Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

bersabarlah bagi jiwa yang diberi musibah / ujian

بسم الله الرحمن الرحيم Bersabarlah wahai saudaraku, engkau akan diberi pahala atas musibah ini. Allah mentakdirkan musibah karena adanya hikmah yang besar dibalik musibah ini, maka bersabarlah Simaklah nasihat indah seorang imam berikut ini. Asy Syaikh Al'allamah Abdul Aziz Ibnu Baz rahimahullah. Bismillahirrahmanirrahiym. Alhamdulillah washallallah wasallam 'ala Rasulillah . wa'ala alihi wa ashhabihi wamanihtada bihudahu amma ba'du. Sesungguhnya Allah subhanahu telah mewajibkan atas hamba-hamba-Nya bersabar atas musibah -musibah. Allah subhanahu berfirman : (واصبروا إن الله مع الصابرين ) "Dan hendaknya kalian bersabar sesunggunya Allah barsama orang yang sabar " (Al Anfal :  46) Allah jalla wa 'ala berfirman: وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (an-Nahl: 127) Allah subhanahu wata'aala berfirman: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-Baqarah : 155-157) Bersabar hukumnya adalah wajib, yaitu menahan lisan agar tidak meratap , menahan tangan agar tidak mencakar wajah, merobek baju, atau yang semisalnya, dia menahan tangannya dari perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya (dilakukan), menahan lisannya dari yang tidak semestinya (diucapkan), hatinya tidak berkeluh kesah, demikianlah. Oleh karena inilah Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: أنا بريء من الصالقة والحالقة والشاقة Artinya: Saya berlepas diri dari shaliqah ( yang mengeraskan suaranya ketika ada musibah)Haliqah (mencukur rambutnya dikala ada musibah)  syaaqqah(merobek-robek bajunya ketika ada musibah). Dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ Artinya: Bukan termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek saku, dan berseru dengan seruan Jahiliyyah (ketika ada musibah) . Orang yang sabar adalah menahan anggota badan dan lisannya dari yang tidak semestinya (untuk dilakukan dan diucapkan), Dia memakmurkan hatinya dengan ketenangan, mengharap pahala Allah, dan tidak berkeluh kesah, dan  dengan mengimani bahwa Allah subhanahu adalah Dzat yang maha bijaksana lagi maha mengetahui, Dia menentukan musibah tersebut karena suatu hikmah yang matang . Dia mentakdirkan 💊 untuk orang ini sakit, 🚘 untuk orang ini tertabrak mobil, 🛏 untuk orang ini meninggal, 🔥 untuk orang ini mendapatkan gangguan dari sifulan dan sifulan, dan seterusnya, Allah subhanahu wata'aala mempunyai hikmah yang matang (dibalik itu semua) , Oleh karena inilah didalam hadits yang shahih Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ؛ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Seluruh urusannya merupakan kebaikan, dan ini tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman. Jika mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur, dan itu baik baginya; jika tertimpa musibah, dia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 7692) Inilah keadaan seorang mukmin, Sabar adalah wajib 'ain (bagi setiap individu) dia menahan tangannya, lisannya dan anggota tubuhnya se Semuanya dari perkara-perkara yang tidak semestinya, ❌tidak meratap ❌tidak merobek baju, ❌tidak memukul pipi, Bahkan dia mengharapkan pahala Allah, ✅ bersabar, ✅dan mengetahui bahwa yang demikian itu dari sisi Allah. ▶Apabila dia ridha dengan hal ini, tenang dengannya, dan ridha terhadap apa yang Allah takdirkan untuknya 👍maka pahalanya sangat besar dan sangat afdhal, 📖 berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam: إِنَّ عَظْمَ الْجَزَاءِ مَعَ عَظْمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضٰى وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السُّخْطُ Sesungguhnya besarnya pembalasan (pahala) itu bersama dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya manakala Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang dia ridha maka untuknyalah keridhaan (Allah), barangsiapa yang murka, maka untuknya pula kemurkaan itu.” ✊🏻 Sabar hukumnya adalah wajib, sementara ridha (terhadap musibah) hukumnya adalah Sunnah muakkadah (sangat dianjurkan, kesempurnaan) , berkeluh kesah, meratap , merobek baju, memukul pipi, semua ini adalah haram. ✅Ada tingkatan yang paling tinggi : 👉yaitu menganggap musibah sebagai nikmat, maka dia sabar, ridha dan bersyukur, 👉dia melihat sakit yang menimpanya ini, atau  👉kemiskinannya, atau 👉kerugian dalam dagangannya, 👉 musibah dalam tubuhnya atau yang semisalnya, 🌹Dia menganggap semua itu adalah nikmat ,  🌼Dia bersyukur kepada Allah, karena *dengan sebab itu dosa-dosanya terhapus, dan dia mendapatkan pahala yang besar , inilah tingkatan yang paling tinggi.* Sumber: 💻 https://binbaz.org.sa/fatwas/11617/%D9%85%D8%B1%D8%A7%D8%AA%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%B5%D8%A8%D8%B1-%D9%88%D9%81%D8%B6%D9%84%D9%87 Alih bahasa: 📲 Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu 'umar غفر الله له. Website: 🌎 Salafycurup.com 🌾Telegram.me/salafycurup
7 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jangan merasa pede / cukup dengan ilmumu !

