โ๐ป Al-Ustadz Abu Hisyam Sufyan Alwi ุญูุธู ุงููู ุชุนุงูู
Pembaca Qudwah ุฑุญู ูู ุงููู, kita semua tentu menginginkan untuk dicintai oleh Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู. Bagaimana tidak, Allah telah menjanjikan bagi hamba-hamba yang ia cintai, bahwa mereka pasti akan selalu mendapatkan berbagai kebaikan.
Dalam salah satu hadits qudsi, Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู menjanjikan akan selalu membimbing, mengabulkan permintaan, serta memberikan perlindungan kepada orang yang dicintai-Nya. Inilah keutamaan besar yang berhak didapatkan oleh orang-orang yang dicintai Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู. Tentunya, seorang muslim, ketika mereka mendapati keutamaan yang agung dalam hadits qudsi di atas, ia pun tergerak untuk berusaha menjadi hamba-Nya yang ia cintai. Sehingga ia pun benar-benar meraih janji-Nya.
Bagaimana agar seseorang dicintai Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู? Tentu dengan menjalankan berbagai sebab yang diterangkan oleh syariat ini. Yang jika seseorang melakukannya, maka mahabbatullah pun dapat ia raih.
Di antara cara dan sebab untuk meraih mahabbatullah **ialah melakukan ziarah.** Ziarah yang kami maksud di sini bukanlah ziarah kubur. Tapi yang kami maksud adalah berkunjung kepada saudara seiman secara umum, walau bukan kerabat keluarganya. Siapa pun itu.
Asal kata ziarah dalam penggunaan bahasa Arab bermakna mengunjungi. Asal kata ini bersifat umum, mencakup mengunjungi kuburan atau yang lainnya. Seseorang mengunjungi kuburan dikatakan ziarah dan seseorang yang mengunjungi saudaranya pun juga bisa dikatakan bahwa ia sedang menziarahi saudaranya. Demikian seterusnya. Walaupun memang dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna, yaitu dipakai untuk objek kuburan. Sehingga, ketika kata ziarah disebut, maka yang muncul di pikiran kita ialah ziarah kubur.
Nah, dalam tulisan ini, kami akan menggunakan kata ziarah untuk makna umum, sebagaimana asalnya dalam bahasa Arab. Yaitu ziarah kepada saudara seiman karena Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู. Ziarah ini pun termasuk amalan shalih yang agung. Bahkan, Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู menjanjikan kecintaan-Nya kepadanya.
Namun, mengunjungi saudara seiman tersebut harus ikhlas karena Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู. Ia cinta kepadanya karena ia seorang muslim, maka ia pun menziarahinya karena Allah.
Menguatkan hal ini, satu hadits qudsi yang lain, di mana Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู berfirman:
ููุฌูุจูุชู ู ูุญูุจููุชูู ููููู ูุชูุญูุงุจููููู ููููู ููุงูู ูุชูุจูุงุฐูููููู ููููู ููุงูู ูุชูุฌูุงููุณูููู ููููู
โPasti akan mendapatkan cinta-Ku bagi orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, saling menziarahi karena-Ku, saling memberi karena-Ku, dan saling bermajelis karena-Ku.โ (HR. Imam Malik dari shahabat Muadz bin Jabal ุฑุถู ุงููู ุนูู dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Targhib no. 3018).
Bahkan, dalam hadits yang lain, orang yang suka menziarahi saudaranya seiman, maka ia akan didoakan dengan doa yang mengagumkan. Rasulullah ๏ทบ bersabda:
ู ููู ุนูุงุฏู ู ูุฑููุถูุง ุฃููู ุฒูุงุฑู ุฃูุฎูุง ูููู ููู ุงูููู ููุงุฏูุงูู ู ูููุงุฏู ุฃููู ุทูุจูุชู ููุทูุงุจู ู ูู ูุดูุงูู ููุชูุจููููุฃูุชู ู ููู ุงูุฌููููุฉู ู ูููุฒููุงู
โBarang siapa yang menjenguk seorang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka seorang penyeru pun mendoakan, โSemoga Allah memperbaiki kehidupanmu, semoga Allah memperbaiki perjalananmu nanti, semoga Allah siapkan rumah untukmu di dalam surgaโ.โ (HR. Ibnu Majah, At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan lainnya. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Targhib no: 2578)
Nah, masihkah kita ragu untuk meraihnya?
Berkaitan dengan hal ini, terdapat suatu kisah yang Rasulullah ๏ทบ kisahkan.
ุฃูููู ุฑูุฌูููุง ุฒูุงุฑู ุฃูุฎูุง ูููู ููู ููุฑูููุฉู ุฃูุฎูุฑูู ููุฃูุฑูุตูุฏู ุงูููููู ูููู ุนูููู ู ูุฏูุฑูุฌูุชููู ู ูููููุง ููููู ููุง ุฃูุชูู ุนููููููู ููุงูู ุฃููููู ุชูุฑููุฏู ููุงูู ุฃูุฑููุฏู ุฃูุฎูุง ููู ููู ููุฐููู ุงููููุฑูููุฉู ููุงูู ูููู ูููู ุนููููููู ู ููู ููุนูู ูุฉู ุชูุฑูุจููููุง ููุงูู ููุง ุบูููุฑู ุฃููููู ุฃูุญูุจูุจูุชููู ููู ุงูููููู ุนูุฒูู ููุฌูููู ููุงูู ููุฅููููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุฅููููููู ุจูุฃูููู ุงูููููู ููุฏู ุฃูุญูุจูููู ููู ูุง ุฃูุญูุจูุจูุชููู ููููู
โDahulu kala, ada seseorang yang hendak menziarahi saudaranya yang ada di suatu kampung. Maka Allah pun mengutus satu malaikat agar menunggunya di jalan yang ia lalui. Ketika malaikat menjumpainya, ia pun bertanya kepada si lelaki, โKamu mau ke manaโโ
โAku ingin menziarahi saudaraku yang ada di desa seberang.โ jawabnya.
โApakah engkau memiliki hutang budi kepadanya yang sekarang kau ingin membalasnyaโโ
โTidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.โ
โKetahuilah, aku adalah utusan Allah. Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู mengutusku kepadamu. Aku ingin mengabarkan kepadamu bahwa Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู pun mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya karena-Nya.โ
(HR. Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah ุฑุถู ุงููู ุนูู)
Hadits ini menerangkan keutamaan besar yang berhak didapatkan oleh seseorang yang menziarahi saudaranya karena Allah. Maksud โkarena Allahโ adalah ia benar-benar mengharapkan pahala Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู dari apa yang ia lakukan. Yakni, ziarahnya memang untuk niatan-niatan yang baik.
Maka kiranya di sini kita perinci adab ziarah yang baik, sebagaimana diterangkan oleh para ulama. Sehingga dengan beradab ketika berziarah, maka kita pun benar-benar akan mendapatkan mahabatullah. Semoga.
Baca juga : Adab-adab Berkunjung
Sumber : Majalah Qudwah Edisi 11
https://t.me/Majalah_Qudwah