Kisah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sejarah penaklukan persia

PENAKLUKAN PERSIA ✍🏻 Al-Ustadz Idral Harits Thalib Abrar حفظه الله تعالى Di MASA KHULAFAUR RASYIDIN Futuhat Islamiyah (Kemenangan Islam) akan terus berlanjut. Ketika Rasulullah ﷺ diutus, manusia sudah tersebar di beberapa wilayah di dunia, di Asia, Eropa, dan Afrika. Kekuatan terbesar saat itu dipegang oleh imperium Romawi di barat dan Persia di timur. Akan tetapi, dua kekuatan tersebut tidak berdiri di atas agama yang benar dan lurus. Persia menyembah api dan memeluk agama Majusi sebagai keyakinan mereka. Adapun bangsa Romawi memeluk agama Nashrani, tetapi tidak memelihara dengan benar ajaran yang dibawa oleh Nabi 'Isa عليه السلام. Mereka mengubah-ubah agama itu sesuai menurut selera mereka. Akibat penyimpangan akidah tersebut, dua kekuatan ini tidak mampu membawa peradaban manusia berkembang semakin baik. Berbagai ketidakadilan tersebar dalam kehidupan masyarakat. Perbuatan syirik sebagai kezaliman paling besar adalah hal yang biasa. Bahkan menjadi budaya yang dilestarikan serta dibela mati-matian. Karena itu, tidak mengherankan jika kejahatan lain juga tumbuh dengan suburnya. Di zaman itu pula, ternyata masih ada orang-orang Yahudi tinggal di beberapa wilayah, seperti Syam, Irak, dan Hijaz. Akan tetapi, ajaran Nabi Musa عليه السلام yang ada di kalangan mereka sudah banyak berubah. Berbagai pemikiran filsafat dan khurafat telah menodai kesucian kitab-kitab yang ada di tangan mereka. Sebab itu pula, keadaan tersebut tidak mendukung kemajuan peradaban manusia, apalagi untuk menaikkan martabat mereka sebagai manusia. . Dalam keadaan zaman seperti itulah, Rasulullah ﷺ diutus membawa risalah langit untuk membawa manusia dari kegelapan yang bertumpuk menuju cahaya yang terang benderang. Akhirnya, selama dua puluh tiga tahun beliau berdakwah, terbentuklah prototipe masyarakat maju yang beradab sepanjang masa. Selama kurang dari seperempat abad itu, dengan bimbingan Allah Ta'ala, Rasulullah ﷺ berhasil membentuk manusia-manusia yang membawa pencerahan dan kemajuan di semua bidang. Tidak satu negeri pun yang mereka masuki dan mereka taklukkan, kecuali membuktikan bahwa merekalah sesungguhnya guru dalam bidang kemanusiaan dan urusan dunia lainnya. DI MASA ABU BAKAR ASH SHIDDIQ Sepeninggal Rasulullah ﷺ, pintu-pintu kemenangan terus dibukakan oleh Allah Ta'ala untuk shahabat-shahabatnya. Dimulai dengan penaklukan Bani Hanifah yang murtad, hingga mereka kembali ke pangkuan Islam, menjadi peringatan bagi kabilah-kabilah Arab lainnya di sekitar Madinah untuk tidak mengambil tindakan yang sama. Setelah Islam semakin kuat di Yamamah, keadaan pun aman dan tenang. Kabilah-kabilah Arab semakin yakin dengan kekuatan kaum muslimin. Untuk sementara, Khalifah Abu Bakar yang menggantikan Rasulullah ﷺ memimpin kaum muslimin merasa tenang, karena sudah tidak ada lagi kemungkinan serangan dari orang-orang Arab yang ingin memberontak.  Khalifah memandang jauh ke depan. Kembali terngiang-ngiang di telinganya sabda Rasul yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya. Dahulu, ketika bersama-sama memecah batu, menggali parit dalam peristiwa Khandaq, Rasulullah ﷺ pernah mengatakan bahwa beliau melihat kerajaan Persia, dan kekayaan negeri itu akan jatuh ke tangan kaum muslimin lalu akan digunakan untuk jalan Allah. Khalifah ingin mewujudkannya, dan agaknya telah tiba waktunya.  Khalifah segera mengirim surat kepada Panglima Khalid memberi perintah agar membawa pasukan muslimin menuju Irak, dimulai dari Ubullah yang terletak di tepi sungai Tigris. Khalifah mengingatkan agar pasukan muslimin tetap mengajak manusia kembali kepada Allah عزوجل, atau membayar jizyah, atau perang. Khalifah juga mengingatkan agar Khalid tidak memaksa kaum muslimin untuk ikut, dan tidak pula meminta bantuan kepada mereka yang pernah murtad dari Islam walaupun sudah kembali.  Begitu mendapat perintah melalui surat itu, Khalid رضي الله عنه segera bersiap meninggalkan bumi Yamamah. Khalifah juga mengirim surat kepada 'Iyadh bin Ghunm yang telah berhasil menaklukkan Daumatil Jandal untuk segera menuju Irak. Kepada kedua panglima ini, Khalifah menegaskan bahwa siapa saja di antara mereka yang lebih dahulu sampai di Irak, dialah yang menjadi pemimpin bagi seluruh pasukan. Dan Khalid bersama pasukannya tiba lebih dahulu di Irak.  Di tempat lain, Al Mutsanna Haritsah yang telah menang dalam peperangan di Bahrain meminta izin kepada Khalifah agar ikut menaklukkan Irak. Khalifah mengizinkannya, maka dia pun berangkat dengan kekuatan 8000 orang, menyusul pasukan Khalid bin Al Walid.  Setelah bertemu dengan Khalid dan pasukannya, segera Khalid membagi-bagi pasukannya menjadi tiga batalion dan berangkat menempuh jalan yang berbeda. Kelompok pertama, dipimpin oleh Al Mutsanna dengan Zhufar sebagai penunjuk jalan, berangkat dua hari sebelum Khalid bertolak.  Kelompok kedua 'Adi bin Hatim dan 'Isham bin 'Amr dengan penunjuk jalan masing-masing Malik bin 'Abbad dan Salim bin Nashr, salah satu dari kedua kelompok ini mendahului yang lain satu hari sebelumnya. Setelah itu, Khalid dan pasukannya mulai bergerak dengan penunjuk jalan Rafi'. Sesampainya di wilayah Persia itu, Khalid memulai gerakan militernya dengan mengirim surat kepada seluruh pembesar kerajaan Persia, termasuk para gubernur di wilayah Irak. Isi surat itu tidak hanya mengajak mereka kepada Islam. Tetapi juga menampilkan sikap kepahlawan barisan muslimin, bahwa yang mereka cari hanya dua, kemenangan atau mati syahid. “Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid Ibnul Walid kepada para pembesar Persia. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk  Amma ba'du:  Segala puji hanya milik Allah yang telah memporak-porandakan kaki tangan kalian, dan merenggut kerajaan kalian, serta melumpuhkan tipu muslihat kalian. Siapa yang shalat seperti shalat kami, dan menghadap kiblat kami, jadilah ia seorang muslim. la akan mendapatkan hak seperti yang kami dapatkan, dan ia mempunyai kewajiban seperti kewajiban kami.  Bila telah sampai kepada kalian surat ini, hendaklah kalian mengirimkan kepadaku jaminan, dan terimalah perlindungan dariku. Kalau tidak, maka demi Allah yang tiada sesembahan yang haq selain Dia, akan kukirimkan kepada kalian satu kaum yang mencintai kematian, seperti kalian yang sangat mencintai hidup...!”  Para pembesar yang menerima surat tersebut terheran-heran melihat keberanian dan seruan Khalid. Tetapi bangsa Arab bukanlah bangsa yang masuk dalam perhitungan mereka. Bagi mereka, bangsa Arab adalah bangsa terbelakang, tidak berbudaya, bahkan tidak memiliki kekuatan besar, sehingga tidak perlu diperhitungkan. Hurmuz yang menerima surat itu segera mengirimkannya kepada Syira bin Kisra dan Azdasyir bin Syira. Hurmuz segera mengumpulkan kekuatan dan segera bertolak menuju Kazhimah. Masing-masing sayap pasukan itu dipimpin oleh Qabbadz dan Anusyjan, dari pihak keluarga kerajaan.  Hurmuz adalah pembesar yang terkenal bengis tetapi cerdik, dan paling kafir. Kedudukannya cukup tinggi, dan ini diketahui dari mahkota yang dikenakannya. Semakin mahal perhiasan mahkota tersebut, semakin tinggi pula kedudukan pemiliknya. Mahkota Hurmuz ditaksir seharga seratus ribu dinar. والله أعلم. Khalid tiba bersama pasukannya yang berjumlah 2000 orang yang sebelumnya ikut memerangi orang-orang murtad. Kemudian bergabung pula 8000 orang dari kabilah Rabi'ah. Setelah itu Khalid menulis surat kepada tiga orang pembesar yang ada di Irak, yang juga sudah siap berjihad, agar bersatu menyerang Irak. Ketiga pembesar itu adalah Ma'dzur bin 'Adi Al 'Ijli, Sulma bin Al Qayn At Tamimi, dan Harmalah bin Murabthah At Tamimi.  