Jangan Merasa Pede dan Merasa Cukup dengan Ilmumu Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata, "Suatu musibah yang besar adalah ketika seorang insan merasa ridha dengan keadaan dirinya dan merasa cukup dengan ilmunya, dan ini adalah ujian yang telah merata pada keadaan mayoritas orang. Maka engkau bisa lihat hal ini pada orang-orang yahudi atau nashara yang memandang bahwa mereka adalah orang-orang yang berada di atas kebenaran, mereka tidak mau menelaah, tidak juga mau melihat kepada dalil nubuwah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Jika mereka diperdengarkan dengan sesuatu yang bisa melembutkan hatinya semisal Al Quran yang mulia, mereka pun lari menghindar supaya tidak mendengarnya. Demikian juga kepada orang yang telah memiliki hawa nafsu yang kuat, bisa berupa karena dia seorang yang mengikuti mazhab bapaknya dan keluarganya, atau bisa berupa adanya pendapat pribadi yang dia anggap benar, tanpa melihat dalil lain yang bisa membantahnya dan tidak mau melihat bahasan ulama yang sesungguhnya akan memberikan kepadanya pencerahan akan kesalahannya." (Shayyidul Khathir-Ibnul Jauzi, hal. 374) ➖➖➖ 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja Sedikitnya Thalabul Ilmi yang Istiqamah Abu Daud ath Thayalisi rahimahullah bercerita, "Pada suatu hari aku berada di pintu rumahnya Syubah dan tak jauh di sana terlihat ada sebuah masjid yang penuh dengan anak-anak kecil yang sedang belajar. Ketika Syubah keluar rumah, beliau pun bersandar kepadaku dan berkata, "Wahai Sulaiman apakah menurutmu semua anak-anak yang sedang belajar itu kelak akan menjadi seorang muhaddits (ahlu hadits)?" Aku menjawab, "Tidak." Maka Syubah berkata, "Engkau benar, bahkan tidak sampai lima orang." Aku langsung menimpali, "Lima?!" Syubah menegaskan, "Ya, salah seorang dari mereka belajar di waktu kecil, tapi ketika sudah besar mereka malah meninggalkannya, salah seorang dari mereka belajar di waktu kecil, tapi ketika sudah besar, mereka malah tersibukkan dengan sesuatu yang merusak." Beliau mengulang-ulang kata itu kepadaku. Aku (Abu Daud ath Thayalisi) berkata, "Aku pun memperhatikan keadaan setelah itu dan ternyata benar, tidaklah mencapai lima orang dari mereka yang menjadi muhaddits." (Disadur dari Al Hatsu ala Hifzhil Hadits-Khathib al Baghdadi, dinukil dari Al Jami fil Hatsi ala Hifzhil Ilmi, hal. 66, Maktabah Ibni Taimiyyah 1991). WaSedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja #ilmu Efek Negatif ketika Thalabul Ilmi tidak Bertujuan untuk Beramal Ibnu Hibban rahimahullahu berkata, "Seorang yang berakal adalah seorang yang tidak menyibukkan diri dengan thalabul ilmi . kecuali dengan maksud untuk mengamalkannya, karena barang siapa yang melakukan thalabul ilmi untuk sesuatu yang lain dari maksud yang telah kami sifatkan (yakni mengamalkan ilmu), niscaya akan bertambahlah kesombongan dan kecongkakkannya serta dia akan menjadi orang yang meninggalkan amal dan menyia-nyiakan dirinya (untuk beramal)." (Raudhatul Uqala-Ibnu Hibban, dinukil dari Al Muntaqa min Kitabi Raudhatil Uqala wa Nuzhatil Fudhala, hal. 20, cet. Darul Istiqamah 2010). 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr Tidak Menyebarkan Ilmu, Maka Ilmu itu tidaklah Bermanfaat Ibnu Hibban rahimahullahu berkata, "Tidaklah aku melihat seorangpun yang bakhil terhadap ilmunya, melainkan akan berakibat tidak bermanfaat ilmunya sebagaimana tidak bermanfaatnya sebuah air yang tergenang di bumi selama tidak dimanfaatkan. Tidaklah akan ada emas merah selama emas itu tidak dikeluarkan dari tempat pertambangannya, tidak akan pula ada sebuah mutiara yang bernilai mahal selama mutiara itu tidak dikeluarkan dari dalam lautan, demikian juga akan al ilmu, tidaklah bermanfaat ilmu itu selama ilmu tersebut didiamkan dan tidak disebarkan atau dibagikan faidahnya." (Raudhatul Uqala-Ibnu Hibban, dinukil dari Al Muntaqa min Kitabi Raudhatil Uqala wa Nuzhatil Fudhala, hal. 21, cet. Darul Istiqamah 2010). ➖➖➖ 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja #ilmu
7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nasihat syaikh rabi' kepada ikhwah indonesia terkait fitnah sha'afiqah

