Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah taubatnya yazid al faqir

4 tahun yang lalu
baca 9 menit

TAUBAT SEORANG YAZID AL-FAQIR

✍🏻 Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i حفظه الله تعالى

Taubatnya Yazid Al Faqir

Al Faqir bukanlah gelar beliau yang berarti fakir miskin! Beliau digelari Al Faqir karena selalu merasakan sakit di tulang punggung (yang dalam bahasa Arab disebut faqarah).

Yazid bin Shuhaib Abu Utsman berasal dari kota Kufah, Irak. Beliau termasuk perawi tsiqah (terpercaya agama dan hafalannya) yang disebutkan riwayatnya oleh Al Imam Al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An Nasa'i, dan yang lain. Berguru kepada beberapa orang shahabat seperti Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdillah, dan Abu Sa'id Al Khudri.

Sebagai seorang perawi, Yazid Al Faqir terhitung sedikit riwayatnya. Beliau juga termasuk dari sekian banyak guru besar Imam Abu Hanifah.

HIDAYAH DI SEBUAH PERJALANAN HAJI

Dahulu, Yazid Al Faqir termasuk orang yang mengikuti dan terpengaruh oleh paham Khawarij. Suatu saat, Yazid Al Faqir berangkat meninggalkan kota Kufah dalam rombongan besar menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka berencana, setelah selesai menunaikan haji, akan menyebarkan paham Khawarij secara terang-terangan. Mereka juga ingin menggalang pengikut sebanyak-banyaknya. 

Rombongan Yazid Al Faqir sempat juga singgah di kota Madinah. Tanpa direncanakan, Yazid beserta rombongan malah bertemu shahabat Jabir bin Abdillah رضي الله عنه yang sedang duduk di salah satu tiang. Jabir bin Abdillah sedang menyampaikan hadits Rasulullah ﷺ untuk orang-orang.

Ketika itu, salah satu hadits yang disampaikan oleh Jabir bin Abdillah adalah tentang Al Jahannamiyyun, yaitu penduduk neraka yang dikeluarkan dari neraka, lalu dimasukkan ke dalam surga.

"Wahai shahabat Rasulullah, kalian ini sedang membicarakan apa? Bukankah Allah سبحانه وتعالى berfirman: 

إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ ۖ 

"Sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan.” (Q.S. Ali Imran: 192)

كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا  

“Setiap kali mereka hendak keluar darinya (neraka), mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya." (Q.S. As Sajdah: 20).

Pendapat apa ini yang sedang kalian bicarakan?" Yazid Al Faqir membantah dan bertanya kepada Jabir bin Abdillah. 

Dengan tenang dan penuh kasih, Jabir bin Abdillah bertanya balik, "Apakah engkau menguasai Al Our'an ?” 

“Iya.” jawab Yazid. 

Jabir lalu melontarkan sebuah pertanyaan kepada Yazid, "Apakah engkau pernah mendengar ayat tentang Maqam (kedudukan) Nabi Muhammad ﷺ -Allah akan membangkitkan Rasulullah ﷺ pada Maqam tersebut-?" 

“Aku pernah mendengarnya.” kata Yazid. 

Lalu Jabir pun menceritakan sabda Rasulullah ﷺ tentang Al Jahannamiyyun di hari kiamat nanti.

Pada saat itu, Jabir juga menyampaikan sabda Rasulullah ﷺ: 

إِنَّ قَوْمًا يُخْرَجُوْنَ مِنْ النَّارِ يَحْتَرِقُونَ فِيهَا إِلَّا

دَارَاتِ وُجُوهِهِمْ حَتَّى يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya ada sebuah kaum yang dikeluarkan dari Neraka. Mereka terbakar di dalam neraka kecuali sisi-sisi wajah mereka (tempat sujud), sampai akhirnya mereka masuk ke dalam surga."