Surat itu diterima baik dan ketiga pembesar itu pun menggabungkan pasukan mereka yang jumlahnya dengan pasukan Al Mutsanna adalah 8.000 personil. Akhirnya, kekuatan pasukan muslimin bertambah menjadi 18.000 orang. Mereka berkumpul di Ubulla. Sebagaimana telah diceritakan sebelum memasuki Irak, Khalid sudah menulis surat peringatan kepada Hurmuz pemimpin Persia di perbatasan Ubulla.  Setelah mendekati wilayah pertempuran, Khalid memecah pasukannya menjadi tiga dan memerintahkan masing-masing memilih jalannya sendiri-sendiri, tidak dari satu jalan saja. Strategi ini disengaja Khalid untuk menepis adanya blokade-blokade. Akhirnya, di bagian depan, berangkatlah Al Mutsanna, kemudian pasukan kedua adalah pasukan 'Adi bin Hatim Ath Tha'i, dan terakhir adalah pasukan Khalid, dan berjanji bertemu di Hudhair.  PASUKAN RANTAI Hurmuz sudah tahu perjalanan pasukan Khalid dan tahu pula bahwa kaum muslimin berjanji untuk bertemu di Hudhair. Maka ia pun mempercepat gerak pasukannya untuk mendahului kaum muslimin tiba di tempat tersebut. Hurmuz menempatkan Qubbadz dan Anusyjan di bagian depan pasukan.  Sampailah berita kepada Khalid bahwa orang-orang Persia sudah bersegera menuju Hudhair. Sebab itu, Khalid membawa pasukannya menjauh dari Hudhair menuju Kazhimah, tetapi Hurmuz sudah mendahului pula dan berhenti di tempat yang cukup persediaan airnya.  Adapun Khalid berhenti di tempat yang tidak ada persediaan airnya. Khalid berkata kepada shahabat-shahabatnya, “Turunkan beban-beban kalian, kemudian rebut air mereka. Demi Allah, air itu akan mengalir untuk golongan pasukan yang paling sabar dan tentara paling mulia.” Kaum muslimin segera menurunkan beban-beban mereka. Sedangkan kuda-kuda masih berdiri tegak, dan pasukan pejalan kaki mulai mendekati orang-orang kafir.  Allah Ta'ala yang Maha Pemurah mulai mengirimkan awan dan menurunkan hujan di bagian belakang barisan kaum muslimin. Akhirnya, kaum muslimin menjadi kuat dengan tersedianya air yang melimpah untuk bekal mereka.  Itulah sebagian bukti kebersamaan Allah Ta'ala dengan para wali-Nya yang beriman. Akhirnya, kedua pasukan itu saling berhadapan.  Hurmuz panglima Persia dikenal sebagai orang yang jahat dan curang, bahkan menjadi simbol dengan kejahatannya. Hurmuz sudah mendengar ketangguhan Khalid di medan laga. Oleh karena itu, ia berusaha melakukan muslihat untuk mengalahkan Khalid dan kaum muslimin dengan cepat.  Beberapa pengawalnya diperintahkan untuk maju bersamanya ke tengah-tengah lapangan antara kaum muslimin dan Persia. Hurmuz mulai berjalan ke depan dan menantang Khalid agar maju bertanding satu lawan dengannya.  Khalid menyambut tantangan itu dan turun dari kudanya. Dengan tenang, Khalid berjalan ke tengah gelanggang sambil menghunus pedangnya. Hurmuz juga mulai maju.  Tiba-tiba, begitu mendekat, Hurmuz menyerang Khalid. Tetapi dengan enteng Khalid mengelak.  Kedua pedang mulai beradu. Beberapa saat keduanya masih tangguh dan saling tebas. Dalam satu kesempatan, Khalid berhasil menelikung Hurmuz. Tetapi, beberapa pengawal Hurmuz segera maju hendak menyergap Khalid ketika beliau lengah. Qa’qa’ bin ‘Amr yang diturunkan dalam pasukan Khalid melihat kecurangan itu segera memacu kudanya bersama beberapa orang berkuda lainnya menyerang pengawal Hurmuz. Melihat keadaan ini kaum muslimin di belakang Qa’qa’ segera menyerbu.  Tentara Persia dengan kekuatan dan persenjataan lengkap segera menyambut serangan muslimin. Bunyi gemerincing rantai menggema menyelingi suara takbir dan jerit kematian. Pasukan Persia memang menggunakan rantai. Mereka mengikat kaki-kaki mereka agar tidak lari dari medang perang. Inilah salah satu alasan perang ini dinamakan juga Dzatu Salasil (pasukan rantai). Walaupun jumlah kaum muslimin jauh di bawah tentara Persia, tetapi semangat iman yang ada di hati mereka seakan meruntuhkan gunung. Kekuatan inilah yang sesungguhnya dihadapi oleh tentara penyembah api. Dengan cepat, pertempuran itu diselesaikan oleh kaum muslimin. Puluhan ribu prajurit Persia yang bertahun-tahun terlatih dalam strategi perang yang canggih saat itu bergelimpangan sia-sia. Kenyataan ini pula menambah dendam anak cucu dinasti Sasanid hingga saat ini terhadap kaum muslimin, khususnya bangsa Arab (Quraisy-ed). Akhirnya, kaum muslimin memperoleh ganimah yang berlimpah, dibawa oleh seribu ekor unta. Tetapi, kaum muslimin tidak menyerang para petani yang mereka jumpai di wilayah Persia. Para petani ditawari untuk menerima Islam, kalau mereka menerima, ada kewajiban zakat dari hasil pertanian mereka. Kalau mereka mau, mereka harus menyerahkan jizyah yang jauh lebih kecil daripada yang dirampas raja-raja Persia dari petani-petani tersebut. Seperlima rampasan itu dikirim oleh Khalid kepada Khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq. Sedangkan sisanya dibagi-bagi di antara para prajurit muslim.Termasuk yang dikirimkan kepada Khalifah adalah mahkota Hurmuz yang bertakhtakan permata, yang harganya sampai seratus ribu dinar.  Akan tetapi, mahkota itu justru dikembalikan Khalifah kepada Khalid sebagai hadiah untuk si Pedang Allah. Berturut-turut, wilayah Irak mulai membuka dan menyerahkan diri kepada Tentara Allah. Bala bantuan yang diinginkan Hurmuz terlambat datang. Bahkan kedatangan mereka pun sia-sia, karena menghadapi orang-orang yang merindukan bertemu dengan Allah sebagaimana orang-orang Persia yang sangat mencintai hidup.  Hampir 30.000 orang prajurit Persia mati di tangan kaum muslimin, setelah mereka memasuki wilayah Irak berikutnya, yaitu Madzar. Jatuhnya Madzar semakin menambah kemarahan dan dendam orang-orang Persia. Raja mereka segera mengirim pasukan besar untuk menghentikan laju kaum muslimin. Tetapi, siapa yang dapat menahan tentara Allah❓ Siapa yang dapat mencegah kekuatan iman jika sudah menerjang❓ Dalam pertempuran di wilayah Waljah, kekalahan Persia demikian memalukan. Khalid bertanding dengan seorang tentara Persia yang kekuatannya sebanding dengan seribu prajurit. Tetapi dengan mudah Khalid membunuhnya. والله أعلم. Sumber || Majalah Qudwah Edisi 11 | https://t.me/Majalah_Qudwah
3 tahun yang lalu
baca 10 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah nabi isa bin maryam, mereka tidak membunuhnya

MEREKA TIDAK MEMBUNUHNYA ✍🏻 Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i حفظه الله تعالى Hasad benar-benar telah membutakan mata hati kaum Yahudi! Nabi Isa bin Maryam عليه السلام yang diutus Allah, mereka tenggelam dalam lautan benci dan dengki terhadapnya. Begitu buruknya kehidupan seorang hamba yang hidup dalam lingkaran benci dan dengki! Hatinya tak pernah merasakan tenang dan tenteram, penuh dengan gejolak negatif dan lebih parah dari itu, ia akan sulit untuk menerima kebenaran yang benar-benar nyata. Kaum Yahudi tak mampu menyaksikan Nabi Isa عليه السلام yang diberi banyak kelebihan oleh Allah سبحانه وتعالى. Panas hati mereka, juga memerah mata mereka kala menghadapi kenyataan Nabi Isa dengan izin dan kuasa Allah mampu menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penyakit sopak, . membentuk tanah liat dalam rupa burung lalu meniupnya sehingga benar-benar terbang sebagai burung di angkasa, serta mukjizat-mukjizat lainnya. Mukjizat-mukjizat nan agung ini bukannya membuat kaum Yahudi beriman. Mereka justru mendustakan Nabi Isa, menyelisihi, dan menuduhnya dengan tuduhan-tuduhan keji. Kaum Yahudi berupaya untuk menganggu dan menyakiti Nabi Isa. Hingga akhirnya hal tersebut membuat Nabi Isa beserta sang Ibunda Maryam harus berpindah-pindah tempat agar bisa hidup tidak senegeri dengan kaum Yahudi.  