Oleh : Ustadz Abu Hafiy Abdullah
Sungguh penting untuk sejenak menoleh ke belakang, melihat kisah penuh hikmah para ulama salaf. Dari kalangan tabi'in (murid generasi sahabat) tertoreh nama seorang figur ulama dikenal dengan kapasitas ilmu fikih dan qira'ahnya. Beliau disebut-sebut sebagai muridnya Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu yang secara karakter dan kapasitas keilmuan paling mirip dengan gurunya tersebut.
Beliau adalah Alqamah bin Qais bin Abdillah bin Malik bin Alqamah bin Sulaiman bin Kahl An Nakhai Al Kufi rahimahullah dengan kunyah Abu Sibl.
Pertumbuhan beliau terdukung dengan suasana keluarga yang penuh dengan suasana ilmiah yang sangat baik. Tentu faktor keberadaan para sahabat di sekitarnya juga memiliki peran yang sangat vital dalam pertumbuhan ilmiahnya.
Beliau adalah paman Al Aswad bin Yazid dan masanya. Alqamah dilahirkan pada masa kenabian dan tergolong sebagai Mukhadram. Mukhadram adalah orang yang beriman kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika beliau masih hidup namun tidak bertemu dengan Nabi.
Beliau berhijrah untuk menuntut ilmu agama dan jihad lalu tinggal di Kufah. Di kota itulah, beliau bermulazamah dengan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu dan akhirnya menjadi pemimpin ulama dalam ilmu serta amal. Tak heran jika Alqamah menjadi ulama ahli qira'ah yang menuai pujian dari para ulama.
Beliaulah salah satu manusia paling fasih di zamannya dalam membaca Al Quran. Sebagaimana guru besarnya yang langsung dibimbing oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Simaklah hadis yang merekomendasikan bacaan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berikut ini. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أنْ يَقْرَأ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَاهُ بِقِرَاءَةِ بْنِ أُمِّ عَبْد
"Barangsiapa ingin membaca Al Quran sebagaimana ketika baru saja diturunkan, maka bacalah Al Quran sebagaimana bacaan Ibnu Ummi 'Abd (Abdullah bin Mas'ud)." [H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih].
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dinisbatkan kepada ibunya karena bapaknya meninggal pada zaman jahiliyah. Adapun ibunya yang bergelar Ummu 'Abdu masuk Islam. Ibnu Mas;ud radhiyallahu 'anhu menyukai suara Alqamah yang indah dalam membaca Al Quran. Suatu saat Ibnu Mas'ud menyuruh Alqamah agar membacakan Al Quran untuknya. Kemudian setelah selesai membaca Al Quran, beliau meminta agar dibacakan lagi seraya berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ حُسْنَ الصَّوْتِ زِيْنَة الْقُرْآنِ
"Sesungguhnya suara yang indah adalah perhiasan Al Quran."
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu pernah meminta Alqamah agar menyimak bacaannya dan beliau memilih surat Al Baqarah. Setelah membaca surat tersebut, Ibnu Mas'ud bertanya kepadanya, "Apakah ada bacaan dalam surat ini yang terlewatkan?" Alqamah menjawab, "Ya ada satu huruf yang terlewatkan." "Apakah huruf ini dan ini?" Tanya Ibnu Mas'ud. "Ya benar" jawab Alqamah.
Kuniah Abu Syibl adalah pemberian dari Abdullah bin Mas'ud kepada Alqamah. Sungguh Abdullah bin Mas'ud menjadi salah satu guru yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Hingga Ibnu Al Madini mengatakan "Tidak ada seorang sahabat yang memiliki murid-murid yang menghafal darinya dan selalu mengambil ucapan fikihnya kecuali tiga sahabat saja, yaitu Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhum. Dan orang yang pling berilmu tentang Ibnu Mas'ud adalah Alqamah, Al Aswad, Abidah dan Al Harits.
Al Aswad berkisah, "Sungguh aku pernah melihat Abdullah bin Mas'ud mengajarkan tasyahud kepada Alqamah sebagaimana dia mengajarkan surat Al Quran kepadanya." Bahkan Ibnu Mas'ud telah berusaha mengajarkan segala yang beliau miliki kepada Alqamah. Sebagaimana beliau tegaskan dalam pernyataannya, 'Tidaklah aku membaca sesuatu dan mengajarkan ilmunya kecuali kepada Alqamah, sehingga dialah yang bisa membacanya atau mengetahui ilmunya."
Ziyad bin Hudair pernah mengatakan kepada Ibnu Mas'ud, "Demi Allah, Alqamah bukanlah orang yang paling pandai membaca Al Quran di antara kami." Mendengar hal itu, sontak Ibnu Mas'ud menegaskan 'Bahkan demi Allah, dialah yang paling mahir di antara kalian."
