Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

bersabarlah bagi jiwa yang diberi musibah / ujian

بسم الله الرحمن الرحيم Bersabarlah wahai saudaraku, engkau akan diberi pahala atas musibah ini. Allah mentakdirkan musibah karena adanya hikmah yang besar dibalik musibah ini, maka bersabarlah Simaklah nasihat indah seorang imam berikut ini. Asy Syaikh Al'allamah Abdul Aziz Ibnu Baz rahimahullah. Bismillahirrahmanirrahiym. Alhamdulillah washallallah wasallam 'ala Rasulillah . wa'ala alihi wa ashhabihi wamanihtada bihudahu amma ba'du. Sesungguhnya Allah subhanahu telah mewajibkan atas hamba-hamba-Nya bersabar atas musibah -musibah. Allah subhanahu berfirman : (واصبروا إن الله مع الصابرين ) "Dan hendaknya kalian bersabar sesunggunya Allah barsama orang yang sabar " (Al Anfal :  46) Allah jalla wa 'ala berfirman: وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (an-Nahl: 127) Allah subhanahu wata'aala berfirman: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-Baqarah : 155-157) Bersabar hukumnya adalah wajib, yaitu menahan lisan agar tidak meratap , menahan tangan agar tidak mencakar wajah, merobek baju, atau yang semisalnya, dia menahan tangannya dari perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya (dilakukan), menahan lisannya dari yang tidak semestinya (diucapkan), hatinya tidak berkeluh kesah, demikianlah. Oleh karena inilah Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: أنا بريء من الصالقة والحالقة والشاقة Artinya: Saya berlepas diri dari shaliqah ( yang mengeraskan suaranya ketika ada musibah)Haliqah (mencukur rambutnya dikala ada musibah)  syaaqqah(merobek-robek bajunya ketika ada musibah). Dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ Artinya: Bukan termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek saku, dan berseru dengan seruan Jahiliyyah (ketika ada musibah) . Orang yang sabar adalah menahan anggota badan dan lisannya dari yang tidak semestinya (untuk dilakukan dan diucapkan), Dia memakmurkan hatinya dengan ketenangan, mengharap pahala Allah, dan tidak berkeluh kesah, dan  dengan mengimani bahwa Allah subhanahu adalah Dzat yang maha bijaksana lagi maha mengetahui, Dia menentukan musibah tersebut karena suatu hikmah yang matang . Dia mentakdirkan 💊 untuk orang ini sakit, 🚘 untuk orang ini tertabrak mobil, 🛏 untuk orang ini meninggal, 🔥 untuk orang ini mendapatkan gangguan dari sifulan dan sifulan, dan seterusnya, Allah subhanahu wata'aala mempunyai hikmah yang matang (dibalik itu semua) , Oleh karena inilah didalam hadits yang shahih Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ؛ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Seluruh urusannya merupakan kebaikan, dan ini tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman. Jika mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur, dan itu baik baginya; jika tertimpa musibah, dia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 7692) Inilah keadaan seorang mukmin, Sabar adalah wajib 'ain (bagi setiap individu) dia menahan tangannya, lisannya dan anggota tubuhnya se Semuanya dari perkara-perkara yang tidak semestinya, ❌tidak meratap ❌tidak merobek baju, ❌tidak memukul pipi, Bahkan dia mengharapkan pahala Allah, ✅ bersabar, ✅dan mengetahui bahwa yang demikian itu dari sisi Allah. ▶Apabila dia ridha dengan hal ini, tenang dengannya, dan ridha terhadap apa yang Allah takdirkan untuknya 👍maka pahalanya sangat besar dan sangat afdhal, 📖 berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam: إِنَّ عَظْمَ الْجَزَاءِ مَعَ عَظْمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضٰى وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السُّخْطُ Sesungguhnya besarnya pembalasan (pahala) itu bersama dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya manakala Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang dia ridha maka untuknyalah keridhaan (Allah), barangsiapa yang murka, maka untuknya pula kemurkaan itu.” ✊🏻 Sabar hukumnya adalah wajib, sementara ridha (terhadap musibah) hukumnya adalah Sunnah muakkadah (sangat dianjurkan, kesempurnaan) , berkeluh kesah, meratap , merobek baju, memukul pipi, semua ini adalah haram. ✅Ada tingkatan yang paling tinggi : 👉yaitu menganggap musibah sebagai nikmat, maka dia sabar, ridha dan bersyukur, 👉dia melihat sakit yang menimpanya ini, atau  👉kemiskinannya, atau 👉kerugian dalam dagangannya, 👉 musibah dalam tubuhnya atau yang semisalnya, 🌹Dia menganggap semua itu adalah nikmat ,  🌼Dia bersyukur kepada Allah, karena *dengan sebab itu dosa-dosanya terhapus, dan dia mendapatkan pahala yang besar , inilah tingkatan yang paling tinggi.* Sumber: 💻 https://binbaz.org.sa/fatwas/11617/%D9%85%D8%B1%D8%A7%D8%AA%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%B5%D8%A8%D8%B1-%D9%88%D9%81%D8%B6%D9%84%D9%87 Alih bahasa: 📲 Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu 'umar غفر الله له. Website: 🌎 Salafycurup.com 🌾Telegram.me/salafycurup
7 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jangan merasa pede / cukup dengan ilmumu !