Memang benar! Siapa pula yang akan tenang hidupnya jika harus senegeri dan seatap langit dengan orang-orang yang membenci dan memusuhi? Apatah nikmatnya harta benda bertumpuk jika jiwa menderita karena benci dan dengki? Apakah salah jika seorang hamba memilih bumi Allah yang lain agar dapat merasakan tenang dan tenteram di dalam beribadah ? Allah سبحانه وتعالى berfirman di dalam Al Qur'an:  يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ “Hai hamba-hamba-ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka beribadahlah kalian kepada Aku saja.” [Q.S. Al Ankabut: 56]. As Syaikh As Sa'di (Tafsir Karimir Rahman) menjelaskan ayat di atas, “Jika tidak mampu beribadah kepada Rabb kalian di sebuah tempat, maka tinggalkanlah tempat itu dan carilah tempat yang lain agar bisa mewujudkan ibadah hanya untuk Allah." Sudah berapa banyak hamba-hamba Allah meninggalkan negeri dan kampung halaman mereka demi beribadah kepada Allah dengan tenang. Lihatlah para shahabat yang berhijrah menuju negeri Habasyah! Renungkanlah kesabaran para shahabat yang berhijrah ke negeri Madinah! Nabi Isa dan Ibunda Maryam pun memilih untuk berpindah-pindah tempat guna mencari sebuah negeri tempat beribadah kepada Allah dengan tenang. Dengan pilihan tersebut, apakah kaum Yahudi berhenti sampai di situ ? Belum! Renungkanlah betapa buruk dan hinanya sikap iri dan dengki! Hati yang telah dibakar oleh api dengki tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada batas-batas bumi yang bisa menghentikan dengki. Biar saja orang mendengki, toh seorang hamba tetap dalam bahagianya walau sang pendengki hidup dalam kesempitan hati. Walaupun Nabi Isa dan Ibunda Maryam telah berusaha menghindar, dengki kaum Yahudi tetap belum berhenti. Kejahatan macam apa lagi yang mereka lakukan? NABI ISA DIANGKAT KE LANGIT Sejumlah utusan kaum Yahudi datang menemui Raja Damaskus yang ketika itu berkeyakinan musyrik penyembah bintang. Misi mereka adalah menghasut dan memprovokasi Sang Raja agar menjatuhkan hukuman seberat-beratnya atas Nabi Isa. Tentunya hasutan itu berisi dengan fitnah dan tuduhan-tuduhan keji. Demikianlah mata rantai kejahatan yang disebabkan oleh hasad dan dengki. نعوذ بالله. “Ada seseorang yang kini sedang berada di Baitul Maqdis. Ia menimbulkan keributan di antara penduduk negeri. la berusaha untuk menyesatkan orang-orang dan merusak tatanan negeri.” demikian hasutan kaum Yahudi di hadapan Sang Raja.  Raja pun marah!Sang Raja segera membuat surat perintah untuk Gubernur Maqdis agar menindaklanjuti laporan kaum Yahudi. Surat itu berisi, “Tangkaplah orang itu! Saliblah dia dan letakkan duri di atas kepalanya supaya dia tidak lagi mengganggu orang-orang!"  Jumat petang hingga malam Sabtu, Gubernur Maqdis beserta sejumlah prajurit dan ditemani beberapa orang Yahudi bergerak menuju tempat tinggal Nabi Isa. Surat perintah Sang Raja telah sampai kepadanya. Sehingga ia merasa tidak perlu berlama-lama untuk melaksanakan titah Sang Raja. Rumah Nabi Isa عليه السلام telah terkepung rapat! Melihat kenyataan tersebut, Nabi Isa عليه السلام menilai sudah tidak ada lagi pilihan. Apakah nantinya prajurit-prajurit tersebut akan berhasil merangsek masuk ke dalam rumah? Ataukah nantinya beliau yang harus keluar untuk menemui dan menyerahkan diri kepada mereka? Pada saat itulah, keajaiban dari Allah muncul ! “Siapakah di antara kalian yang bersedia berkorban? Ia akan dibuat mirip denganku. Kelak di surga ia akan menjadi kawan pengiringku.” Nabi Isa عليه السلام menyampaikan tawaran tersebut kepada 12 atau 13 muridnya yang saat itu sedang bersama menemani Nabi Isa عليه السلام di dalam rumah.  Murid yang paling muda tampil menawarkan diri. Akan tetapi Nabi Isa menolaknya dengan halus. Barangkali karena Nabi Isa menganggap muridnya itu masih terlalu muda untuk melaksanakan tugas tersebut. Namun meskipun telah diulang oleh Nabi Isa عليه السلام untuk yang kedua dan yang ketiga kalinya, tetap saja yang menawarkan diri adalah muridnya yang paling muda. Akhirnya Nabi Isa عليه السلام pun menyatakan, “Kalau begitu engkaulah orang yang terpilih.” Saat itu juga -dengan kuasa Allah- muridnya yang paling muda tersebut menjadi sangat mirip dengan Nabi Isa. Bahkan seakan-akan tidak ada lagi bedanya dengan Nabi Isa عليه السلام. Setelah itu, salah satu sisi dari atap rumah terbuka dan Nabi Isa عليه السلام terbawa oleh rasa kantuk. Malam itu jasad dan ruh Nabi Isa عليه السلام diangkat ke atas langit dari bumi. Untuk kemudian nantinya di akhir zaman beliau akan turun kembali ke bumi demi melaksanakan misi-misi suci dalam rangka membenarkan ajaran Nabi Muhammad ﷺ. Allah سبحانه وتعالى berfirman di dalam Al Qur'an: إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا  "(Ingatlah), ketika Allah berfirman, 'Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan membuatmu tertidur dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang- orang kafir.” (Q.S. Ali Imran: 55)  Setelah Nabi Isa عليه السلام diangkat ke langit, murid-murid beliau pun keluar meninggalkan rumah untuk menemui prajurit-prajurit Damaskus yang telah mengepung. Melihat murid paling muda yang telah menjadi sangat mirip dengan Nabi Isa, mereka pun segera menangkapnya. Malam itu juga sang murid termuda disalib. Tidak lupa mereka meletakkan duri-duri di atas kepalanya sesuai perintah Sang Raya. Kaum Yahudi merasa berbangga karena menganggap telah membunuh Nabi Isa عليه السلام. Sementara kaum Nasrani menerima begitu saja kedustaan kebohongan kaum Yahudi. Seluruh kaum Nasrani memercayai bahwa Nabi Isa telah disalib kecuali murid-murid Nabi Isa عليه السلام yang menyaksikan peristiwa diangkatnya beliau ke langit serta para pengikutnya yang setia. Setelah membawakan kisah di atas, Al Hafizh Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir 2/353) menyatakan, “Seluruh peristiwa ini merupakan ujian keimanan dari Allah untuk hamba-hamba-Nya. Sebab di balik peristiwa besar ini terdapat hikmah yang sangat mendalam." APAKAH NABI ISA TELAH MENINGGAL DUNIA? Kaum Yahudi beranggapan bahwa Nabi Isa telah terbunuh dalam keadaan disalib. Kaum Nasrani kemudian terpengaruh juga dengan meyakini bahwa Nabi Isa disalib untuk menebus dosa-dosa manusia karena kesalahan yang telah dilakukan oleh Nabi Adam. Padahal Nabi Isa masih hidup di atas langit. Kaum Yahudi tidak berhasil membunuh Nabi Isa. Renungkanlah firman Allah سبحانه وتعالى di bawah ini:  وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا  “Dan karena ucapan mereka, 'Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.' Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa." (Q.S. An Nisa: 157).  Resapilah firman Allah di atas! Jelas sekali Allah membantah keyakinan kaum Yahudi dan kaum Nasrani! Mereka tidak membunuh Nabi Isa! Bukan pula Nabi Isa yang mereka salib! Lalu siapakah yang telah mereka bunuh dan disalib? Benar-benar jelas Allah menyatakan bahwa yang mereka bunuh dan salib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa عليه السلام. Sejatinya, mereka sendiri pun tidak begitu yakin bahwa Nabi Isa عليه السلام benar-benar terbunuh dan disalib. Mereka berada di dalam keraguan, apakah Isa memang telah terbunuh ataukah belum? Orang-orang yang berakal di antara mereka -hingga saat ini- masih terus merasa bimbang tentang kebenaran Nabi Isa عليه السلام yang disalib. Namun apa guna keraguan dan kebimbangan tersebut jika tidak disertai dengan keimanan terhadap berita Al Qur'an ? Allah سبحانه وتعالى berfirman yang artinya, "Mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (Q.S. An Nisa: 157). Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما (Tafsir Ibnu Abi Hatim 4/1110) menjelaskan bahwa setelah peristiwa tersebut kaum Nasrani menjadi tiga kelompok.  Pertama adalah kelompok Ya'qubiyah; mereka berkeyakinan bahwa yang diangkat ke langit adalah Allah sendiri bukan Nabi Isa. Kelompok Nasthuriyyah menyatakan bahwa yang diangkat ke langit adalah putra Allah.  Sementara sejumlah kecil yang mengikuti Nabi Isa عليه السلام menyatakan bahwa yang diangkat ke langit adalah hamba dan utusan Allah. Kelompok Ya'qubiyah dan Nasthuriyyah bekerjasama untuk menumpas para pengikut setia Nabi Isa, hingga akhirnya Nabi Muhammad ﷺ diutus oleh Allah سبحانه وتعالى. NABI ISA MASIH HIDUP DI LANGIT  Inilah keyakinan yang benar! Hingga saat ini, Nabi Isa masih hidup di atas langit. Tidak ada sedikit pun celah yang dibuka untuk akal picik manusia untuk mengingkari, meragukan atau sekadar mempertanyakan hal ini. Bukanlah sesuatu yang mustahil, bukan pula hal yang tidak masuk akal jika Allah telah menetapkannya.  Bukankah Allah adalah Dzat yang mematikan dan menghidupkan? Bukankah Allah maha mampu untuk melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya? Lalu, dengan alasan apa kita menolak berita langit dan sabda utusan-Nya? Marilah kita membaca dengan mata hati dan dada yang lapang keterangan dari Al Imam Ibnu Katsir di bawah ini.  Setelah membawakan beberapa penafsiran ulama tentang firman Allah di dalam surat An Nisa' ayat 159,  beliau menyatakan, “Tidak ada sedikit pun keraguan lagi! Pendapat Ibnu Jarir (seorang ahli tafsir terkemuka) merupakan pendapat yang benar! Itulah yang dimaksud dari beberapa ayat tersebut. Untuk menegaskan batilnya keyakinan kaum Yahudi yang mengaku telah membunuh Nabi Isa. Demikian pula untuk menegaskan batilnya keyakinan kaum Nasrani bodoh yang menerima anggapan kaum Yahudi begitu saja.  Allah سبحانه وتعالى memberitakan bahwa pembunuhan Nabi Isa tidak pernah terjadi! Hanya saja, ada seseorang yang dibuat mirip dengan Nabi Isa. Orang itulah yang dibunuh, dan mereka tidak menyadarinya. Lantas setelah itu, Allah mengangkat Nabi Isa kepada-Nya. Sungguh Nabi Isa masih ada dan hidup. Menjelang bangkitnya kiamat, Nabi Isa عليه السلام akan turun ke bumi sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits yang mutawatir (derajat hadits yang paling shahih karena diriwayatkan oleh orang yang sangat banyak, sehingga mustahil untuk salah, baik disengaja ataupun tidak)." Apakah masih ada ragu yang tersisa di hati? Lihatlah pula ijma' dan kesepakatan para ulama' dalam hal ini! Al Qadhi Abu Muhammad menyatakan, "Umat telah berijma' sesuai dengan yang terkandung dalam hadits yang mutawatir, bahwa Nabi Isa masih hidup di langit dan bahwa ia akan turun di akhir zaman."[Tafsir Al Muharrar 3/143].  BARANGKALI MASIH ADA YANG TERSISA? Begitulah akibatnya jika memahami agama Islam dengan akal dan pendapat sendiri. Bingung, bimbang, dan menganggap ajaran agama sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Padahal andai saja ia mau mengembalikan masalah-masalah agama kepada ahlinya, pasti tidak ada sedikit pun yang membingungkan. Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk berpulang kepada ulama untuk memahami agama?Salah siapa jika muncul kebingungan karena bertanya tentang agama kepada orang yang tidak mengenal agama itu sendiri secara baik? Sejumlah kalangan mengingkari keberadaan Nabi Isa عليه السلام yang hingga saat ini masih tetap hidup di atas langit. Tidak masuk akal, kata sebagian mereka. Masya Allah! Apakah kebenaran ilahi mesti ditimbang dengan akal manusia yang sangat terbatas? Ini berita dari Allah dan rasul-Nya! Bukankah salah satu ciri seorang mukmin adalah beriman, tunduk, yakin, percaya, dan menerima sepenuh hati terhadap hal-hal yang bersifat gaib? Ada lagi yang sok ilmiah dengan memenggal satu dua kalimat dari firman Allah untuk mendukung pemahaman dangkal tersebut. Apakah hanya karena keliru memahami satu dua kalimat Al Qur'an, lalu kita mesti menolak ayat -ayat dan hadits-hadits yang secara gamblang menyatakan Nabi Isa عليه السلام masih hidup di atas langit? Hendak ke mana ia akan membawa agama ini? Alah سبحانه وتعالى berfirman di dalam Al Qur'an:  إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا "(Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir.” [Q.S. Ali Imran: 55]. Sebagian kalangan memahami makna dari firman Allah (مُتَوَفِّيكَ) adalah mewafatkan Nabi Isa. Lihat, kata mereka, Allah sendiri menyatakan bahwa Nabi Isa telah diwafatkannya? la memahami kalimat 'wafat' secara sempit dan dangkal! Kenapa ia tidak merujuk penafsiran para ulama? Kenapa ia menjadikan hal ini sebagai argumen pendapatnya sehingga ia membuang ayat-ayat lain dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ yang menjelaskan Nabi Isa masih tetap hidup di atas langit? Untuk menjawab pemahaman yang keliru ini, para ulama telah menerangkan beberapa keterangan. Hanya saja, mayoritas ulama memilih jawaban bahwa yang dimaksud dengan "wafat" adalah tidur. Maksudnya, ketika Nabi Isa diangkat ke langit pada malam itu, beliau dibuat tertidur terlebih dahulu. Apakah mungkin kalimat "wafat" diartikan tidur? Kenapa tidak? Al Qur'an bukan diturunkan dengan bahasa Indonesia sehingga kita boleh memahaminya dengan konteks bahasa Indonesia. Allah سبحانه وتعالى memilih bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur'an. Di dalam bahasa Arab, wafat juga bermakna tidur. Apalagi, makna ini didukung oleh ayat dan hadits Rasulullah ﷺ.  Allah سبحانه وتعالى berfirman:  وَهُوَ الَّذِي *يَتَوَفَّاكُمْ* بِاللَّيْلِ “Dan Dialah yang mewafatkan (yakni menidurkan) kalian di malam hari.” [Q.S. Al An'am: 60]. Tentunya Anda menghafal benar doa ketika bangun dari tidur? Rasulullah ﷺ mengajarkan [hadits Hudzaifah رضي الله عنه riwayat Al Bukhari 6312], agar kita ketika bangun tidur membaca doa: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah mematikan kita (yakni tidur). Dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali.” Apa pun sikap mereka, biarlah saja kesombongan dan keangkuhan mereka yang menolak kebenaran ini akan berhadapan dengan sebuah kenyataan manis di akhir zaman nanti. Sebuah kenyataan manis yang telah diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ di dalam hadits Abu Hurairah رضي الله عنه (AI Bukhari 3264 dan Muslim 155) yang artinya,  “Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sebentar lagi Ibnu (putra) Maryam akan turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil. la memecahkan salib, membunuh babi, dan tidak memungut jizyah (upeti). Dan harta ketika itu melimpah, namun tidak seorang pun menerimanya. Sehingga satu sujud menjadi lebih baik dibanding dunia dan seisinya." والله أعلم. Sumber ||Majalah Qudwah Edisi 11 || https://t.me/Majalah_Qudwah
3 tahun yang lalu
baca 12 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

istirahat itu di surga (renungan)

