shalat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum mundur dari shaf pertama untuk menemani makmum yang masbuq di shaf kedua

Hukum Mundur dari Shaf Pertama untuk Menemani Makmum yang Masbuq di Shaf Kedua Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin –rahimahullah- Pertanyaan: “Kami sedang shalat dan telah menyempurnakan shaf pertama. Kemudian masuk seseorang dan ia berada di shaf kedua sendirian. Lalu salah seorang dari shaf awal mundur untuk shalat di sampingnya(di shaf kedua), apakah amalan ini benar?“ Jawaban: “Amalan ini tidak disyariatkan. Bahkan apabila seseorang datang sementara shaf akhir telah sempurna(penuh) maka ia berdiri shalat sendirian karena ada udzur. Sebab ia pada saat ini mendapat udzur, yang andai ia mendapati tempat di shaf sebelumnya sungguh ia pasti akan masuk. Dan tidak sepatutnya untuk ia menarik mundur seseorang. Tidak pantas pula untuk seseorang mundur bersamanya. Karena jika seseorang mundur untuk bersamanya(orang yang di shaf akhir) niscaya tersisa celah pada shaf yang di depannya. Hal ini menyelisihi perkara yang disyariatkan dalam membentuk shaf. Karena yang disyariatkan adalah mereka tidak membiarkan adanya celah untuk syaithan(di dalam shaf). Hal yang kami sebut ini, yaitu bolehnya bagi seseorang yang datang lalu mendapati shaf telah penuh untuk shalat sendirian di belakang shaf, adalah pendapat yang _rajih_ (kuat) lagi pertengahan di antara dua pendapat lainnya: ▪️ Pertama: Tidak sah untuk shalat bersendirian di belakang shaf dalam kondisi apapun. ▪️ Kedua: Boleh shalat (di belakang shaf) dalam segala keadaan(baik shaf di depan penuh atau tidak, pent.) Pendapat yang kami sebut dengan rincian ini adalah yang dipilih Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, dan Syaikh kami Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah.” Fataawa . Nuurun ‘alad Darb, al-‘Utsaimin, 5/ 286 Alih Bahasa:  Al-Ustadz Abu Yahya al-Maidany hafizhahullah https://t.me/ForumBerbagiFaidah [FBF] www.alfawaaid.net | www.ilmusyari.com Hukum Mundur dari Shaf Pertama untuk Menemani Makmum yang Masbuq di Shaf Kedua
6 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tidak shalat malam, setan telah mengencingi telinganya

Ogah Dikencingi Setan Lagi Sadarkah kita, selama ini ternyata telinga kita sering dikencingi si setan laknat, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan kepada orang yang tidur di malam hari hingga masuk waktu shubuh dan tidak shalat malam dengan sabdanya ذَلِكَ الشَّيْطَانُ بَالَ فِى أُذُنَيْهِ Artinya, "Demikianlah setan telah mengencingi di kedua telinganya." (HR. An Nasa’i dan Ibnu Majah, hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam al Albani dalam Shahihut Targhib) Agar telinga kita tidak dikencingi si setan lagi, mari kita simak hadits di bawah ini, عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَاهُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْتَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلان Artinya, "Setan membuat ikatan di tengkuk salah seorang dari kalian ketika tidur dengan tiga ikatan. Setiap ikatannya setan akan mengatakan kepadanya, “Malam masih panjang, maka terus tidurlah!”. Jika dia bangun lalu berdzikir pada Allah, maka lepaslah satu ikatannya. Kemudian jika dia berwudhu, maka lepaslah satu ikatan lagi. Kemudian jika dia mengerjakan shalat, maka lepaslah ikatannya semua. Maka di pagi hari dia akan berada di dalam semangat dan baik jiwanya, namun jika dia tidak melakukan hal ini, maka jiwanya akan jelek dan akan malas.” (HR. Bukhari dan Muslim) Ayo semangat bangun malam tuk melaksanakan shalat malam, walau tidak sampai 11 rakaat tapi yang penting rutin, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ Artinya, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit." (HR. Muslim). Semoga bermanfaat buat semua, terkhusus kepada penulisnya sendiri, amin. Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) Telegram : @SedikitFaidahSaja
6 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum shalat berjamaah tapi berbeda tempat