ARAHAN DAN BIMBINGAN SANG AYAH AL-'ALLAMAH RABI' BIN HADI AL-MADKHALI UNTUK ANAK-ANAKNYA DI INDONESIA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد : Kami (yang tertera namanya di bawah ini) bersyukur telah mendapatkan kehormatan untuk bertemu dengan Syaikh (guru) dan Ayah kami al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah di rumah beliau yang diliputi dengan nuansa ilmu di Kota Madinah. Pertemuan itu terjadi di waktu Isya' pada hari Kamis, 13 Jumadal Akhirah 1439 H / 1 Maret 2018 M. Asy-Syaikh Rabi', sebagaimana kebiasaan baik beliau yang telah diketahui bersama, menanyakan kepada kami tentang kondisi dan perkembangan Dakwah Salafiyyah di negeri kami (Indonesia). Semoga Allah memberikan balasan kebaikan atas perhatian beliau yang sangat besar terhadap anak-anaknya Salafiyyin di seluruh dunia. Kemudian beliau mempersilakan kepada kami untuk menyampaikan beberapa pertanyaan. Maka kami pun menyampaikan beberapa pertanyaan, antara lain sebagai berikut : Nasihat Syaikh Rabi' bin Hadi Kepada Ikhwah Indonesia Terkait Fitnah Sha'afiqah via Pexels Pertanyaan : Wahai Syaikh kami, sebagian da’i di negeri kami (Indonesia) berbicara tentang apa yang mereka sebut dengan "ash-Sha'afiqah" di majelis-majelis (forum) umum, yakni fitnah yang terjadi belakangan ini, wahai Syaikh. Sebagian mereka menerjemahkan dan menyebarkan artikel-artikel yang berisi celaan terhadap para masyaikh yang mereka juluki sebagai "ash-Sha'afiqah". Bagaimana nasehat Anda? Apakah Anda memandang bahwa hal ini dapat berpengaruh terhadap ash-Shulh dan merusaknya? Kemudian apakah boleh bagi kami untuk membela para masyaikh tersebut, seperti asy-Syaikh Arafat, asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq, dan para masyaikh lainnya? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Sampaikan salamku kepada mereka. Katakan kepada mereka, bahwa pihak yang kalian katakan sebagai Sha'afiqah itu sebenarnya mereka adalah para masyaikh, orang-orang yang berkiprah dalam dakwah, orang-orang mulia, dan para pembela as-Sunnah! Mereka telah terzhalimi! Sampaikan kepada mereka, bahwa pihak yang dituduh sebagai ash-Sha'afiqah itu telah terzhalimi. Katakan pula kepada mereka, mana bukti-bukti kalian atas tuduhan bahwa mereka (pihak yang dituduh itu) adalah Sha'afiqah! ash-Sha'afiqah artinya orang-orang bodoh dan dungu. ... Tunjukkan bukti-bukti kalian! Hendaknya mereka (pihak yang menuduh/mencela itu) bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ini (pembicaraan dan celaan terhadap Sha'afiqah) berpengaruh negatif terhadap ash-Shulh dan merusaknya. Ini adalah kezhaliman! Mereka (yang dituduh/dicela) itu adalah pihak yang terzhalimi. Aku benar-benar mengenal mereka - barakallahu fik -, realitas pun menunjukkan siapa mereka itu. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar doktoral dan gelar magister. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar-gelar akademis, dan mereka semua adalah para asatidzah. Maka tuduhan terhadap mereka sebagai ash-Sha'afiqah termasuk kezhaliman! dan pihak yang menuduh dalam hal ini tidak memiliki bukti sekecil apapun atas celaannya terhadap mereka. Sha’afiqah maknanya berarti orang-orang jahil!! (Tuduhan) Ini adalah kezhaliman yang sangat besar. Ya, silakan kalian membela mereka (masyayikh tersebut) dengan cara hikmah. Katakanlah kepada mereka, "Datangkanlah bukti-bukti!". Allah berfirman (artinya), "Katakanlah, datangkan bukti-bukti kalian jika kalian orang-orang yang jujur." Orang yang mencela mereka, tidak memiliki satu bukti pun. Barakallahu fikum. Orang yang mencela mereka itu, aku telah berdiskusi dengannya dan aku telah membaca ucapannya, namun ternyata dia tidak mempunyai bukti apapun walaupun hanya sebesar biji sawi (dzarrah). Sungguh mereka yang dicela itu telah terzhalimi. Para ulama telah memberikan rekomendasi (mentazkiyah) mereka. Demikian pula tazkiyyahku terhadap mereka pun .telah tersebar. Aku juga telah meminta kepada Khalid Baqais, pemilik website Miratsul Anbiya, agar menyiarkan durus (pelajaran-pelajaran) mereka. Barakallahu fikum. Kemudian asy-Syaikh Rabi’ mengatakan, Metodeku dalam membantah para pengekor hawa nafsu dan ahli bid’ah adalah dengan cara menukil perkataan. Aku katakan, “Si Fulan (lawan/rival, yakni pihak yang dibantah, pen) berkata dalam kitab dengan judul