Istirahat Itu di Surga Saya tahu engkau lelah. Engkau sebagai orangtua pasti lelah. Membesarkan dan merawat anak bukanlah hal yang mudah. Mendidik dan membimbing anak pasti memerlukan kesabaran. Tiap orangtua terkuras pikirannya karena anak. Jangankan saat sakit, ketika anak sehat pun menjadi bahan pikiran. Jangankan dalam kondisi sedang tidak baik, meskipun lancar dan baik-baik saja, orangtua pasti yang terbayang adalah anak. Saya tahu, engkau sebagai orangtua pasti lelah. Engkau sebagai suami pasti lelah. Berjuang banting tulang peras keringat untuk menafkahi anak istri. Bahkan malam pun menjadi siang supaya keluargamu bahagia. Apalagi bukan hanya keperluan fisik yang mesti engkau penuhi, canda tawa dan adem ayem menjadi tugasmu untuk terwujud. Engkau, wahai suami , pasti lelah! Engkau sebagai istri pasti lelah. Pekerjaan rumah yang menjadi rutinitas tak bisa libur barang sehari. Tidak ada habisnya aktifitas di dalam rumahmu. Satu pekerjaan sudah selesai, artinya telah ditunggu 2,3 bahkan lebih pekerjaan lainnya. Istri , engkau pasti lelah! Engkau sebagai pejuang dakwah pasti lelah. Hampir setiap waktu, ada panggilan untuk berta'awun. Selalu saja ada ajakan ,”Ayo, kita bekerja-sama untuk membangun pondok!” . Waktumu teralokasikan di pendidikan, taklim, daurah, rapat-rapat, kepanitian ini dan itu. Iya, jalan dakwah yang engkau pilih memang membuat lelah. Memang, dunia ini melelahkan dan membuat penat. Capek dan membikin letih. Siapa saja pasti begitu. Orang baik dan orang jahat pun merasakan. Orang kafir ataupun yang beriman mengalami hal yang sama. Orang rajin itu lelah , bukankah orang malas pun lelah dengan kemalasannya? Bagaimana denganmu , kawan? Di pesantren, saya tahu engkau pasti lelah. Rutinitas di pesantren sungguh luar biasa. Namanya belajar pasti memeras energi. Belum lagi menghafal dan menghafal. Mengingat dan terus mengingat pelajaran. Dan itu bertahun-tahun berlangsung. Di pesantren, saya tahu engkau pasti capek. Tugas dan kewajibanmu tidak sedikit. Piket masak, piket kebersihan, piket jaga malam, piket menjamu tamu, kerjabakti, ngecor bangunan dan lain-lain. Sebelum shubuh mesti bangun, ketika malam segera tidur. Luar biasa lelahmu! Kadang , bahkan seringkali kita berpikir , “Kapan istirahatnya?”. Jawablah pada dirimu sendiri. Ajak hatimu berdamai dengan berkata ,”Istirahat itu di surga”. ooo___ooo Ada jenazah lewat. Nabi Muhammad lantas bersabda,  .“  مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ ”  “ ( Mustariih ) Bisa jadi ia istirahat, ( Mustaraah minhu ) bisa jadi yang lain istirahat darinya” Sahabat bertanya kepada beliau, apa yang dimaksud mustariih dan mustaraah minhu . Nabi Muhammad menjelaskan , “Hamba yang beriman , bisa beristirahat dari lelah dan persoalan dunia menuju rahmat Allah. Adapun hamba yang jahat , manusia, bumi , pohon dan hewan bisa istirahat darinya” (HR Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Qatadah) Hamba yang beriman barulah dapat merasakan istirahat setelah wafat. Ia telah terbebas dari penjara dunia.Ia lepas dari belenggu problematika kehidupan. Sepenuhnya ia dalam rahmat Allah. Selama masih hidup di dunia, mana ada kamus istirahat? Namun, untuk menikmati hakikat istirahat, berjuanglah menjaga keimanan. Supaya sejak nafas terakhir engkau hembuskan , sejak saat itulah engkau bisa menikmati istirahat. Al Waqidi (Futuhus Syam 1/33) menceritakan tahap demi tahap penaklukan wilayah Syam oleh panglima Khalid bin Walid. Di sebuah kesempatan , seorang jenderal perang , yaitu sahabat Dhirar bin al Azwar menyampaikan saran supaya Khalid beristirahat sejenak.Melihat lelahnya Khalid dan tenaga beliau yang dikuras, Dhirar semacam tidak tega. “Panglima , ijinkan saya yang memimpin untuk menyerang musuh sehingga Anda dapat istirahat sejenak”, kata Dhirar. Namun, Khalid menolak. Khalid memang capek. Khalid sangat lelah. Khalid tetap bersemangat untuk maju di medan laga. Namun, Khalid menitipkan pesan untuk kita melalui Dhirar. Apa pesan panglima Khalid kepada Dhirar? يَا ضِرَارُ الَّراحَةُ فيْ الْجَنَّةِ غَدًا "Dhirar, istirahat itu di surga kelak! “  Dalam Thabaqatul Hanabilah (1/293) Abul Husain Muhammad bin Muhammad (wafat 526 H) meriwayatkan tentang seorang tamu dari negeri Khurasan yang berkunjung menemui Imam Ahmad bin Hanbal. “Sengaja aku datang dari Khurasan untuk bertanya kepada Anda ; kapankah seorang hamba bisa merasakan nikmatnya istirahat?” , katanya. Imam Ahmad menjawab : “ عِنْدَ أَوَّلِ قَدَمٍ يَضَعُهَا فِي الَجَّنةِ” “Ketika pertama kali ia menapakkan kaki di surga” Marilah , kawan. Mari kita kurangi beban pikiran. Kita sedikitkan penat. Dengan mengingat bahwa hakikat istirahat itu di surga. Jangan berpikir bahwa di dunia ini kita bisa benar-benar istirahat. Kalau pun dikatakan istirahat, bukankah hanya sesaat? Dengan tidur , dengan bertamasya , dengan menjalani hobi atau dengan apapun cara yang dipilih. Apalagi mengambil jalan sesat untuk mencari istirahat. Dengan minuman keras,  dengan narkoba, dengan pergaulan bebas, atau cara-cara salah lainnya. Yakin saja bahwa mereka mustahil menemukan nikmatnya istirahat. Sebab, istirahat itu di surga. Musholla al Ilmu Pusdiklatmu 25 Mei 2021 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

biografi alqamah bin qais, potret sang guru

Potret Sang Guru Oleh : Ustadz Abu Hafiy Abdullah Sungguh penting untuk sejenak menoleh ke belakang, melihat kisah penuh hikmah para ulama salaf. Dari kalangan tabi'in (murid generasi sahabat) tertoreh nama seorang figur ulama dikenal dengan kapasitas ilmu fikih dan qira'ahnya. Beliau disebut-sebut sebagai muridnya Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu yang secara karakter dan kapasitas keilmuan paling mirip dengan gurunya tersebut. Beliau adalah Alqamah bin Qais bin Abdillah bin Malik bin Alqamah bin Sulaiman bin Kahl An Nakhai Al Kufi rahimahullah dengan kunyah Abu Sibl . Pertumbuhan beliau terdukung dengan suasana keluarga yang penuh dengan suasana ilmiah yang sangat baik. Tentu faktor keberadaan para sahabat di sekitarnya juga memiliki peran yang sangat vital dalam pertumbuhan ilmiahnya. Beliau adalah paman Al Aswad bin Yazid dan masanya. Alqamah dilahirkan pada masa kenabian dan tergolong sebagai Mukhadram. Mukhadram adalah orang yang beriman kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika beliau masih hidup namun tidak bertemu dengan Nabi. MIRIP DENGAN ABDULLAH BIN MAS'UD RADHIYALLAHU 'ANHU Beliau berhijrah untuk menuntut ilmu agama dan jihad lalu tinggal di Kufah. Di kota itulah, beliau bermulazamah dengan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu dan akhirnya menjadi pemimpin ulama dalam ilmu serta amal. Tak heran jika Alqamah menjadi ulama ahli qira'ah yang menuai pujian dari para ulama. . Beliaulah salah satu manusia paling fasih di zamannya dalam membaca Al Quran. Sebagaimana guru besarnya yang langsung dibimbing oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Simaklah hadis yang merekomendasikan bacaan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berikut ini. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: مَنْ سَرَّهُ أنْ يَقْرَأ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَاهُ بِقِرَاءَةِ بْنِ أُمِّ عَبْد "Barangsiapa ingin membaca Al Quran sebagaimana ketika baru saja diturunkan, maka bacalah Al Quran sebagaimana bacaan Ibnu Ummi 'Abd (Abdullah bin Mas'ud)." [H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih]. Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu  dinisbatkan kepada ibunya karena bapaknya meninggal pada zaman jahiliyah. Adapun ibunya yang bergelar Ummu 'Abdu masuk Islam. Ibnu Mas;ud radhiyallahu 'anhu menyukai suara Alqamah yang indah dalam membaca Al Quran. Suatu saat Ibnu Mas'ud menyuruh Alqamah agar membacakan Al Quran untuknya. Kemudian setelah selesai membaca Al Quran, beliau meminta agar dibacakan lagi seraya berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : إِنَّ حُسْنَ الصَّوْتِ زِيْنَة الْقُرْآنِ "Sesungguhnya suara yang indah adalah perhiasan Al Quran." Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu pernah meminta Alqamah agar menyimak bacaannya dan beliau memilih surat Al Baqarah. Setelah membaca surat tersebut, Ibnu Mas'ud bertanya kepadanya, "Apakah ada bacaan dalam surat ini yang terlewatkan?" Alqamah menjawab, "Ya ada satu huruf yang terlewatkan." "Apakah huruf ini dan ini?" Tanya Ibnu Mas'ud. "Ya benar" jawab Alqamah. Kuniah Abu Syibl adalah pemberian dari Abdullah bin Mas'ud kepada Alqamah. Sungguh Abdullah bin Mas'ud menjadi salah satu guru yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Hingga Ibnu Al Madini mengatakan "Tidak ada seorang sahabat yang memiliki murid-murid yang menghafal darinya dan selalu mengambil ucapan fikihnya kecuali tiga sahabat saja, yaitu Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhum. Dan orang yang pling berilmu tentang Ibnu Mas'ud adalah Alqamah, Al Aswad, Abidah dan Al Harits. Al Aswad berkisah, "Sungguh aku pernah melihat Abdullah bin Mas'ud mengajarkan tasyahud kepada Alqamah sebagaimana dia mengajarkan surat Al Quran kepadanya." Bahkan Ibnu Mas'ud telah berusaha mengajarkan segala yang beliau miliki kepada Alqamah. Sebagaimana beliau tegaskan dalam pernyataannya, 'Tidaklah aku membaca sesuatu dan mengajarkan ilmunya kecuali kepada Alqamah, sehingga dialah yang bisa membacanya atau mengetahui ilmunya." Ziyad bin Hudair pernah mengatakan kepada Ibnu Mas'ud, "Demi Allah, Alqamah bukanlah orang yang paling pandai membaca Al Quran di antara kami." Mendengar hal itu, sontak Ibnu Mas'ud menegaskan 'Bahkan demi Allah, dialah yang paling mahir di antara kalian." Wajar jika para ulama pun memandang  karakter dan kepribadian Alqamah rahimahullah sangat mirip dengan Abdullah bin Mas'ud radhyalllahu anhu. Utsman bin Sa'id menyatakan bahwa Alqamah adalah orang yang paling menguasai ilmunya Abdullah bin Mas'ud. Abu Ma'mar mengatakan, "Marilah kita menuju kepada orang yang paling menyeruai Abdullah bin Mas'ud dalam hal petunjuk, kepribadian, dan karakternya." Mereka pun mendatangi majelisnya Alqamah dan menimba ilmu darinya. Hal ini sebagaimana Abdullah bin Mas'ud disreupakan kerpribadian dan akhlaknya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Asy Sya'bi rahimahullah juga menegaskan bahwa murid Ibnu Mas'ud yang paling menguasai ilmunya adalah Alqamah bin Qais. Beliau memang termasuk murid Abdullah bin Mas'ud yang paling istimewa. Sepeninggal Ibnu Mas'ud ada enam murid beliau yang mengajarkan Al Quran dan sunnah Nabi shalallallahu alaih wasallam, mereka adalah Alqamah, Al Aswad, Masruq, Abidah, Abu Maisarah, Amr bin Syurahbil, dan Al Harits bin Qais. Di samping itu, Alqamah banyak belajar juga dari pembesar sahabat seperti Umar, Utsman, Ali, Abu Darda', Khalid bin Al Walid, Hudzaifah Khabbab, Aisyah, Sa'ad, Ammar, Abu Mas'ud Al Badry, Abu Musa al Asy'ari radhiyallahu anhum dan ulama yang lainnya. Oleh karena itu, gelar sebagai pakar fikih pun disandangkan oleh para ulama kepada beliau. Alqamah senantiasa salat wajib berjamaah di belakang Umar radhiyallahu anhu selama dua tahun. Beliau juga menyertai Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma dalam safarnya. Demikianlah seorang pengajar dituntut untuk tidak sebatas mengajarkan teori. Sungguh pengjaran akhlak secara aplikatif yang mulia baik tutur kata atau tindak tanduknya tidak kalah penting. PUJIAN ULAMA Keluasan ilmu dan kemiripannya dengan Abdullah bin Mas'ud membuat kagum ulama di zamannya. Berbagai pujian dan sanjungan pun tertuju kepada Alqamah, di antaranya adalah pujian Ahmad bin Hambal rahimahullah yang menyatakan bahwa Alqamah adalah seorang perawi yang tsiqah dan termasuk ulama yang baik. Ketsiqahan beliau ditegaskan pula oleh Yahya bin Ma'in dan ulama yang lainnya. Al Fadhl bin Dukain juga menegaskan bahwa Alqamah  adalah seorang yang tsiqah dan banyak meriwayatkan  hadis. Adz Dzahabi  dalam biografinya telah memberikan pujian yang baik bahwa Alqamah adalah ahli fikih dan ulama Kufah, ahli qira'ah, seorang imam, al hafizh, ahli tajwid, dan ulama besar yang mencapai derajat mujtahid. Ibrahim An Nakhai rahimahullah pernah ditanya siapakah yang lebih utama antara Alqamah dengan al Aswad, maka beliau mengaskan bahwa Alqamah lebih utama karena beliau pernah menyaksikan Perang Shiffin. Hal yang sama juga pernah ditanyakan kpada Asy Sya'bi, maka ia menjawab. "Adapun Al Aswad maka dia banyak melakukan puasa, salat malam dan haji. Namun Alqamah, meskipun lebih lambat (ibadahnya) namun bisa melampui orang yang cepat ibadahnya." Murah Al Hamdani mengatakan, "Alqamah termasuk ulama Rabbaniyyin meskipun beliau mandul dan tidak bisa mempunyai keturunan." Ulama Rabbaniyun adalah para ulama berilmu yang mengamalkan ilmunya dan mendakwahkannya kepada manusia. Merekalah suri teladan yang baik dalam ucapan, perbuatan, dan akhlaknya. Sementara itu Qabus bin Abi Thibyan bertanya kepada bapaknya yang begitu antusias dan semangat menghadiri majelisnya Alqamah. Padahal saat itu masih banyak sahabat Nabi yang masih hidup. Qabus berkata, "Apa yang membuatmu mendatangi Alqamah dan meninggalkan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam?" Dia menjawab,"Aku menjumpai sekelompok sahabat Nabi bertanya kepada Alqamah dan meminta fatwa kepadanya." Ulama sekelas Ar Rabi' bin Khutsaim pun rela mengunjungi Alqamah di rumah. Dan tidak ada seorang ulama pun yang pernah dikunjungi Ar Rabi' kecuali Alqamah. Ibrahim An Nakhai termasuk ulama yang menaruh respek besar terhadap Alqamah. Hingga Ibrahim pernah menyambut kedatangan Alqamah di atas tunggangannya lalu menuntun tanggungannya layaknya seorang pelayan. Subhanallah, seperti itulah kita diajari oleh ulama salaf untuk mnghormati orang-orang yang berilmu. Alqamah adalah pribadi yang zuhud terhadap kepemimpinan dan popularitas. Berprinsip tegas tidak ingin dekat dengan penguasa dan menjaga jarak dengan mereka. Di antara untaian nasihatnya adalah, "Tidaklah kalian mendapatkan keuntungan dunia dari penguasa melainkan mereka akan mendapatkan sebagian agamamu yang lebih utama dari apa yang kalian peroleh. Aku tidak suka mempunyai ribuan tentara sedangkan aku adalah tentara yang paling mulia di antara mereka." Suatu saat Abu Burdah telah mencatat Alqamah sebagai rombongan utusan kepada Mu'awiyah, maka Alqamah memerintahkan agar namanya dihapus dari rombongan tersebut. Sebagian muridnya pernah mengatakan, "Kalau sekiranya Anda salat di masjid lalu duduk dan kami pun ikut duduk bersamamu untuk bertanya kepadamu (perihal agama)." Maka beliau menjawab, "Aku tidak suka orang-orang mengatakan bahwa 'inilah Alqamah'. Mereka kembali berkata, "Sekiranya Anda pergi menemui para penguasa sehingga mereka bisa mengetahui kemuliaan Anda?" beliau pun menjawab, "Aku khawatir mereka akan menghinakanku melebihi penghinaanku terhadap mereka." Ini semua merupakan hasil manifestasi dari sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :  ومن أتى أبواب السلطان افتتن، وما ازداد أحد من السلطان قرباً، إلا ازداد من الله بعداً "Barangsiapa mendatangi pintu-pintu penguasa, maka dia akan terfitnah dan semakin dekat seseorang kepada penguasa, maka dia pun akan semakin jauh dari Allah" [Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Abani dalam Ash Shahihah no.1272] Alqamah lebih memilih kehidupan sederhana di rumahnya meskipun hasilnya tdak seberapa. Beliau memelihara kambing di rumah dan memberi makan kepada kambing-kambingnya sendiri. PETUAH-PETUAHNYA Alqamah mengatakan, "Hendaknya kalian terus mengulangi pelajaran ilmu agama (murajaah), karena dengan itulah ilmu agama agar senantiasa hidup." "Sesungguhnya kesempurnaan salam adalah dengan berjabat tangan dan di antara kesempurnaan hajia dalah engkau menghadiri sata dua rakaat bersama imam di Arafah." Menjelang kematiannya, Alqamah berpesan kepada sahabatnya, "Hendaknya kalian menalqin aku dengan kalimat 'Laa ilaaha illallaah', bersegeralah kalian