Wajar jika para ulama pun memandang karakter dan kepribadian Alqamah rahimahullah sangat mirip dengan Abdullah bin Mas'ud radhyalllahu anhu. Utsman bin Sa'id menyatakan bahwa Alqamah adalah orang yang paling menguasai ilmunya Abdullah bin Mas'ud. Abu Ma'mar mengatakan, "Marilah kita menuju kepada orang yang paling menyeruai Abdullah bin Mas'ud dalam hal petunjuk, kepribadian, dan karakternya." Mereka pun mendatangi majelisnya Alqamah dan menimba ilmu darinya. Hal ini sebagaimana Abdullah bin Mas'ud disreupakan kerpribadian dan akhlaknya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Asy Sya'bi rahimahullah juga menegaskan bahwa murid Ibnu Mas'ud yang paling menguasai ilmunya adalah Alqamah bin Qais. Beliau memang termasuk murid Abdullah bin Mas'ud yang paling istimewa. Sepeninggal Ibnu Mas'ud ada enam murid beliau yang mengajarkan Al Quran dan sunnah Nabi shalallallahu alaih wasallam, mereka adalah Alqamah, Al Aswad, Masruq, Abidah, Abu Maisarah, Amr bin Syurahbil, dan Al Harits bin Qais.
Di samping itu, Alqamah banyak belajar juga dari pembesar sahabat seperti Umar, Utsman, Ali, Abu Darda', Khalid bin Al Walid, Hudzaifah Khabbab, Aisyah, Sa'ad, Ammar, Abu Mas'ud Al Badry, Abu Musa al Asy'ari radhiyallahu anhum dan ulama yang lainnya. Oleh karena itu, gelar sebagai pakar fikih pun disandangkan oleh para ulama kepada beliau.
Alqamah senantiasa salat wajib berjamaah di belakang Umar radhiyallahu anhu selama dua tahun. Beliau juga menyertai Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma dalam safarnya. Demikianlah seorang pengajar dituntut untuk tidak sebatas mengajarkan teori. Sungguh pengjaran akhlak secara aplikatif yang mulia baik tutur kata atau tindak tanduknya tidak kalah penting.
Keluasan ilmu dan kemiripannya dengan Abdullah bin Mas'ud membuat kagum ulama di zamannya. Berbagai pujian dan sanjungan pun tertuju kepada Alqamah, di antaranya adalah pujian Ahmad bin Hambal rahimahullah yang menyatakan bahwa Alqamah adalah seorang perawi yang tsiqah dan termasuk ulama yang baik. Ketsiqahan beliau ditegaskan pula oleh Yahya bin Ma'in dan ulama yang lainnya.
Al Fadhl bin Dukain juga menegaskan bahwa Alqamah adalah seorang yang tsiqah dan banyak meriwayatkan hadis. Adz Dzahabi dalam biografinya telah memberikan pujian yang baik bahwa Alqamah adalah ahli fikih dan ulama Kufah, ahli qira'ah, seorang imam, al hafizh, ahli tajwid, dan ulama besar yang mencapai derajat mujtahid.
Ibrahim An Nakhai rahimahullah pernah ditanya siapakah yang lebih utama antara Alqamah dengan al Aswad, maka beliau mengaskan bahwa Alqamah lebih utama karena beliau pernah menyaksikan Perang Shiffin. Hal yang sama juga pernah ditanyakan kpada Asy Sya'bi, maka ia menjawab. "Adapun Al Aswad maka dia banyak melakukan puasa, salat malam dan haji. Namun Alqamah, meskipun lebih lambat (ibadahnya) namun bisa melampui orang yang cepat ibadahnya."
Murah Al Hamdani mengatakan, "Alqamah termasuk ulama Rabbaniyyin meskipun beliau mandul dan tidak bisa mempunyai keturunan." Ulama Rabbaniyun adalah para ulama berilmu yang mengamalkan ilmunya dan mendakwahkannya kepada manusia. Merekalah suri teladan yang baik dalam ucapan, perbuatan, dan akhlaknya.
Sementara itu Qabus bin Abi Thibyan bertanya kepada bapaknya yang begitu antusias dan semangat menghadiri majelisnya Alqamah. Padahal saat itu masih banyak sahabat Nabi yang masih hidup. Qabus berkata, "Apa yang membuatmu mendatangi Alqamah dan meninggalkan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam?" Dia menjawab,"Aku menjumpai sekelompok sahabat Nabi bertanya kepada Alqamah dan meminta fatwa kepadanya." Ulama sekelas Ar Rabi' bin Khutsaim pun rela mengunjungi Alqamah di rumah. Dan tidak ada seorang ulama pun yang pernah dikunjungi Ar Rabi' kecuali Alqamah.