ini, pada juz/jilid sekian, halaman sekian.” Kemudian aku singkap kebatilan/kesalahan orang itu dan aku bantah. Jadi aku menukilnya secara persis, kemudian aku bantah berdasarkan argumentasi dan bukti. - selesai jawaban asy-Syaikh Rabi’ – Kemudian kami sampaikan berita gembira kepada Syaikh (Guru) kami tentang Daurah yang akan datang, yakni di musim panas tahun ini biidznillah. Dalam daurah tersebut insyaallah sebagai pemateri adalah : - asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq azh-Zhafiri, - asy-Syaikh Arafat al-Muhammadi, - asy-Syaikh Abdul Wahid al-Madkhali, dan - asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhali. Pertanyaan : Apa yang Anda nasehatkan kepada ikhwah Indonesia wahai Syaikh kami? Apakah boleh kami mengambil faidah ilmu dari para masyaikh tersebut? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Aku nasehatkan mereka untuk berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah, serta menyambut dan memuliakan para masyaikh tersebut. Barakallah fikum."  ~~~~~~~~~~~~~~~ Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Syaikh (guru) kami atas nasehat-nasehat bermanfaat yang beliau sampaikan. Hadir di majelis : • Muhammad bin Umar as-Sewed al-Indunisi • Qomar Su'aidi al-Indunisi • Muhammad bin Mushlih al-Andunisi • dan sejumlah ikhwah Indonesia lainnya. Hadir pula dalam majelis salah seorang cucu asy-Syaikh Rabi' ======================================= Keterangan : naskah di atas telah ditunjukkan kembali kepada Asy-Syaikh al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah, maka beliau pun membacanya dan memberikan catatan (koreksian) atasnya. Kemudian beliau pun mengizinkan untuk disebarkan (dipublikasikan). Hal ini terjadi pada Isya hari Ahad, 29 Rajab 1439 H (15 April 2018 M) Dengan dihadiri oleh : 1. al-Ustadz Umar bin asy-Syaikh Rabi' al-Madkhali, 2. asy-Syaikh Abdul Mu'thi ar-Ruhaili, 3. Usamah bin Faishal Mahri, 4. Abul Harits Muhammad bin Mushlih Muhdi, dan beberapa ikhwah lainnya BACA :  Apa Itu Sha'afiqah? Penjelasan Syaikh Rabi' Tentang Fitnah Sha'afiqah + AUDIO
7 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kata mutiara salaf : jaga langkahmu !

JAGA LANGKAHMU Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah . mengatakan tentang wasiat Ali bin Hasan as-Salami, 📝 "Hendaknya engkau sedikit berbicara ➡️ niscaya lembut hatimu 📝 hendaknya engkau memperlama diam ➡️ itulah sikap wara' (menjauhkan diri dari perkara yang membahayakan akhirat seseorang-pent) 📝 Jangan sekali-kali engkau tamak terhadap dunia 📝 Jangan engkau hasad (tidak suka dengan nikmat pada orang lain) ➡️ niscaya engkau cepat memahami (berbagai permasalahan) 📝 Jangan engkau banyak mencela ➡️ niscaya engkau selamat dari lisan-lisan manusia 📝 jadilah engkau penyayang ➡️ niscaya engkau dicintai manusia 📝 Ridhalah engkau dengan rezeki yang dibagikan kepadamu ➡️ niscaya engkau menjadi kaya 📝 Bertawakallah kepada Allah ➡️ niscaya engkau menjadi kuat 📝 Jangan engkau bersengketa dengan ahlud dunya (orang-orang yang mementingkan dunia)  memperebutkan dunia mereka ➡️ niscaya Allah dan penduduk bumi akan mencintaimu 📝 Jadilah engkau tawadhu' (rendah hati) ➡️ niscaya engkau bisa  menyempurnakan berbagai amalan kebaikan." 📚 Hilyatul Auliya' (8/82) t.me/majalahqonitah تنقيح المجلة: ✍ ﻗﺎﻝ الإمام ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ تعالى : ۞ ﻓﻴﻤﺎ ﺃﻭﺻﻰ ﺑﻪ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺴﻠﻤﻲ : ↢ ﻋﻠﻴﻚ ﺑﻘﻠﺔ ﺍﻟﻜﻼﻡ : ﻳﻠﻴﻦ ﻗﻠﺒﻚ. ↢ ﻭﻋﻠﻴﻚ ﺑﻄﻮﻝ ﺍﻟﺼﻤﺖ : ﺗﻤﻠﻚ ﺍﻟﻮﺭﻉ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻮﻧﻦ ﺣﺮﻳﺼﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻦ ﺣﺎﺳﺪﺍً : ﺗﻜﻦ ﺳﺮﻳﻊ ﺍﻟﻔﻬﻢ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻦ ﻃَﻌَّﺎﻧﺎً : ﺗﻨْﺞ ﻣﻦ ﺃﻟﺴُﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ. ↢ وﻛﻦ ﺭﺣﻴﻤﺎً : ﺗﻜﻦ ﻣﺤﺒّﺒﺎً ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ. ↢ وارﺽَ ﺑﻤﺎ ﻗﺴﻢ ﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺯﻕ : ﺗﻜﻦ ﻏﻨﻴﺎً. ↢ ﻭﺗﻮﻛﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ : ﺗﻜﻦ ﻗﻮﻳﺎً. ↢ وﻻ ﺗﻨﺎﺯﻉ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻲ ﺩﻧﻴﺎﻫﻢ : ﻳﺤﺒﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﻳﺤﺒﻚ ﺃﻫﻞ اﻷﺭﺽ. ↢ وﻛﻦ ﻣﺘﻮﺍﺿﻌﺎً : ﺗﺴﺘﻜﻤﻞ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺒﺮ .  [ حلية الأولياء  (٨٢/٨ ) ] Jangan Lupakan Kalbumu Ketika Beribadah Ragamu  Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, "Menyibukkan diri menyucikan kalbu lebih utama daripada memperbanyak puasa dan shalat yang dibarengi dengan berkhianatnya hati...! Tidaklah kebanyakan amalan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau itu dengan banyaknya puasa dan shalat namun dengan kebaktian kalbu, penyuciannya, keselamatannya, dan kuatnya ketergantungannya kepada Allah Ta'ala." 📚 Lathà-iful Ma'àrif 254, 427 💎 Sebagian salaf mengatakan,  ما سبقكم أبو بكر بكثرة صوم ولا صلاة ولكن بشيء وقر في قلبه "Abu Bakr radhiyallahu 'anhu tidak mendahului kalian dengan banyaknya puasa dan shalat, namun dengan apa yang menetap di kalbunya." Ibnul Qayyim rahimahullah menyandarkan ucapan ini pada Abu Bakr bin 'Ayyasy rahimahullah. t.me/majalahqonitah ☁️❄️☁️ 📍 قال الحافظ ابن رجب رحمه الله :  👈🏼 *( ‏الاشتغال بتطهير القلوب أفضل من الاستكثار من الصوم و الصلاة مع غشِّ القلوب ...!* *لم يكن أكثر تطوّع النبي ﷺ وأصحابه بكثرة الصوم والصلاة ؛ بل ببِرِّ القلوب وطهارتها ، وسلامتها ، وقوة تعلُّقها بالله ! )* . ‏📒 لطائف المعارف : (٤٢٧_ ٢٥٤)
7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

semangat mendidik anak dengan pendidikan islam

Mari Bersemangat Mendidik Anak dengan Pendidikan Islam Semenjak Kecil! Asy-Syaikh Abdul Azìz bin Abdillàh bin Bàz رحمه الله Pertanyaan: Syaikh yang mulia, banyak keluarga meremehkan urusan (pendidikan) anak-anak mereka karena mereka sejatinya masih kecil. Kemudian nantinya para orangtua sulit (mendidik) mereka ketika sudah besar. Mohon arahannya. Jawaban: . Perkara ini termasuk musibah yang besar, bermudah-mudahan, meremehkan pendidikan anak termasuk musibah besar. Kewajiban ayah, ibu, dan para ikhwah adalah tidak bermudah-mudah dalam masalah pendidikan, bahkan mereka harus bersungguh-sungguh mengarahkan anak-anak dan para pemuda untuk menegakkan shalat dan seluruh bentuk kebaikan, memperingatkan mereka dari perkara yang diharamkan Allah seperti memaki,  mencaci, durhaka, dan selainnya berupa kekejian-kekejian, merokok, minum minuman keras, dan berbagai kemungkaran lainnya. Termasuk perkara yang paling urgen, bahkan perkara yang paling penting sesudah dua kalimat syahadat, adalah shalat. Mereka harus membiasakan anak-anak mereka menegakkan shalat dan memukul anak yang meninggalkan shalat apabila sudah berusia 10 tahun atau lebih. Ini adalah yang wajib bagi para ayah, ibu, dan ikhwah yang lebih tua terhadap anak-anak kecil. Ini termasuk bentuk ta'awun (saling menolong) dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah Subhanahu berfirman, {وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ  "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar." (At-Taubah 71) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaknya ia merubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampu, dengan lisannya, apabila tidak mampu, dengan hatinya, dan itu adalah keimanan yang paling lemah (buahnya (1))." Seorang ayah diperintahkan  untuk memberikan pendidikan adab kepada anak-anaknya dengan  memukul apabila anak sudah mencapai 10 tahun atau lebih, supaya mereka bisa istiqamah dan shalat (wajib) berjama'ah bersama orang-orang. Penanya: Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, Syaikh yang mulia, semoga Ia memberkahi Anda atas arahan bagus yang penuh barakah ini." t.me/majalahqonitah Sumber: https://beta.binbaz.org.sa/fatwas/21407 (1) Syarh Shahih Muslim 49 semangat-mendidik-anak-secara-islami via Pexels NASEHAT INDAH SEORANG ULAMA DIDALAM MENDIDIK ANAK DIMASA GLOBALISASI  Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله Wahai sekalian manusia ketahuilah bahwa keadaan pada masa ini berbeda dengan keadaan masa lalu. Dahulu mereka tidak mengetahui keadaan negeri lain dan tidak pula mengetahui peristiwa yang terjadi kecuali dinegri mereka dan sekitarnya saja. Adapun pada zaman ini dunia seakan saling berdekatan dan dunia ini sebagaimana dikatakan seakan-akan seperti hanya satu desa saja. Tanggung jawab terbesar pada saat sekarang ini adalah terletak pada anak-anak. Bimbinglah mereka dan jagalah mereka dari bahaya berbagai pemikiran-pemikiran yang sesat, jagalah mereka agar tidak sebebasnya