Setelah mendengar penjelasan Jabir bin Abdillah رضي الله عنه dari Rasulullah ﷺ, Yazid Al Faqir dan seluruh rombongan pun menyatakan rujuk dari paham Khawarij. Hanya ada satu orang di antara mereka yang tetap bersikukuh dengan paham Khawarij. 

Kata Yazid ketika itu kepada rombongannya, "Celaka kalian! Apakah kalian akan menuduh orang tua ini berdusta atas nama Rasulullah?” 

Kisah di atas disebutkan oleh Al Imam Muslim di dalam As Shahih no. 191. 

ADAKAH PENDUDUK NERAKA YANG DIKELUARKAN?

Sebagian kalangan berpendapat bahwa setiap orang yang dimasukkan ke dalam neraka tidak mungkin dikeluarkan, tanpa terkecuali. Bagi mereka, seorang muwahhid (ahli Tauhid) sekalipun, yang melakukan dosa besar pasti dikekalkan di dalam neraka. Paham ini menjadi keyakinan kaum Khawarij, Mu'tazilah, dan yang lain.

Oleh sebab itu, mereka pun mengingkari syafa'at untuk pelaku dosa besar.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Adapun syafa'at untuk para pelaku dosa dari umat ini, telah disepakati keberadaannya di antara shahabat, para pengikut mereka dengan baik, seluruh kaum muslimin, baik imam empat (Malik, Abu Hanifah, Syafi'i, dan Ahmad) maupun yang lain. 

Sementara, kalangan ahlu bid'ah banyak yang mengingkarinya. Seperti Khawarij, Mu'tazilah, dan Zaidiyah. Mereka mengatakan, 'Siapa yang masuk neraka tidak akan keluar darinya. Tidak dengan syafa'at ataupun sebab yang lain.'

Menurut mereka, tidak ada pembagian kecuali hamba yang masuk surga sehingga ia tidak masuk neraka, dan hamba yang masuk neraka sehingga tidak masuk surga. Menurut mereka, siksa dan pahala tidak mungkin terhimpun dalam satu orang.

Adapun para shahabat, para pengikut mereka yang baik, seluruh kaum muslimin, baik imam empat ataupun yang lain, mereka menetapkan -sesuai hadits-hadits shahih dari Nabi-, bahwa Allah akan mengeluarkan sebuah kaum dari neraka. Setelah Allah menyiksa mereka sesuai dengan kehendak Allah untuk menyiksa.

Alah سبحانه وتعالى mengeluarkan mereka dari neraka dengan syafa'at Muhammad ﷺ. Allah juga mengeluarkan yang lain dari neraka dengan syafa'at selain Nabi Muhammad ﷺ. Dan Allah Subhanallahu Wa Ta'ala juga mengeluarkan sebagian yang lain tanpa ada syafa'at.” [Majmu' Fatawa 1/148]

AL QUR'AN DAN AS SUNNAH DENGAN BIMBINGAN SHAHABAT ADALAH PANGKAL KEBAHAGIAAN.

Melalui kisah Yazid Al Faqir di atas, jelaslah sudah bahwa kebenaran itu hanyalah dapat diraih dengan kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah ﷺ dengan pemahaman para shahabat.

Lihatlah! Yazid Al Faqir, -yang terpengaruh oleh paham Khawarij-membangun pendapat dan pemikirannya dengan ayat-ayat Al Qur'an juga! Akan tetapi, Jabir bin Abdillah رضي الله عنه -seorang shahabat Rasulullah ﷺ-  meluruskan pemahaman itu dengan menyebutkan sabda Rasulullah ﷺ. 

Hasilnya? Alhamdulillah, Yazid Al Faqir beserta rombongan pun rujuk dan kembali kepada kebenaran.

Seperti itulah seharusnya yang dilakukan kaum Khawarij di negeri kita! Walaupun memang tidak ada gerakan, organisasi, lembaga, atau apapun bentuknya yang menamakan diri sebagai Khawarij, akan tetapi gaya berpikir paham Khawarij seperti di atas banyak yang bercokol di benak mereka. Na'udzu billah minal khudzlaan.