Jangan Merasa Pede dan Merasa Cukup dengan Ilmumu Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata, "Suatu musibah yang besar adalah ketika seorang insan merasa ridha dengan keadaan dirinya dan merasa cukup dengan ilmunya, dan ini adalah ujian yang telah merata pada keadaan mayoritas orang. Maka engkau bisa lihat hal ini pada orang-orang yahudi atau nashara yang memandang bahwa mereka adalah orang-orang yang berada di atas kebenaran, mereka tidak mau menelaah, tidak juga mau melihat kepada dalil nubuwah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Jika mereka diperdengarkan dengan sesuatu yang bisa melembutkan hatinya semisal Al Quran yang mulia, mereka pun lari menghindar supaya tidak mendengarnya. Demikian juga kepada orang yang telah memiliki hawa nafsu yang kuat, bisa berupa karena dia seorang yang mengikuti mazhab bapaknya dan keluarganya, atau bisa berupa adanya pendapat pribadi yang dia anggap benar, tanpa melihat dalil lain yang bisa membantahnya dan tidak mau melihat bahasan ulama yang sesungguhnya akan memberikan kepadanya pencerahan akan kesalahannya." (Shayyidul Khathir-Ibnul Jauzi, hal. 374) ➖➖➖ 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja Sedikitnya Thalabul Ilmi yang Istiqamah Abu Daud ath Thayalisi rahimahullah bercerita, "Pada suatu hari aku berada di pintu rumahnya Syubah dan tak jauh di sana terlihat ada sebuah masjid yang penuh dengan anak-anak kecil yang sedang belajar. Ketika Syubah keluar rumah, beliau pun bersandar kepadaku dan berkata, "Wahai Sulaiman apakah menurutmu semua anak-anak yang sedang belajar itu kelak akan menjadi seorang muhaddits (ahlu hadits)?" Aku menjawab, "Tidak." Maka Syubah berkata, "Engkau benar, bahkan tidak sampai lima orang." Aku langsung menimpali, "Lima?!" Syubah menegaskan, "Ya, salah seorang dari mereka belajar di waktu kecil, tapi ketika sudah besar mereka malah meninggalkannya, salah seorang dari mereka belajar di waktu kecil, tapi ketika sudah besar, mereka malah tersibukkan dengan sesuatu yang merusak." Beliau mengulang-ulang kata itu kepadaku. Aku (Abu Daud ath Thayalisi) berkata, "Aku pun memperhatikan keadaan setelah itu dan ternyata benar, tidaklah mencapai lima orang dari mereka yang menjadi muhaddits." (Disadur dari Al Hatsu ala Hifzhil Hadits-Khathib al Baghdadi, dinukil dari Al Jami fil Hatsi ala Hifzhil Ilmi, hal. 66, Maktabah Ibni Taimiyyah 1991). WaSedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja #ilmu Efek Negatif ketika Thalabul Ilmi tidak Bertujuan untuk Beramal Ibnu Hibban rahimahullahu berkata, "Seorang yang berakal adalah seorang yang tidak menyibukkan diri dengan thalabul ilmi . kecuali dengan maksud untuk mengamalkannya, karena barang siapa yang melakukan thalabul ilmi untuk sesuatu yang lain dari maksud yang telah kami sifatkan (yakni mengamalkan ilmu), niscaya akan bertambahlah kesombongan dan kecongkakkannya serta dia akan menjadi orang yang meninggalkan amal dan menyia-nyiakan dirinya (untuk beramal)." (Raudhatul Uqala-Ibnu Hibban, dinukil dari Al Muntaqa min Kitabi Raudhatil Uqala wa Nuzhatil Fudhala, hal. 20, cet. Darul Istiqamah 2010). 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr Tidak Menyebarkan Ilmu, Maka Ilmu itu tidaklah Bermanfaat Ibnu Hibban rahimahullahu berkata, "Tidaklah aku melihat seorangpun yang bakhil terhadap ilmunya, melainkan akan berakibat tidak bermanfaat ilmunya sebagaimana tidak bermanfaatnya sebuah air yang tergenang di bumi selama tidak dimanfaatkan. Tidaklah akan ada emas merah selama emas itu tidak dikeluarkan dari tempat pertambangannya, tidak akan pula ada sebuah mutiara yang bernilai mahal selama mutiara itu tidak dikeluarkan dari dalam lautan, demikian juga akan al ilmu, tidaklah bermanfaat ilmu itu selama ilmu tersebut didiamkan dan tidak disebarkan atau dibagikan faidahnya." (Raudhatul Uqala-Ibnu Hibban, dinukil dari Al Muntaqa min Kitabi Raudhatil Uqala wa Nuzhatil Fudhala, hal. 21, cet. Darul Istiqamah 2010). ➖➖➖ 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja #ilmu
