemberian untuk menjadi perantara kepada kebatilan atau menggugurkan satu hak. Dan kebanyakan suap ini terjadi di dalam peradilan. Orang yang bersengketa memberikan kepada hakim suatu pemberian, agar Hakim memutuskan hukuman, memenangkan dirinya, sesuai dengan yang dia inginkan berupa kebatilan. Demikian juga suap bisa terjadi pada selain peradilan. Misalnya, seorang insan memberikan suatu pemberian kepada kepala daerah, atau direktur perusahaan, agar dia memperoleh jabatan atau memperoleh pekerjaan tertentu. Dalam keadaan dia adalah orang yang bukan ahlinya." Dikutip dari Fath Dzil jalaal Wal Ikraam 9/371 http://telegram.me/ahlussunnahposo  ------------ Tambahan faidah : Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,  لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الرَّاشِى وَالْمُرْتَشِى "Allah melaknat orang yang memberi suap dan menerimanya." [H.R. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah] Catatan: ▶️ Risywah atau suap adalah memberi sesuatu agar kebutuhannya terpenuhi. ▶️ Adapun memberi sesuatu agar: dia mendapatkan hak yang semestinya dia miliki, atau dia terhindarkan dari kezaliman, maka tidak termasuk dalam risywah (suap) [Tuhfatul Ahwadzi, jil. 4 hlm. 471] ISLAM SANGAT MENEKANKAN SIFAT AMANAH Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, إن من حماية الله لهذه الأمانة أن حرم على عباده كل ما يكون سببا لضياعها أو نقصها فحرم الرشوة. "Sesungguhnya termasuk penjagaan Allah terhadap sifat amanah adalah Allah mengharamkan terhadap hamba-hamba-Nya segala sesuatu yang dapat menyebabkan tersia-siakannya amanah tersebut atau mengurangi kesempurnaan dalam penunaiannya. Oleh karena itu, Allah haramkan suap menyuap." Sumber : Syarh al-Kaba’ir, hlm. 205. | t.me/alfudhail NASIHAT BAGI YANG MENYENANGI PELICIN Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,  إن الرشوة فساد في المجتمع وتضييع للأمانة وظلم للنفس يظلم الراشي نفسه ببذل المال لنيل الباطل ويظلم المرتشي نفسه بالمحابة في أحكام الله يأكل كل منهما ما ليس من حقه ويكتسب حراما لا ينفعه بل يضره ويسحت ماله أو بركة ماله إن بقي. "Sesungguhnya perbuatan suap itu adalah kerusakan di tengah masyarakat, menelantarkan sikap amanah, dan kezaliman terhadap jiwa. Si penyuap menzalimi dirinya sendiri dengan memberikan hartanya untuk meraih kebatilan, sementara orang yang menerima suap berbuat zalim dengan cara tidak menerapkan hukum-hukum Allah. Masing-masing dari keduanya memakan yang bukan haknya dan berpenghasilan haram. Tidak akan bermanfaat untuknya, bahkan akan memudaratkannya dan merusak serta menghilangkan keberkahan hartanya." Sumber: Syarh al-Kaba’ir, hlm. 207. || t.me/alfudhail LAKNAT BAGI ORANG YANG MEMINTA UANG PELICIN Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata, ذا فشا في قوم الرشوة هلكوا "Apabila suap telah menyebar di suatu kaum maka mereka akan binasa." (Syarah Riyadhus Shalihin, II/302) والرشوة ملعون آخذها، وملعون معطيها، إلا إذا كان الآخذ يمنع حق الناس إلا برشوة، فحينئذ تكون اللعنة على هذا الآخذ لا على المعطي؛ لأن المعطي إنما يريد أن يعطي لأخذ حقه، ولا سبيل إلى ذلك إلا بدفع الرشوة، فهو معذور "Orang yang minta sogok dan memberi sogok akan kena laknat. Lain halnya jika peminta sogok tidak mau memberi hak orang kecuali kalau diberi uang suap, di kondisi tersebut yang kena laknat hanya yang meminta suap tidak mengenai yang memberi. Karena yang memberi suap di keadaan itu hanya untuk mengambil haknya. Yang dia tidak punya jalan untuk mendapat haknya kecuali dengan memberi uang suap maka dia mendapat udzur."  Syarah Riyadhus Shalihin, II/303 || t.me/nasehatetam APA HUKUM MEMBAYAR SUAP AGAR BISA MENGAMBIL HAK KITA? Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah  Pertanyaan : Kebanyakan pegawai tidak memberikan dirimu hak ini, sampai engkau membayar suap sebagai penggantinya. Maka semisal ini apa yg sebaiknya dilakukan seorang insan? Jawaban : Jika hak tersebut akan hilang, (maka boleh engkau membayar suap) maka ini darurat, dan dosanya dia yang menanggung. Jika darurat, dengan syarat darurat. 📑 Durus Syarh Bulugul Maram kitab Al-Buyu’ || t.me/ahlussunnahposo Suap Untuk Pekerjaan Apa boleh jika seseorang untuk memperoleh pekerjaan harus membayar uang kepada oknum di instansi tertentu? 081542XXXXXX Jawaban (Oleh al-Ustadz Muhammad Afifuddin) : Membayar sejumlah uang kepada oknum di perusahaan atau semisal agar diterima sebagai karyawan merupakan risywah (suap) yang diharamkan. Asy Syariah Edisi 101
4 tahun yang lalu
baca 5 menit