pergi ketempat-tempat hiburan atau ketempat-tempat lain, jagalah mereka jangan sampai mereka dikendalikan oleh pihak lain selain kalian, janganlah kalian mengamanahkan mereka kecuali kepada orang yang kalian ketahui kejujuran, keamanahan serta keikhlasannya. Walaupun anak-anak tersebut tinggal dekat dengan kalian tapi hati-hati mereka dan pemikiran mereka terkadang jauh dari kalian. . . Awasilah segala bentuk media sosial baik itu twiter dan selainnya. . . jauhkan segala bentuk media-media yang merusak. . Semangatlah didalam menjaga rumah anda dari segala bentuk media sosial yang bisa merusak Jangan katakan : Saya tidak mampu mengawasi mereka. . Berusahalah untuk mampu dikarenakan mereka berada dibawah tanggung jawab kalian. . Kalau mereka (anak-anak tersebut) mengetahui dari diri anda adanya sebuah tekad dan kemauan yang besar niscaya pasti mereka akan terdidik bersama anda Namun jika mereka mengetahui adanya sikap bergampang-gampangan dari anda atau menutup mata (dari semua ini) maka mereka juga pasti akan bermudah-mudahan dan akan terdidik dalam jalan kejelekan kecuali siapa yang Allah rahmati. Jagalah anak-anak kalian lebih dari penjagaan seorang pengembala terhadap serigala yang akan menerkam domba-domba mereka, dikarenakan anak-anak kalian juga terancam keselamatannya dari serigala yang berwujud manusia Jika niat kalian baik dan kalian jujur didalam tekad kalian maka pasti Allah akan menolong anda Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ “Dan orang-orang beriman dan anak keturunan merekapun beriman maka pasti kami akan mempertemukan mereka dengan anak keturunan mereka (di surga) dan kami tidak akan mengurangi sedikitpun dari amalan mereka, setiap orang akan mendapatkan apa yang dia usahakan”. [Ath Thur :21] Ketahuilah tanggung jawab ini besar dan hisab (perhitungan amalan) sangatlah detail dan terperinci dan mengikuti bimbingan sangatlah berat kecuali siapa yang Allah beri taufik dan dia jujur didalam niatnya dan baik keadaan hatinya, maka Allah akan meluruskan dan memudahkan dia didalam mendidik anak-anaknya dan anak-anak tersebut akan mudah diarahkan jika ada kejujuran, keamanahan serta tekad yang kuat dan tidak ada sikap bermudah-mudahan. Sumber: http://safeshare.tv/w/WZFmXWdoai Alih bahasa: Syabab Forum Salafy Sumber : http://forumsalafy.net/nasehat-indah-seorang-ulama-didalam-mendidik-anak-dimasa-globalisasi-ini/
7 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

keutamaan wanita tinggal di rumah

Keutamaan Wanita Tetap Tinggal di Rumah Hati-Hatilah Wahai Saudariku Tersayang, dari Ucapan Aku Terkungkung! Asy-Syaikh Ibn 'Utsaimin rahimahullah . mengatakan, Wanita yang mengatakan bahwa tinggalnya kaum wanita di rumahnya adalah penjara, saya katakan: Dia menentang firman Allah Ta'ala, ☟ وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ "Dan tinggallah di rumah kalian." (Al-Ahzab: 33) Bagaimana kita bisa mengganggap apa yang diperintahkan Allah sebagai penjara?  Namun, rumah memang penjara bagi wanita yang menginginkan: • untuk kehilangan rasa malu atau • bercampur dengan para pria. 🌷Karena kebahagiaan tinggal di rumah adalah kebahagiaan yang sesungguhnya; • Tinggal di rumah menunjukkan rasa malu. • Tinggal di rumah adalah sikap terpuji, • Tinggal di rumah menjauhkan wanita dari fitnah (cobaan yang menimpa agamanya) • Tinggal di rumah menjauhkan wanita dari keluar bercampur baur dengan kaum pria. 🚫 Karena jika wanita itu keluar dan melihat para pria ini, (ia akan melihat berbagai hal dan berpikir); • Ini adalah pemuda yang tampan, • Ini pria dewasa yang menawan • Pria ini memakai pakaian yang indah, • Dan pemikiran lain semisalnya, yang menunjukkan ia terfitnah/ terpikat oleh pria, sebagaimana kaum pria terpesona oleh wanita. Jadi para wanita harus bertakwa kepada Allah dan kembali kepada apa yang difirmankan oleh Rabb dan Pencipta mereka, kembali kepada apa yang disabdakan utusan Rabb semesta alam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka dan kepada selain mereka.  