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sampai kepada kami tentang sholatnya akhwat di masjid nisaa mengikuti imam dimasjid banin. Apakah sah? Atau apakah dibenarkan? Maka kita jawab: ●>. "Pertama, Masjid Nisaa bukan masjid "lain". Itu sama-sama masjid Abu Bakar As Shiddiq. Hanya saja _dengan izin Allah dan inayahnya_ kita bangunkan tempat khusus dibelakangnya untuk para ibu ibu dan para wanita. ●> Kedua, sudah biasa kita saksikan di masjid-masjid para ulama yg tempat akhwatnya terpisah secara total. Namun mereka tetap bermakmum kepada imam di masjid rijal dengan mendengar suaranya. Seperti yang saya (Ustadz Muhammad) saksikan ditempat syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah. ●> Ketiga, telah banyak fatwa-fatwa para ulama terdahulu yang membolehkan demikian. Diantaranya: وقد رواه البخاري (729) تحت باب : إذا كانَ بينَ الإِمَامِ وَبَيْنَ القَوْمِ حَائِطٌ ، أَوْ سُتْرَةٌ Telah diriwayatkan oleh Imam Bukharidalam bab: "Jika antara imam dan makmum ada tembok atau pemisah" :  وقال الحسنُ : لا بأس أن تصلِّي وبينكَ وبينهُ نهر. وقال أبو مجلزٍ: يأتمُّ بالإمامِ - وإنْ كانَ بينهما طَريقٌ أو جدارٌ - إذا سمعَ تكبيرَ الإمامِ ) Berkata Al Hasan rahimahullah: "Tidak mengapa engkau sholat dalam keadaan antara kamu dengan imam ada sungai" Berkata Abu Mijliz__rahimahullah__ : "Tidak mengapa engkau sholat mengikuti imam walaupun antara kamu dgn imam ada jalan atau tembok, jika kamu mendengar takbir imam" قال ابن رجب رحمه الله تعالى : " مراد البخاري بهذا الباب : أنه يجوز اقتداء المأموم بالإمام ، وإن كان بينهما طريق أو نهر ، أو كان بينهما جدار يمنع المأموم من رؤية إمامه ؛ إذا سمع تكبيره " "فتح الباري " (6 / 297) Berkata Ibnu Rajab rahimahullah : "Yang dimaksud oleh al Bukhari dengan bab ini adalah, tidak mengapa makmum mengikuti imam walaupun antara keduanya terpisah jalan, sungai atau tembok yang menghalangi makmum dari melihat imam. Jika dia mendengar takbirnya imam." ( fathul bari 6\297) قال النووي رحمه الله تعالى : " يشترط لصحة الاقتداء : علم المأموم بانتقالات الإمام ؛ سواء صليا في المسجد أو في غيره ، أو أحدهما فيه والآخر في غيره . وهذا مجمع عليه . قال أصحابنا : ويحصل له العلم بذلك : بسماع الإمام ، أو من خلفه ، أو مشاهدة فعله ، أو فعل من خلفه . ونقلوا الإجماع في جواز اعتماد كل واحد من هذه الأمور" انتهى من " المجموع " (4 / 309) Berkata an Nawawi rahimahullah : "Disyaratkan untuk sahnya mengikuti imam adalah pengetahuan makmum tentang gerakan-gerakan perpindahan imam. Sama saja apakah keduanya sholat dimasjid ataupun ditempat lain. Atau yg satu dimasjid yg lain di tempat lain. Dan ini adalah perkara yg sudah disepakati secara ijma'. Berkata sahabat-sahabat kami: 'Pengetahuan tentang gerakan-gerakan imam dapat dihasilkan dengan mendengar suara imam,  atau mengikuti dibelakangnya, atau menyaksikan gerakannya, atau melihat gerakan makmum yg dihadapannya. Mereka menukil Ijma' tentang bolehnya bermakmum dengan mengandalkan perkara tersebut (yakni dengan mendengar, melihat atau mengikuti yg dihadapannya. Pent.) Asatidzah pondok Dhiya' us Sunnah Cirebon. Penasihat, Al Ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله WhatsApp Salafy Cirebon CHANNEL TELEGRAM : https://t.me/Salafy_cirebon hukum shalat berjamaah tapi berbeda tempat
6 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

shalat tarawih 10 malam terakhir lebih banyak dari 11 rakaat, termasuk bid'ah?