Ibrahim An Nakhai termasuk ulama yang menaruh respek besar terhadap Alqamah. Hingga Ibrahim pernah menyambut kedatangan Alqamah di atas tunggangannya lalu menuntun tanggungannya layaknya seorang pelayan. Subhanallah, seperti itulah kita diajari oleh ulama salaf untuk mnghormati orang-orang yang berilmu.
Alqamah adalah pribadi yang zuhud terhadap kepemimpinan dan popularitas. Berprinsip tegas tidak ingin dekat dengan penguasa dan menjaga jarak dengan mereka. Di antara untaian nasihatnya adalah, "Tidaklah kalian mendapatkan keuntungan dunia dari penguasa melainkan mereka akan mendapatkan sebagian agamamu yang lebih utama dari apa yang kalian peroleh. Aku tidak suka mempunyai ribuan tentara sedangkan aku adalah tentara yang paling mulia di antara mereka."
Suatu saat Abu Burdah telah mencatat Alqamah sebagai rombongan utusan kepada Mu'awiyah, maka Alqamah memerintahkan agar namanya dihapus dari rombongan tersebut. Sebagian muridnya pernah mengatakan, "Kalau sekiranya Anda salat di masjid lalu duduk dan kami pun ikut duduk bersamamu untuk bertanya kepadamu (perihal agama)." Maka beliau menjawab, "Aku tidak suka orang-orang mengatakan bahwa 'inilah Alqamah'. Mereka kembali berkata, "Sekiranya Anda pergi menemui para penguasa sehingga mereka bisa mengetahui kemuliaan Anda?" beliau pun menjawab, "Aku khawatir mereka akan menghinakanku melebihi penghinaanku terhadap mereka."
Ini semua merupakan hasil manifestasi dari sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
ومن أتى أبواب السلطان افتتن، وما ازداد أحد من السلطان قرباً، إلا ازداد من الله بعداً
"Barangsiapa mendatangi pintu-pintu penguasa, maka dia akan terfitnah dan semakin dekat seseorang kepada penguasa, maka dia pun akan semakin jauh dari Allah" [Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Abani dalam Ash Shahihah no.1272]
Alqamah lebih memilih kehidupan sederhana di rumahnya meskipun hasilnya tdak seberapa. Beliau memelihara kambing di rumah dan memberi makan kepada kambing-kambingnya sendiri.
Alqamah mengatakan, "Hendaknya kalian terus mengulangi pelajaran ilmu agama (murajaah), karena dengan itulah ilmu agama agar senantiasa hidup."
"Sesungguhnya kesempurnaan salam adalah dengan berjabat tangan dan di antara kesempurnaan hajia dalah engkau menghadiri sata dua rakaat bersama imam di Arafah."
Menjelang kematiannya, Alqamah berpesan kepada sahabatnya, "Hendaknya kalian menalqin aku dengan kalimat 'Laa ilaaha illallaah', bersegeralah kalian membawa jenazahku ke kuburan dan jangan mengumumkan kmatianku. Sesungguhnya aku khawatir akan mnjadi pengumuman model jahiliyah."
Pada dasarnya mengumumkan kematian bukanlah suatu hal yang terlarang selama sesuai dengan prosedur syariat. Karena Nabi dahulu pernah melakukannya. Seperti ketika beliau mengumumkan berita kematian raja Najasyi atau sebagian sahabatnya yang meninggal dalam perang Mu'tah. Adapun pengumuman yang terlarang dalam agama adalah pengumuman yang menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyah. Seperti mengumumkan kematian di atas menara-menara atau berkeliling desa dengan mengeraskan suara dan semisalnya. Inilah na'yu (pengumuman) kematian yang dilarang oleh Nabi hadisnya.
Dalam kesempatan lain beliau mengatakan, "Jika kalian keluar membawa jenazahku, maka tutuplah pintu rumah sehingga tidak ada seorang wanita pun yang mengikuti jenazahku. Al Fadhl bin Dukain menjelaskan bahwa Alqamah meninggal di Kufah pada tahun 62 H pada nasa pemerintahan Yazid. Abu Nuaim An Nakhai menuturkan bahwa Alqamah meninggal pada usia sembilan puluh rahmat dan ampunan-Nya kepada Alqamah bin Qais. Allahu a'lam
Sumber :
Majalah Qudwah Edisi 75 Vol 07/1441 H