7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nasihat syaikh rabi' kepada ikhwah indonesia terkait fitnah sha'afiqah

ARAHAN DAN BIMBINGAN SANG AYAH AL-'ALLAMAH RABI' BIN HADI AL-MADKHALI UNTUK ANAK-ANAKNYA DI INDONESIA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد : Kami (yang tertera namanya di bawah ini) bersyukur telah mendapatkan kehormatan untuk bertemu dengan Syaikh (guru) dan Ayah kami al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah di rumah beliau yang diliputi dengan nuansa ilmu di Kota Madinah. Pertemuan itu terjadi di waktu Isya' pada hari Kamis, 13 Jumadal Akhirah 1439 H / 1 Maret 2018 M. Asy-Syaikh Rabi', sebagaimana kebiasaan baik beliau yang telah diketahui bersama, menanyakan kepada kami tentang kondisi dan perkembangan Dakwah Salafiyyah di negeri kami (Indonesia). Semoga Allah memberikan balasan kebaikan atas perhatian beliau yang sangat besar terhadap anak-anaknya Salafiyyin di seluruh dunia. Kemudian beliau mempersilakan kepada kami untuk menyampaikan beberapa pertanyaan. Maka kami pun menyampaikan beberapa pertanyaan, antara lain sebagai berikut : Nasihat Syaikh Rabi' bin Hadi Kepada Ikhwah Indonesia Terkait Fitnah Sha'afiqah via Pexels Pertanyaan : Wahai Syaikh kami, sebagian da’i di negeri kami (Indonesia) berbicara tentang apa yang mereka sebut dengan "ash-Sha'afiqah" di majelis-majelis (forum) umum, yakni fitnah yang terjadi belakangan ini, wahai Syaikh. Sebagian mereka menerjemahkan dan menyebarkan artikel-artikel yang berisi celaan terhadap para masyaikh yang mereka juluki sebagai "ash-Sha'afiqah". Bagaimana nasehat Anda? Apakah Anda memandang bahwa hal ini dapat berpengaruh terhadap ash-Shulh dan merusaknya? Kemudian apakah boleh bagi kami untuk membela para masyaikh tersebut, seperti asy-Syaikh Arafat, asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq, dan para masyaikh lainnya? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Sampaikan salamku kepada mereka. Katakan kepada mereka, bahwa pihak yang kalian katakan sebagai Sha'afiqah itu sebenarnya mereka adalah para masyaikh, orang-orang yang berkiprah dalam dakwah, orang-orang mulia, dan para pembela as-Sunnah! Mereka telah terzhalimi! Sampaikan kepada mereka, bahwa pihak yang dituduh sebagai ash-Sha'afiqah itu telah terzhalimi. Katakan pula kepada mereka, mana bukti-bukti kalian atas tuduhan bahwa mereka (pihak yang dituduh itu) adalah Sha'afiqah! ash-Sha'afiqah artinya orang-orang bodoh dan dungu. ... Tunjukkan bukti-bukti kalian! Hendaknya mereka (pihak yang menuduh/mencela itu) bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ini (pembicaraan dan celaan terhadap Sha'afiqah) berpengaruh negatif terhadap ash-Shulh dan merusaknya. Ini adalah kezhaliman! Mereka (yang dituduh/dicela) itu adalah pihak yang terzhalimi. Aku benar-benar mengenal mereka - barakallahu fik -, realitas pun menunjukkan siapa mereka itu. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar doktoral dan gelar magister. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar-gelar akademis, dan mereka semua adalah para asatidzah. Maka tuduhan terhadap mereka sebagai ash-Sha'afiqah termasuk kezhaliman! dan pihak yang menuduh dalam hal ini tidak memiliki bukti sekecil apapun atas celaannya terhadap mereka. Sha’afiqah maknanya berarti orang-orang jahil!! (Tuduhan) Ini adalah kezhaliman yang sangat besar. Ya, silakan kalian membela mereka (masyayikh tersebut) dengan cara hikmah. Katakanlah kepada mereka, "Datangkanlah bukti-bukti!". Allah berfirman (artinya), "Katakanlah, datangkan bukti-bukti kalian jika kalian orang-orang yang jujur." Orang yang mencela mereka, tidak memiliki satu bukti pun. Barakallahu fikum. Orang yang mencela mereka itu, aku telah berdiskusi dengannya dan aku telah membaca ucapannya, namun ternyata dia tidak mempunyai bukti apapun walaupun hanya sebesar biji sawi (dzarrah). Sungguh mereka yang dicela itu telah terzhalimi. Para ulama telah memberikan rekomendasi (mentazkiyah) mereka. Demikian pula tazkiyyahku terhadap mereka pun .telah tersebar. Aku juga telah meminta kepada Khalid Baqais, pemilik website Miratsul Anbiya, agar menyiarkan durus (pelajaran-pelajaran) mereka. Barakallahu fikum. Kemudian asy-Syaikh Rabi’ mengatakan, Metodeku dalam membantah para pengekor hawa nafsu dan ahli bid’ah adalah dengan cara menukil perkataan. Aku katakan, “Si Fulan (lawan/rival, yakni pihak yang dibantah, pen) berkata dalam kitab dengan judul ini, pada juz/jilid sekian, halaman sekian.” Kemudian aku singkap kebatilan/kesalahan orang itu dan aku bantah. Jadi aku menukilnya secara persis, kemudian aku bantah berdasarkan argumentasi dan bukti. - selesai jawaban asy-Syaikh Rabi’ – Kemudian kami sampaikan berita gembira kepada Syaikh (Guru) kami tentang Daurah yang akan datang, yakni di musim panas tahun ini biidznillah. Dalam daurah tersebut insyaallah sebagai pemateri adalah : - asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq azh-Zhafiri, - asy-Syaikh Arafat al-Muhammadi, - asy-Syaikh Abdul Wahid al-Madkhali, dan - asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhali. Pertanyaan : Apa yang Anda nasehatkan kepada ikhwah Indonesia wahai Syaikh kami? Apakah boleh kami mengambil faidah ilmu dari para masyaikh tersebut? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Aku nasehatkan mereka untuk berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah, serta menyambut dan memuliakan para masyaikh tersebut. Barakallah fikum."  ~~~~~~~~~~~~~~~ Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Syaikh (guru) kami atas nasehat-nasehat bermanfaat yang beliau sampaikan. Hadir di majelis : • Muhammad bin Umar as-Sewed al-Indunisi • Qomar Su'aidi al-Indunisi • Muhammad bin Mushlih al-Andunisi • dan sejumlah ikhwah Indonesia lainnya. Hadir pula dalam majelis salah seorang cucu asy-Syaikh Rabi' ======================================= Keterangan : naskah di atas telah ditunjukkan kembali kepada Asy-Syaikh al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah, maka beliau pun membacanya dan memberikan catatan (koreksian) atasnya. Kemudian beliau pun mengizinkan untuk disebarkan (dipublikasikan). Hal ini terjadi pada Isya hari Ahad, 29 Rajab 1439 H (15 April 2018 M) Dengan dihadiri oleh : 1. al-Ustadz Umar bin asy-Syaikh Rabi' al-Madkhali, 2. asy-Syaikh Abdul Mu'thi ar-Ruhaili, 3. Usamah bin Faishal Mahri, 4. Abul Harits Muhammad bin Mushlih Muhdi, dan beberapa ikhwah lainnya BACA :  Apa Itu Sha'afiqah? Penjelasan Syaikh Rabi' Tentang Fitnah Sha'afiqah + AUDIO
7 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kata mutiara salaf : jaga langkahmu !