Di negeri kita ini, masih banyak yang berpendapat, "Kalau sudah masuk neraka, ya kekal di neraka! Karena Allah menyebutkan khalidin fiha abadan! Kekal di dalam neraka selama-lamanya!" 

BERITA KENABIAN

Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari shahabat Imran bin Hushain رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda: 

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ ﷺ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّنَ

“Sebuah kaum akan keluar dari neraka dengan syafa'at Muhammad. Mereka kemudian masuk ke dalam surga. Mereka disebut dengan Al Jahannamiyyun.”  (H.R. Al-Bukhari 6566)

Al Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya Rasulullah ﷺ bersabda:

أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لاَ يَمُوْتُوْنَ فِيْهَا وَلاَ يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمْ النَّارُ بِذُنُوْبِهِمْ أَوْ قَالَ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوْا فَحْمًا أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ فَجِيْءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوْا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِثُمَّ قِيْلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيْضُوْا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُوْنَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُوْنُ فِى حَمِيْلِ السَّيْلِ

"Adapun penduduk neraka yang memang penduduknya, sesungguhnya mereka tidak mati juga tidak hidup di sana. Akan tetapi (berbeda) dengan sekelompok orang yang dibakar api sesuai dengan dosa mereka -atau beliau bersabda- sesuai dengan kesalahan mereka." (H.R. Muslim (185) dari Abu Sa'id Al-Khudri رضي الله عنه)

Allah سبحانه وتعالى benar-benar mematikan mereka. Sampai ketika mereka telah terpanggang, syafa'at pun diijinkan. Mereka lalu didatangkan secara berkelompok-kelompok dan disebarkan di sungai-sungai surga.

Kemudian disampaikan kepada penduduk surga, "Siramlah mereka!" Lalu mereka pun tumbuh seperti benih tumbuhan yang tumbuh di bawaan banjir.”

Al lmam At Tirmidzi (2435) meriwayatkan dengan sanadnya dari shahabat Anas bin Malik رضي الله عنه dan dishahihkan oleh Al Albani رحمه الله dalam Shahih At Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda: 

شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي

“Syafa'atku untuk para pelaku dosa besar dari umatku."

Saudara pembaca, tiga hadits di atas tentunya cukup sebagai hujjah kebenaran paham Ahlus Sunnah sekaligus bukti kesesatan paham Khawarij dan yang semisal. Sebenarnya, hadits-hadits Rasulullah ﷺ dalam hal ini sangat banyak. Bahkan mencapai tingkat mutawatir. Tidak sedikit ulama yang menyatakan hal ini. Seperti Syaikhul Islam (Majmu' Fatawa 1/290) dan Al Hafizh Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir 2/361).

Hal ini penting disampaikan, sebab sebagian ahli bid'ah menganggap hadits syafa'at untuk pelaku dosa besar hanyalah hadits ahad¹)!

SEBUAH SISI KESESATAN MEREKA

Ada beberapa ayat Al Qur'an yang disebutkan oleh kaum Khawarij, Mu'tazilah, dan yang sejalan untuk menyatakan setiap orang yang telah dimasukkan ke dalam neraka tidak akan mungkin dikeluarkan. Ayat-ayat tersebut juga digunakan untuk menolak keberadaan syafa'at bagi para pelaku dosa besar. Benarkah demikian?

Al Imam Ajurri (As Syari'ah 2/144) menegaskan, “Sesungguhnya orang yang mendustakan syafa'at telah melakukan kesalahan fatal di dalam memahami. Hal itu membuatnya melenceng dari Al Kitab dan As Sunnah. Bentuknya, mereka bersandar dengan ayat-ayat Al Qur'an yang diturunkan tentang kaum kafir. Allah memberitakan bahwa mereka  (kaum kafir) jika masuk ke dalam neraka tidak akan keluar darinya.