Hendaknya mereka meyakini bahwa  mereka akan berjumpa dengan Allah 'Azza wa Jalla. Mereka akan ditanya, { مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ} "Apa jawaban kalian terhadap para rasul?" (Al-Qashash: 65); Dalam keadaan mereka tidak tahu kapan akan bertemu dengan Allah taala; • Bisa jadi di pagi hari seorang wanita berada di rumahnya dan istananya namun di sore hari ia berada di dalam kuburnya, • Atau di sore hari dia di rumahnya dan paginya sudah ada di dalam kuburnya." (Fatàwa Nùr 'alàd-Darb Kaset No. 371) Baca : WANITA SHALAT DI RUMAH DG WANITA SHALAT DI MASJIDIL HARAM, MANA YANG LEBIH UTAMA?  t.me/majalahqonitah t.me/fatawinissa ٠❞  #إحذري_أخية_من_قول ❝٠ ☟‏  🚫 ☚  ❁  🌸 أنا مسجونة 🌸 ❁  ⚈ قال الشيخ #ابن_عثيمين - رحمه الله -: ☚ « إن #المرأة التي تقول  إن بقاء المرأة في بيتها  سجن أقول : ☚ إنها معترضة على قول الله تعالى :☟‏ (وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ) ☚ كيف نجعل ما أمر الله به سجناً ؟ لكنه سجنٌ على من تُريد  •التبذل  •والالتحاق بالرجال ،  وإلا فإن سرور البقاء في البيت هو السرور •وهو #الحياء ،  •وهو #الحشمة ،  •وهو البعد عن #الفتنة ،  •وهو البعد عن #خروج المرأة للرجال لأن المرأة إذا خرجت #ورأت هؤلاء الرجال  •هذا #شاب جميل ،  •وهذا #كهل جميل ،  •وهذا لابس #ثيابا جميلة ، وما أشبه ذلك تفتتن #بالرجال ، كما أن الرجال يفتتنون بالنساء . ☚ فعلى النساء أن يتقين الله وأن يرجعن إلى ما قال ربهن وخالقهن ، وإلى ما قاله رسول رب العالمين إليهن وإلى غيرهن ، وليعلمن أنهن سيلاقين الله عز وجل ، وسيسألهن ماذا أجبتم المرسلين ، وهن لا يدرين متى يلاقين الله ، •قد تصبح المرأة في بيتها وقصرها وتمسي في قبرها ،  •أو تمسى في بيتها وتصبح في قبرها ، ألا فليتقِ الله هؤلاء النسوة.» ⚈ ( فتاوى #نور_على_الدرب/شريط رقم٣٧١) https://t.me/fatawinissa TINGGAL DI RUMAH LEBIH UTAMA ATAU PERGI KE MASJID-MASJID BAGI PARA WANITA? Fadhilatus Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i رحمه اللّٰه تعالى. Pertanyaan: Apabila seorang wanita tinggal di rumahnya dan memilih tetap di rumahnya sehingga tidak keluar sekalipun ke masjid apakah dia lebih baik atau wanita yang menuntut ilmu dan keluar ke masjid-masjid? Jawaban: Wanita yang tetap di rumahnya dan belajar di rumahnya lebih baik; karena Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Jangan kalian halangi hamba wanita Alloh ke masjid-masjid Alloh, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”. Ghoroh Al-Asyrithoh (2/481-482) Audio dapat didengar di: http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=557 Wanita tetap tinggal di rumah via Pexels RAHASIA KENAPA KEBANYAKAN PARA WANITA SEKARANG TIDAK BETAH TINGGAL DI RUMAH Asy-Syaikh Abul Harits Ibrahim at-Tamimy hafizhahullah berkata: “Siapa yang memperhatikan firman Allah Ta’ala kepada para wanita yang beriman: ﻭَﻗَﺮْﻥَ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻦَّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺒَﺮَّﺟْﻦَ ﺗَﺒَﺮُّﺝَ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ. “Dan hendaklah kalian (para wanita) tetap berada di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian bernampilan seperti wanita jahiliyah yang terdahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33) Dan firman-Nya: ﻭَﺍﺫْﻛُﺮْﻥَ ﻣَﺎ ﻳُﺘْﻠَﻰٰ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻦَّ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ. “Dan ingatlah oleh kalian (para wanita) apa yang dibacakan di rumah-rumah kalian berupa ayat-ayat Allah dan al-hikmah (Sunnah Nabi).” (QS. Al-Ahzab: 34) Dia akan mengetahui sebab ketidakbetahan yang dirasakan oleh para wanita di zaman kita untuk tinggal di rumah. Rumah-rumah dahulu dipenuhi dengan dzikir, al-Qur’an, dan ilmu, sedangkan kebanyakan rumah-rumah di zaman kita penuh dengan nyanyian, sinetron, dan hal-hal yang melalaikan. Jadi rumah-rumah dahulu membuahkan kebahagiaan dan ketenangan yang membuat senang untuk tinggal di dalamnya, sedangkan rumah-rumah sekarang membuahkan kesengsaraan, penderitaan, kesempitan yang mendorong untuk keluar darinya.” Sumber : https://twitter.com/alsalafy/status/810550171281084416 http://forumsalafy.net/rahasia-kenapa-kebanyakan-para-wanita-sekarang-tidak-betah-tinggal-di-rumah/
7 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kartu kuning untuk pemberi kartu kuning presiden jokowi