JAGA LANGKAHMU Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah . mengatakan tentang wasiat Ali bin Hasan as-Salami, 📝 "Hendaknya engkau sedikit berbicara ➡️ niscaya lembut hatimu 📝 hendaknya engkau memperlama diam ➡️ itulah sikap wara' (menjauhkan diri dari perkara yang membahayakan akhirat seseorang-pent) 📝 Jangan sekali-kali engkau tamak terhadap dunia 📝 Jangan engkau hasad (tidak suka dengan nikmat pada orang lain) ➡️ niscaya engkau cepat memahami (berbagai permasalahan) 📝 Jangan engkau banyak mencela ➡️ niscaya engkau selamat dari lisan-lisan manusia 📝 jadilah engkau penyayang ➡️ niscaya engkau dicintai manusia 📝 Ridhalah engkau dengan rezeki yang dibagikan kepadamu ➡️ niscaya engkau menjadi kaya 📝 Bertawakallah kepada Allah ➡️ niscaya engkau menjadi kuat 📝 Jangan engkau bersengketa dengan ahlud dunya (orang-orang yang mementingkan dunia)  memperebutkan dunia mereka ➡️ niscaya Allah dan penduduk bumi akan mencintaimu 📝 Jadilah engkau tawadhu' (rendah hati) ➡️ niscaya engkau bisa  menyempurnakan berbagai amalan kebaikan." 📚 Hilyatul Auliya' (8/82) t.me/majalahqonitah تنقيح المجلة: ✍ ﻗﺎﻝ الإمام ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ تعالى : ۞ ﻓﻴﻤﺎ ﺃﻭﺻﻰ ﺑﻪ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺴﻠﻤﻲ : ↢ ﻋﻠﻴﻚ ﺑﻘﻠﺔ ﺍﻟﻜﻼﻡ : ﻳﻠﻴﻦ ﻗﻠﺒﻚ. ↢ ﻭﻋﻠﻴﻚ ﺑﻄﻮﻝ ﺍﻟﺼﻤﺖ : ﺗﻤﻠﻚ ﺍﻟﻮﺭﻉ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻮﻧﻦ ﺣﺮﻳﺼﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻦ ﺣﺎﺳﺪﺍً : ﺗﻜﻦ ﺳﺮﻳﻊ ﺍﻟﻔﻬﻢ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻦ ﻃَﻌَّﺎﻧﺎً : ﺗﻨْﺞ ﻣﻦ ﺃﻟﺴُﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ. ↢ وﻛﻦ ﺭﺣﻴﻤﺎً : ﺗﻜﻦ ﻣﺤﺒّﺒﺎً ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ. ↢ وارﺽَ ﺑﻤﺎ ﻗﺴﻢ ﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺯﻕ : ﺗﻜﻦ ﻏﻨﻴﺎً. ↢ ﻭﺗﻮﻛﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ : ﺗﻜﻦ ﻗﻮﻳﺎً. ↢ وﻻ ﺗﻨﺎﺯﻉ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻲ ﺩﻧﻴﺎﻫﻢ : ﻳﺤﺒﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﻳﺤﺒﻚ ﺃﻫﻞ اﻷﺭﺽ. ↢ وﻛﻦ ﻣﺘﻮﺍﺿﻌﺎً : ﺗﺴﺘﻜﻤﻞ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺒﺮ .  [ حلية الأولياء  (٨٢/٨ ) ] Jangan Lupakan Kalbumu Ketika Beribadah Ragamu  Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, "Menyibukkan diri menyucikan kalbu lebih utama daripada memperbanyak puasa dan shalat yang dibarengi dengan berkhianatnya hati...! Tidaklah kebanyakan amalan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau itu dengan banyaknya puasa dan shalat namun dengan kebaktian kalbu, penyuciannya, keselamatannya, dan kuatnya ketergantungannya kepada Allah Ta'ala." 📚 Lathà-iful Ma'àrif 254, 427 💎 Sebagian salaf mengatakan,  ما سبقكم أبو بكر بكثرة صوم ولا صلاة ولكن بشيء وقر في قلبه "Abu Bakr radhiyallahu 'anhu tidak mendahului kalian dengan banyaknya puasa dan shalat, namun dengan apa yang menetap di kalbunya." Ibnul Qayyim rahimahullah menyandarkan ucapan ini pada Abu Bakr bin 'Ayyasy rahimahullah. t.me/majalahqonitah ☁️❄️☁️ 📍 قال الحافظ ابن رجب رحمه الله :  👈🏼 *( ‏الاشتغال بتطهير القلوب أفضل من الاستكثار من الصوم و الصلاة مع غشِّ القلوب ...!* *لم يكن أكثر تطوّع النبي ﷺ وأصحابه بكثرة الصوم والصلاة ؛ بل ببِرِّ القلوب وطهارتها ، وسلامتها ، وقوة تعلُّقها بالله ! )* . ‏📒 لطائف المعارف : (٤٢٧_ ٢٥٤)
7 tahun yang lalu
baca 4 menit