membawa jenazahku ke kuburan dan jangan mengumumkan kmatianku. Sesungguhnya aku khawatir akan mnjadi pengumuman model jahiliyah." Pada dasarnya mengumumkan kematian bukanlah suatu hal yang terlarang selama sesuai dengan prosedur syariat. Karena Nabi dahulu pernah melakukannya. Seperti ketika beliau mengumumkan berita kematian raja Najasyi atau sebagian sahabatnya yang meninggal dalam perang Mu'tah. Adapun pengumuman yang terlarang dalam agama adalah pengumuman yang menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyah. Seperti mengumumkan kematian di atas menara-menara atau berkeliling desa dengan mengeraskan suara dan semisalnya. Inilah na'yu (pengumuman) kematian yang dilarang oleh Nabi hadisnya. Dalam kesempatan lain beliau mengatakan, "Jika kalian keluar membawa jenazahku, maka tutuplah pintu rumah sehingga tidak ada seorang wanita pun yang mengikuti jenazahku. Al Fadhl bin Dukain menjelaskan bahwa Alqamah meninggal di Kufah pada tahun 62 H pada nasa pemerintahan Yazid. Abu Nuaim An Nakhai menuturkan bahwa Alqamah meninggal pada usia sembilan puluh rahmat dan ampunan-Nya kepada Alqamah bin Qais. Allahu a'lam Sumber :  Siyar A'lam Nubala karya Adz Dzahabi. Ath Thabaqah Al Kubra karya Ibnu Sa'ad Majalah Qudwah Edisi 75 Vol 07/1441 H
4 tahun yang lalu
baca 9 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sahabat erat

 .Sahabat Erat Dek, pernah mendengar nama Ya'qub bin Syaibah? Ulama hadits kelahiran 180-an hijriyah ini dipuji oleh Ad Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala, "Seorang hafidz luar biasa, ulama besar terpercaya". Karya beliau yang fenomenal adalah al Musnad. Sebuah himpunan hadits-hadits yang diurutkan berdasarkan nama-nama sahabat Nabi. Sayang, kitab tersebut belum sempat selesai karena beliau wafat. "Ada 30-an jilid kitab al Musnad yang sempat ditulis. Andai bisa selesai, pasti mencapai 100 jilid" , adz Dzahabi menilai. Dek, sebenarnya bukan ini yang hendak saya ceritakan. Biografi beliau masih cukup panjang. Biografi indah dan gemilang. Saya hanya sebatas ingin berbagi cerita tentang keajaiban. Satu ketakjuban. Tentang apa? Ini tentang persahabatan. Bersahabat karena Allah Ta'ala. Bukan bersahabat karena diikat oleh pekerjaan atau harta. Bukan bersahabat hanya karena satu letting atau satu angkatan. Bukan bersahabat sebatas satu tim atau satu kelompok. Bersahabat karena sama-sama berharap ridha Allah. Bersahabat dengan tujuan jauh ke depan ; yaitu tetap bersatu sampai di surga. Ya'qub bin Syaibah bercerita. Cerita itu disebutkan oleh adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala (11/498). Cerita tentang si A,si B dan si C. Tiga sahabat. Hari raya tiba. Si A mempunyai uang 100 dinar. Hanya itu. Tidak ada yang lain. Uang itu akan digunakan untuk keperluan hari raya. Namun... Sahabatnya, si B, berkirim surat. Ingin meminjam sejumlah uang. Juga untuk kepentingan hari raya. 100 dinar milik si A semuanya dikirimkan kepada si B. Di saat yang sama, si C, juga berkirim surat kepada si B. Ia ceritakan kesulitannya. Ia ingin berutang. Ia meminta bantuan. Tanpa pikir panjang, si B mengirimkan uang 100 dinar lengkap dengan kampil (kantong penyimpan uang) yang ia terima dari si A. Kepada si C, uang 100 dinar ia berikan. Utuh. Tanpa dikurangi sekalipun satu dinar. Bagaimana dengan si A? Rupanya si A berpikir, bagaimana cara untuk memenuhi keperluan hari raya. Si A lantas bersurat kepada si C. Memohon bantuan. Hendak meminjam. Ingin berhutang. Apa yang dilakukan si C? 100 dinar lengkap dengan kampil nya, yang ia terima dari si B, diserahkan si C kepada si A. Si A terkejut. Kaget. Heran. Kenapa bisa? Si A masih ingat dan bisa mengenali bahwa uang 100 dinar dan kampilnya adalah miliknya yang dipinjamkan kepada si B. Kenapa bisa demikian? Dapat dari mana?  Si A dan si C berangkat bersama ke rumah si B. Meminta kejelasan. Mencari kepastian. Kata adz Dzahabi, "Setelah ketiganya bertemu dan bercerita, kampil uang itu sama-sama dibuka lalu dibagi tiga dengan rata" Subhanallah! Menurut perawi, ketiga orang yang diceritakan Ya'qub bin Syaibah adalah Ya'qub sendiri, Abu Hassan az Ziyadi dan satu orang lagi. Sungguh luar biasa! Persahabatan dan pengorbanan. Sama-sama saling mengalah dan mendahulukan. Tidak mau mengecewakan dan tidak ingin memupus harapan. Demikian persahabatan kaum Salaf, Dek. Nah, di pesantren belajarlah dan berlatihlah demikian! Jangan kikir! Berbagilah! Jangan hanya memikirkan diri sendiri namun ajaklah sahabatmu untuk sama-sama bahagia. Jangan biarkan sahabatmu bersedih! Moga-moga kita diberi anugerah dalam ujud sahabat erat. Di dunia hingga di akhirat. 10 Jan 2021 Pagi-pagi masih terasa sejuknya hujan. t.me/anakmudadansalaf
4 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

definisi dan kisah mula'anah / li'an antara suami dan istri

 .KISAH MULA'ANAH Tidak jarang suatu rumah tangga berantakan dan hancur karena perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan suami-istri. Karena seringnya wanita keluar rumah berinteraksi dengan lelaki asing yang bukan mahramnya. Akibat buruk dari bebasnya hubungan dan pesatnya kemajuan teknologi, demikian juga pengaruh media sosial sehingga rumah tangga menjadi berantakan. Mulai dari menuduh istrinya berzina dengan laki-laki lain, ragu-ragu dengan bayi yang dikandung sang istri, hingga menolak anak yang dilahirkan istrinya. HILAL BIN UMAYYAH DAN ISTRINYA Seorang sahabat mulia Hilal bin Umayyah radhiyallahu anhu menyampaikan keadaan istrinya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa istrinya telah berselingkuh. Bagaimana sikap Nabi? Mari kita simak hadis berikut ini. Imam Al Bukhari (4747) dan Imam Muslim (1496) meriwayatkan dalam kitab shahih keduanya. Hingga sampai sahabat mulia Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma. Ibnu Abbas berkata bahwa Hilal bin Umayyah menuduh istrinya (berzina) dengan Syarik bin Sahma, di sisi nabi. Maka Nabi berkata kepada Hilal: البَيِّنَةُ أَوْ حَدٌّ فِيْ ظَهْرِكَ "Engkau datangkan bukti atau hukuman had (cambuk) akan menimpa punggungmu." Hilal pun berkata "Ya Rasulullah, jika salah seorang diantara kita melihat ada lelaki di atas istrinya. Apakah dia harus mencari cari saksi (tuduhan tersebut)? Maka Nabi mengucapkan kembali : البَيِّنَةُ أَوْ حَدٌّ فِيْ ظَهْرِكَ "Engkau datangkan bukti atau hukuman had akan menimpa punggungmu." Maka Hilal berkata, "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sesungguhnya aku jujur. Allah pasti akan menurunkan ayat yang akan membebaskan punggungku dari hukuman had" Lalu malaikat Jibril turun dan menurunkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam beberapa ayat : وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَٰجَهُمْ وَلَمْ يَكُن لَّهُمْ شُهَدَآءُ إِلَّآ أَنفُسُهُمْ فَشَهَٰدَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَٰدَٰتٍۭ بِٱللَّهِ ۙ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ ۙ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri maka kesaksian orang-orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang jujur. Dan sumpah yang kelima bahwa laknat Allah akan menimpanya jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Dan istri itu terhindar dari hukuman apabila bersumpah empat kali atas nama Allah bahwa sesungguhnya suaminya benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan sumpah yang kelima bahwa laknat Allah menimpa istrinya jika suaminya termasuk orang-orang yang benar. (An-Nur 6-9) Lalu Nabi beranjak dan mengirim utusan untuk menemui istri Hilal. Kemudian Hilal datang dan bersaksi. Nabi berkata setelah itu: إنَّ اللَّهُ يَعْلَمُ أنَّ أحَدَكُما كَاذِبٌ، فَهلْ مِنْكُما تَائِبٌ؟ "Sesungguhnya Allah mengetahui bahwa salah satu dari kalian berdua berdusta. Apakah di antara kalian berdua ada yang bertaubat?." Lalu istri Hilal berdiri dan bersaksi maka tatkala hendak bersumpah yang kelima kaumnya menghentikannya. Mereka berkata, "Sesungguhnya hal itu murka dan laknat Allah pasti menimpanya". Ibnu Abbas berkata, "Wanita itu merenung dan berbalik sehingga kami menyangka bahwa dia akan rujuk. Lalu wanita itu berkata, "Aku tidak akan menjatuhkan kehormatan kaumku sepanjang masa." Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata :  أَبْصِرُوهَا، فَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أَكْحَلَ العَيْنَانِ، سَابِغَ الأَليَتَيْنِ، خَدَلَّجَ السَّقَيْنِ، فَهُوَ لِشَرْبِكِ ابْنِ سَحْمَاءَ "Perhatikan wanita itu. Jika dia melahirkan anaknya yang berbola mata hitam pantatnya kecil dan kedua betis yang kecil maka dia dari Syarik bin Sahma." Ternyata wanita itu tadi melahirkan anak yang disebutkan Nabi. Maka Nabi berkata "Kalaulah bukan karena perkara yang telah lewat di dalam kitabullah (ketetapan li'an), niscaya antara diriku dan wanita itu ada perkara (hukuman rajam karena berzina)" LELAKI YANG PERTAMA BERMULA'ANAH Pada riwayat Muslim nomor 1495 dari sahabat Anas radhiallahu anhu, sesungguhnya Hilal bin Umayyah radhiyallahu anhu menuduh istrinya berzina dengan Syarik bin Sahma. Hilal adalah saudara seibu dengan Al Barra bin Malik radhiyallahu anhu. Beliau adalah lelaki pertama yang melakukan mula'anah dalam Islam. Beliau berkata: Hilal melakukan mula'anah terhadap istrinya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda  أَبْصِرُوهَا، فإنْ جَاءَتْ به أَبْيَضَ سَبِطًا قَضِيءَ العَيْنَيْنِ فَهو لِهِلَالِ بنِ أُمَيَّةَ، وإنْ جَاءَتْ به أَكْحَلَ جَعْدًا حَمْشَ السَّاقَيْنِ فَهو لِشَرِيكِ ابْنِ سَحْمَاءَ، قالَ: فَأُنْبِئْتُ أنَّهَا جَاءَتْ به أَكْحَلَ جَعْدًا حَمْشَ السَّاقَيْنِ "Perhatikan wanita itu! Apabila ia melahirkan anak yang putih berambut lurus dan matanya tidak bening, berarti anak itu milik Hilal bin Umayyah. Bila melahirkan anak berbola mata hitam, keriting, dan kedua betisnya kecil, berarti anak itu Syarik bin Sahma'. Anas berkata "Saya diberitahu bahwa wanita itu melahirkan anak yang berbola mata hitam, keriting, dan kecil kedua betisnya. KISAH UWAIMIR Pada riwayat Imam Al Bukhari nomor 4745 dan 4746 serta Imam Muslim nomor 1487 / 3743 dari sahabat Sahl bin Saad, kisah yang serupa menimpa sahabat Uwaimir. Sahabat Sahl bin Saad menuturkan bahwa sesungguhnya Uwaimir mendatangi Ashim bin Adi. Sementara Ashim adalah kepala suku Bani Ajlan. Uwaimir berkata, "Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mendapati seorang laki-laki bersama istrinya? Apakah ia boleh membunuhnya lalu kalian (balas dengan) membunuhnya? Atau apa yang harus ia lakukan? Tanyakanlah hal ini untukku kepada Rasulullah! Lalu Ashim mendatangi Nabi seraya berkata, "Wahai Rasulullah! -Rasulullah tidak menyukai pertanyaan seperti itu-. Lalu Uwaimir bertanya kepada Ashim dan ia menjawab bahwa Rasulullah tidak menyukai pertanyaan tersebut dan mencelanya. Uwaimir berkata, "Demi Allah aku tidak akan berhenti sampai aku bisa bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu." Lalu datang dan berkata, "Wahai Rasulullah seorang laki-laki mendapatkan lelaki lain bersama istrinya. Apakah boleh membunuhnya lalu kalian (membalasnya dengan) membunuhnya? Atau bagaimana seharusnya ia berbuat?" Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ الْقُرْآنَ فِيكَ وَفِي صَاحِبَتِكَ "Sesungguhnya Allah telah menurunkan Alquran tentang mu dan istrimu" Lalu Rasulullah memerintahkan keduanya bermula'anah (saling melaknat) dengan yang telah Allah sebutkan dalam kitab-Nya. Lalu Uwaimir melaknatnya. Kemudian Uwaimir berkata, "Ya Rasulullah jika aku menahannya berarti aku menzaliminya." Lalu Uwaimir menceraikan istrinya. Kemudian jadilah itu sebagai sunnah bagi generasi setelah keduanya dalam mula'anah. Lalu Rasulullah bersabda  انْظُرُوا فَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أَسْحَمَ أَدْعَجَ الْعَيْنَيْنِ عَظِيمَ الأَلْيَتَيْنِ خَدَلَّجَ السَّاقَيْنِ فَلاَ أَحْسِبُ عُوَيْمِرًا إِلاَّ قَدْ صَدَقَ عَلَيْهَا، وَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أُحَيْمِرَ كَأَنَّهُ وَحَرَةٌ فَلاَ أَحْسِبُ عُوَيْمِرًا، إِلاَّ قَدْ كَذَبَ عَلَيْهَا Perhatikanlah! Apabila perempuan itu melahirkan anak yang hitam, bermata lebar dan hitam, pantatnya besar dan kedua betisnya besar, maka aku tidak mengira kecuali Uwaimir berkata jujur terhadap istrinya. Namun bila wanita itu melahirkan anak yang putih kemerahan, maka saya tidak mengira kecuali Uwaimir telah berdusta atas istrinya." Lalu wanita itu melahirkan seorang bayi yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan Rasulullah yang menunjukkan kejujuran Uwaimir. Setelah itu, anak tersebut dinasabkan kepada ibunya. MULA'ANAH Apa yang dialami oleh kedua sahabat yang mulia, menjadi landasan bagi kaum muslimin setelahnya. Menjadi ketetapan Allah pada keduanya dan umat setelahnya. Berdasarkan ayat dan hadits, serta kesepakatan para ulama, berlakulah hukum mula'anah. Sebagaimana dinukilkan oleh Ibnu Hajar pada kitab Fathul Bari adanya ijma' (kesepakatan) para ulama yang menunjukkan disyariatkannya mula'anah. Secara bahasa dari kata dasar la'ana, dari kata al-la'an yaitu diusir dan dijauhkan dari kebaikan. Sebagian ahli ilmu menerangkan makna mula'anah adalah saling mendoakan laknat di antara dua pihak. Secara syariat, persaksian-persaksian yang dikuatkan dengan sumpah, digandengkan dengan laknat dari arah suami dan disertai dengan doa murka Allah dari sisi istri. Menduduki posisi hukuman a- qadzf (tuduhan zina) pada hak suami dan menduduki hukuman had zina pada hak istri. Dinamakan li'an karena sumpah seorang lelaki pada ucapannya yang kelima bahwa Allah melaknatnya jika ia berdusta. Dan karena salah satu dari keduanya dusta dan hal ini tidak bisa dipungkiri, sehingga dia terlaknat. Sebagian ahli ilmu yang lain mengatakan bahwa mula'anah adalah sumpah suami dengan lafaz khusus yang menyatakan bahwa istrinya berzina atau menolak anaknya istri dari dirinya dan sumpahnya istri untuk mendustakan suaminya terhadap perkara yang dituduhkan oleh suami. Kapan suami melakukan mula'anah? Jika suami yakin bahwa istrinya berzina, hamil, atau anaknya yang dikandung bukan darinya. Maka saat itulah dilakukan mula'anah. Termasuk juga bila dia tidak menggaulinya namun anak tersebut lahir kurang dari enam bulan. Adapun sekadar keraguan dan dugaan belaka, maka tidak boleh melakukan mula'anah. Hukumnya haram, dosa besar. Hendaklah dia berhati-hati. Bahkan tuduhan semisal itu termasuk dosa besar yang dilarang oleh Nabi.Sebagaimana pada ayat keempat dari surat An Nur : وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا۟ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجْلِدُوهُمْ ثَمَٰنِينَ جَلْدَةًۭ وَلَا تَقْبَلُوا۟ لَهُمْ شَهَٰدَةً أَبَدًۭا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ "Dan orang-orang yang menuduh para wanita yang suci lalu tidak mendatangkan empat saksi, cambuklah dia 80 kali, jangan diterima persaksian mereka dan mereka adalah orang-orang fasik". Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ Hindarilah oleh kalian tujuh hal yang membinasakan." Ada yang bertaya, "Apakah hal itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari medan perang, menuduh zina terhadap wanita suci yang sudah menikah dan menjauh dari maksiat." [Muttafaqun alaih] Sumber : Majalah Qudwah Edisi 71 Vol 06 1440 H halaman 57-61 Ditulis oleh Al Ustadz Abu Bakar Al Jombangi
4 tahun yang lalu
baca 8 menit