Kartu Kuning untuk Sang Pemberi Kartu Kuning Priiit... Bersamaan dengan sempritan peluit , seorang anak muda berbatik merah mengangkat tangannya ke atas sambil mengacungkan sebuah buku berwarna kuning ke arah orang nomor satu di negeri ini, luar biasa..! Aksi berani yang dilakukan oleh ketua Badan Eksekutif Mahasiswa sebuah kampus ternama di Depok itu memang sengaja diperbuat sebagai gambaran atas pemberian kartu kuning kepada sang presiden, karena beliau yang baru menjabat kurang lebih tiga tahunan itu dinilai telah kurang di dalam mengurusi beberapa poin permasalahan yang mereka tuntut penyelesaiannya. Aksi pemberian kartu kuning di hari Jum'at lalu (2/2/2018) oleh ketua BEM kampus yang beralmamater kuning ini pun sontak menjadi viral di jagat maya, ada yang memuji dan ada juga yang mengkritisi, akan tetapi bagaimanakah syariat islam memandang hal ini? Islam sebagai agama yang sempurna tentu telah mempunyai garis-garis yang jelas dalam hal ini. Di dalam ajaran syariat islam yang mulia, hubungan antara rakyat dengan penguasanya telah dimaktubkan indah di dalam Al Quranul Karim, "يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُم" Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian.” (An Nisa: 59) Ayat di atas membimbing kita yang berpredikat sebagai seorang rakyat untuk selalu mendengar dan taat kepada penguasa atau pemerintah yang sah, dan memang begitulah kehidupan, ada penguasa yang memimpin dan ada rakyat yang mau dipimpin. Lalu bagaimana jika seorang rakyat menemui penguasanya kurang bagus dalam kinerjanya atau semena-mena dalam tindakannya? Jawabannya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فَمِيتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ" Artinya: Barang siapa yang melihat dari penguasanya sesuatu yang tidak dia sukai, maka hendaknya bersabar! Karena barang siapa yang memisahkan diri dari jamaah walaupun sejengkal, maka dia mati dalam keadaan mati jahiliah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits di atas tegas mengarahkan kita untuk sabar. Ya, sabar dan tetap menjadi seorang rakyat yang tetap taat. Sebagai seorang manusia tentu akan menyadari bahwa tabiat dari seorang insan mesti punya banyak kekurangan dan kesalahan, terlebih seorang pemimpin dari sebuah negeri! Jika kita saja dalam memimpin sebuah organisasi semisal karang taruna atau memimpin sebuah rumah tangga saja pasti mendapati banyak kesulitan dan kekurangan, apatah lagi memimpin suatu negara luas terbentang yang terdiri dari puluhan -bahkan- ratusan pulau? Sungguh tak terbayangkan bagaimana rumit dan peliknya beban yang dipikul. Akan tetapi apakah kita akan diam dengan berbagai kesalahan dan kekurangan para penguasa? Tentu tidak! Kita wajib mengingkarinya, tapi lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing, sabdanya, "مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاِنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ" Artinya: "Barang siapa ingin menasihati seorang penguasa maka janganlah dia menasehatinya dengan cara terang-terangan, akan tetapi hendaknya dia ambil tangan penguasa tersebut dan cara senyap menyepi. Jika dia (penguasa itu) menerima nasihat, maka itulah (yang diinginkan) namun jika dia tidak menerimanya maka yang menasihati telah melaksanakan kewajibannya.”(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Imam Al Albani). Gambar hanya ilustrasi Maka jelaslah, jika sebuah nasehat atau aspirasi yang ingin disampaikan kepada penguasa itu dilakukan di depan umum tentu hal ini akan menjatuhkan dan membuat malu sang penguasa, apalagi dengan cara melakukan aksi menyemprit dan memberikan kartu kuning di depan umum, tentu ini lebih melecehkan dan menghinakan, pehatikan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam ini, "مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللّه" Artinya: "Barangsiapa yang menghinakan pemimpin Allah (penguasa negeri) di bumi, niscaya Allah akan hinakan dia". (H.R Tirmidzi dan dihasankan oleh Imam Al Albany). Oleh karenanya, hati-hatilah dalam bertindak, jangan sampai kita yang berstatus sebagai seorang rakyat mendapat kartu kuning dari syariat yang mulia ini karena kebodohan dan kelancangan dalam bertindak. Semoga kita semua diberikan hidayah oleh Allah, dan semoga para pemimpin kita juga diberikan hidayah serta penjagaan dari kejelekan-kejelekan, amin. Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) Arsip lama terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja
7 tahun yang lalu
baca 4 menit