"Meniti Jejak Sunnah yang Kian Asing"
Belajar mengarungi kehidupan berpoligami. Subhanallah, ada banyak kisah di sana. Aku suka sharing dengan teman ummahat yang juga di ta'addud (poligami). Hmm.., semua itu kujadikan pelajaran.
Kusimpulkan bahwa untuk berpoligami itu memang benar-benar harus punya modal sabar. Kalau kita tidak punya modal yang satu ini, sungguh akan kandas bahtera yang sudah dibangun. Akan begitu saja terhempas kemana arah angin bertiup. Badai demi badai terus akan menghantam biduk rumah tangga ta'addud.
Yah, jangankan yang menjalani ta'addud, rumah tangga tunggal pun kalau tidak memiliki konsep sabar akan mudah terhempas apalagi di zaman fitnah ini, mudah saja tersulut dengan berbagai macam ujian.
Sungguh konsep sabar pun tidak terlepas dari ilmu seseorang. Karena sabar tidak banyak hiasan bibir. Sabar bukan hanya sekedar kata yang mudah diucapkan. Sabar perlu pembuktian.
Perlu adanya kerjasama antara ucapan dan gerak jiwa. Senantiasa berharap dan berdoa semoga langkah meniti jejak sunnah nabi yang sudah sangat terasing ini menjadi sesuatu yang bukan ditakuti oleh sebagian orang terutama kaum wanita.
Bukan sunnah yang dibenci dan menjadi racun bagi kaum hawa. Tidak saja di kalangan ummahat ahlussunnah tapi juga di kalangan wanita awwamnya.
Mereka selalu berpikir dengan semua keegoisan mereka, kebakhilan mereka. Apakah mereka tidak pernah berpikir bahwa semua yang sudah dimiliki itu milik Allah? Suami yang mereka miliki juga suatu saat akan pergi meninggalkannya...? Akan berlalu suaminya karena Allah mengambil apa yang menjadi hak-Nya. Bukankah ini sangat menyakitkan hatinya dibandingkan dia harus berbagi suami dengan wanita lain?
Suaminya akan tetap bersamanya, mencintainya, memperhatikannya, dan tidak mengurangi sedikitpun tanggung jawabnya di hadapan istrinya. Tidakkah terbayang apabila kita berada di posisi para single parent?
Wanita yang hidup tanpa suami karena takdir-Nya. Bagaimana mereka harus berjuang sendiri, mengurus anak-anak yang tanpa ayah. Mencari kehidupan di tengah fitnah dan arus syahwat yang sudah demikian rusaknya.
Siang dijadikan malam, malam dijadikan siang karena berkeinginan kuat untuk tetap tegak di hadapan anak-anaknya bahwa ibunya adalah satu-satunya orang yang bisa dijadikan tempat bersandar dan memenuhi semua kebutuhannya.
Seorang istri bila suaminya wafat atau menceraikannya ataupun khulu' karena alasan syar'i, saat itu juga dia harus sudah siap menjadi seorang ayah. Apakah tidak terbayang wahai para wanita muslimah, bagaimana pahit getirnya kehidupan mereka.
Apakah tidak terketuk hati kita melihat dan mendengar bahwa diantara kita para ummahat ada yang membutuhkan seorang qawwam untuk membimbing dirinya. Menjaga kehormatannya dan menjaga kesuciannya.
Hanya sekedar berbagi suami, dan berbagi sedikit dari harta yang kalian miliki, yang sebenarnya semua itu milik Allah, yang suatu saat akan diambil oleh-Nya. Suami, harta.., itu bukan milik kita. Bukankah apabila kita berbagi dengan yang lain akan menjadi ladang pahala?
Sungguh naif bila ada seorang istri yang mengatakan kepada suaminya, "Kalau dirimu ta'addud aku akan minta bercerai darimu." Atau, "Kalau engkau punya istri lagi, aku akan menghancurkan kalian." Allahul musta'an.