Orang yang mendustakan syafa'af menggunakan ayat-ayat tersebut untuk kaum muwahhidin (hamba-hamba yang bertauhid). Sementara, ia sama sekali tidak memperhatikan berita-berita dari Rasulullah ﷺ yang menetapkan syafa'at untuk para pelaku dosa besar, yang Al Qur'an pun mendukung hal itu.” 

Paham Ahlus Sunnah mengajarkan kita bahwa seorang hamba yang meninggal dalam keadaan bertauhid dan tidak membawa dosa syirik, maka ia akan masuk surga. Jika ia menanggung dosa besar dan belum sempat bertaubat sebelum wafat, keputusannya kembali kepada Allah. Jika Allah menghendaki, ia langsung diampuni. Dan jika Allah menghendaki, ia disiksa terlebih dahulu di dalam neraka. Kemudian setelah itu, ia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.

Rasulullah ﷺ bersabda (Shahih Muslim 94) menyampaikan kepada Abu Dzar رضي الله عنه: 

مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا الله ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ

إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Tidak ada seorang pun hamba yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, kemudian ia meninggal dunia di atas kalimat tersebut, kecuali ia pasti masuk surga."

“Meskipun ia berzina dan mencuri?  tanya Abu Dzar. 

Rasulullah ﷺ menjawab, "Meskipun ia berzina dan mencuri."

Tiga kali Abu Dzar bertanya, dan tiga kali pula Rasulullah ﷺ menerangkan dengan jawaban yang sama. Akhirnya Abu Dzar رضي الله عنه pun pergi sambil mengulang-ulang kalimat, “Walaupun Abu Dzar tidak suka."

Inilah keutamaan Tauhid! Seorang hamba yang merealisasikan tauhid pasti masuk surga!Tentunya, tidak cukup dengan hanya mengucapkan kalimat syahadat! Sebab, kalimat syahadat -kalimat tauhid- memiliki syarat dan juga memiliki pembatal. Maka, seorang hamba berkewajiban untuk mempelajari dan mewujudkan syarat-syarat tauhid, juga menjauhi pembatal-pembatalnya.

KISAH THALQ BIN HABIB?

Al Imam Ahmad رحمه الله (Al Musnad 3/330) membawakan kisah pertemuan seorang ulama tabi'in bernama Thalq bin Habib dengan shahabat Jabir bin Abdillah رضي الله عنه. 

Thalq bin Habib رحمه الله berkisah, “Aku termasuk orang yang paling keras di dalam mendustakan syafa'at. Sampai akhirnya aku menanyakannya kepada Jabir bin Abdillah. Jabir رضي الله عنه pun menjawab, 'Wahai Thulaiq! Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya mereka (penduduk neraka), akan keluar setelah memasukinya.””

Kemudian kisah di atas berlanjut dengan dialog antara Thalq bin Habib dengan Jabir bin Abdillah رضي الله عنه. 

Hanya saja, kisah di atas diriwayatkan melalui seorang perawi majhul (tidak dikenal/diketahui) bernama Sa'id bin Al Muhallab (Silsilah Shahihah 3055). Sehingga, kisah Thalq bin Habib yang rujuk dari paham Khawarij (mendustakan syafa'at) setelah bertemu dengan Jabir bin Abdillah رضي الله عنه, adalah kisah yang lemah riwayatnya. 

والله أعلم.

Referensi: 

✹ Siyar A'lam Nubala karya Adz Dzahabi رحمه الله

✹ Al Khawarij karya Sulaiman Al Ghusn.

Catatan Kaki:

1) Hadits Mutawatiir adalah hadits yang memiliki banyak rantai periwayatan sehingga mustahil 

untuk berdusta. Sedangkan hadits ahad adalah hadits yang jumlah rantai penwayatannya  kurang dari itu. Hadits ahad bisa diterima jika melalui rantai periwayat yang tsiqah (terpercaya secara keagamaan dan hafalannya).

Sumber || Majalah Qudwah Edisi 10 || https://t.me/Majalah_Qudwah

Oleh:
Atsar ID