Kata-kata yang hanya dilandasi oleh hawa nafsu, kebakhilan, dan kesombongan. Terkadang ada yang mengatakan, "Ahh kalau saya sih gak siap untuk poligami, suami saya masih jauh dari ilmu." Masya Allah. Kata-kata itu yang selalu menjadi alasan suaminya dilarang menyentuh ranah ta'adud. Suaminya dipengaruhi dengan banyak syubhat tentang ta'addud. Dijadikan jelek dan hinanya rumah tangga yang poligami.
"Tuh si fulan, belagu banget usahanya pas-pasan tapi nekat punya istri dua. Apa gak mikir tuh bagaimana menghidupi nafkah anak istrinya, apalagi istri ke-2 banyak anak."
Subhanallah. Apakah mereka lupa, bahwa rezeki itu milik Allah Allah. Allah yang mengatur rezeki masing-masing hamba-Nya. Bukan hanya manusia, rezeki semutpun Allah yang mengaturnya. Apakah mereka lupa bahwa barangsiapa yang memudahkan urusan seorang hamba, maka Allah akan mudahkan urusannya baik dalam soal rezekinya, bahkan semua masalahnya.
Masing-masing Bani Adam sudah diatur rezekinya. Yang banyak anak akan semakin banyak rezekinya. Yang punya istri 2 atau lebih akan bertambah pula hartanya. Ingatlah wahai wanita muslimah..., ta'addud itu tidak mesti harus orang kaya yang melakukannya. Ta'adud itu tidak terkhusus untuk mereka yang bermobil, berkantong tebal. Para nabi dan shahabat sudah cukup bagi kita sebagai contoh teladan bahwa ta'addud zaujah untuk semua kalangan.
Wahai para single parent, sungguh kehadiran kalian menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi kami. Keberadaan kalian di tengah kami menjadi PR tersendiri bagi kaum Adam untuk menambah ladang pahala. Untuk menjalankan sunnah ta'adud.
Jangan takut dengan ocehan wanita-wanita yang khawatir kalian akan menjadi saingannya nanti. Padahal hadirnya kalian para janda akan menjadi bekal pahala untuk para suami di akhirat kelak. Menggapai rida-Nya dengan menjalankan syariat-Nya. Dan berjalan di atas sunnah Nabi-Nya.
Jangan takut dengan celaan orang yang mencela. Orang yang mencela belum tentu lebih baik dari yang dicela. Dan untuk kalian wahai para suami- suami yang saleh, para pahlawan-pahlawan penghasung ta'adud zaujah.. Sungguh, keberanian kalian untuk menjalankan sunnah ini ditunggu oleh saudari-saudari kalian yang ditinggal pergi oleh suaminya. Saudari-saudari semanhaj. Saudari-saudari yang siap melangkah di sunnah ta'adud.
Jangan lemah oleh syubhat meskipun dari istri kalian. Jangan dengarkan bisikan setan yang akan menghalangi kalian dari sunnah mulia ini. Sesungguhnya kalian wahai para suami saleh akan beristri lebih dari satu di jannah-Nya nanti.
Dan terakhir untuk para wanita yang sudah menjalankan sunnah ini dan yang akan melangkah menuju sunnah ini.. Teruslah bersabar. Jadikan niat dan semangat kalian untuk terus mengharap rida Allah. Menjalankan sunnah nabi-Nya adalah amalan yang sangat mulia. Tidak akan tegak sunnah ini bila kita tidak mengawalinya. Tidak berusaha menghidupkannya.
Teruslah berta'awun dan bekerja sama dengan madu kalian untuk menghasung suami kita menjalankan syariat ini dengan tenang. Menghasung suami kita untuk bersemangat dalam beribadah. Menuntut ilmu dan tetap istiqamah sampai akhir, hingga tiba di indahnya jannah. Ada 2,3, atau 4 cinta dalam hati suami kita. Biarkan dia melangkah untuk mendulang pahala di ta'adud zaujah. Beri kesempatan untuknya menempuh biduk rumah tangga ini dengan keimanan yang kokoh dan tetap bertawakal kepada-Nya.., Aamiin
Sumber : Majalah Qudwah edisi 58 tahun 2018 halaman 32
|
Kisah & Nasihat dalam Meniti Sunnah Poligami |