HUKUM SHALAT TAHAJJUD DENGAN BERJAMA'AH (DI BULAN RAMADHAN Fatwa al-Lajnah ad-Daimah nomor 19854 Pertanyaan: Kami melaksanakan shalat pada dua puluh hari pertama dari bulan Ramadhan sebelas raka'at. Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir, kami shalat sepuluh raka'at di awal malam dan sepuluh raka'at di akhir malam. Kami melakukan witir tiga raka'at. Maka total shalat kami pada sepuluh hari terakhir (sebanyak) dua puluh tiga raka'at. Kemudian salah satu penuntut ilmu menyatakan bahwa perbuatan ini- yaitu pembagian antara dua puluh hari pertama dan sepuluh hari akhir-adalah PEMBAGIAN yang BID'AH. Dan bahwa secara asal adalah hendaknya sama bilangan (raka'atnya ) sebulan penuh. Dia juga berkata:" Jika engkau shalat sebelas raka'at pada awal bulan Ramadhan, maka shalatlah semisal itu di akhirnya. Jika engkau ingin shalat dua puluh tiga raka'at . pada akhir (bulan), maka shalatlah dua puluh tiga raka'at pada awal (bulan). Dia juga berkata:" Dan termasuk bid'ah juga pembagian kalian antara shalat awal malam dan di akhir malam pada sepuluh malam itu sendiri. Kalian meringankan (shalat) pada sepuluh malam awal dan memanjangkannya pada sepuluh yang akhir, lalu kalian namakan shalat itu sebagai tarawih." Kami menginginkan dari Yang Mulia penjelasan (tentang hal ini). Semoga Allah menjadikan ilmu antum bermanfaat dan meninggikan kedudukan antum. Shalat tarawih dengan 23 rakaat dan membaginya menjadi dua waktu Jawaban: Shalat tarawih di bulan Ramadhan adalah sunnah muakkadah. Hal itu dilakukan oleh Nabi ﷺ dan para shahabat beberapa malam, kemudian beliau terlambat mendatangi mereka (tidak shalat tarawih-pent) karena kuatir hal itu diwajibkan bagi mereka. Hal itu juga dilakukan oleh para shahabatnya di masa beliau (hidup) dan setelah beliau ﷺ wafat. Dan amalan ini terus berlangsung sampai hari ini. Adapun bilangan raka'atnya, tidak tsabit tentangnya batasan yang spesifik. Para ulama berbeda pendapat tentangnya. Diantara mereka ada yang berpendapat dua puluh tiga raka'at. Ada pula yang berpendapat tiga puluh enam raka'at. Diantara mereka ada yang berpendapat lebih dari itu, ada pula yang berpendapat lebih sedikit lagi. Para shahabat melaksanakan shalat itu di masa 'Umar dua puluh tiga raka'at di Masjid Nabi ﷺ. Adapun Nabi shalallahu 'alaihi wasallam,  beliau dahulu tidak menambah di bulan Ramadhan dan tidak pula di bulan selainnya lebih dari 11 atau 13 raka'at. Dan beliau tidak membatasi untuk manusia bilangan khusus pada shalat tarawih dan shalat malam. Bahkan beliau dulu memotivasi untuk melaksanakan shalat malam dan shalat tarawih secara dzatnya (tanpa membatasi dengan bilangan). Beliau shallallaahu 'alayhi wa sallam bersabda : "Siapa yang menegakkan (shalat) Ramadhan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (1) Beliau tidak membatasi jumlah raka'at. Hal ini berbeda-beda berdasarkan perbedaan sifat shalat tersebut. Siapa yang memanjangkan shalatnya, maka dia (hendaknya) menyedikitkan bilangan raka'atnya sebagaimana Nabi  shalallahu 'alaihi wasallam  melakukannya. Dan siapa yang meringankan shalatnya dalam rangka berlemah lembut pada manusia, maka hendaklah dia memperbanyak bilangan raka'atnya sebagaimana para shahabat melakukannya di masa 'Umar. TIDAK MENGAPA MENAMBAH jumlah raka'at di sepuluh akhir dari jumlah yang dilakukan di  dua puluh hari awal. Dan hendaklah dia membaginya menjadi dua bagian: Satu bagian dia shalat di awal malam dan meringankannya karena itu adalah tarawih sebagaimana di dua puluh hari awal Satu bagian lagi dia shalat di akhir malam dan dia memanjangkannya karena itu adalah tahajjud. Sungguh dahulu Rasulullah shallallaahu 'alayhi wa sallam bersungguh-sungguh di sepuluh akhir yang beliau tidak bersungguh-sungguh di selainnya. Beliau jika masuk sepuluh hari terakhir: menyingsingkan lengannya, mengikat sarungnya, membangunkan keluarganya dalam rangka mencari lailatul qadar. Maka orang yang berkata tidak perlu menambah (shalat) di akhir bulan dari shalat yang biasa dia lakukan di awal bulan, hal itu MENYELISIHI PETUNJUK Nabi shallallaahu 'alayhi wa sallam dan menyelisihi apa yang dilakukan as-Salafush Shalih berupa PANJANGNYA SHALAT di akhir bulan pada akhir malam. Maka yang wajib adalah mengikuti sunnah beliau shallallaahu 'alayhi wa sallam dan sunnah para al-Khulafa' ar-Rasyidin setelah beliau radhiyallahu 'anhum dan memotivasi kaum muslimin untuk shalat tarawih dan qiyamul lail. Janganlah engkau menggembosi mereka dari hal itu dan melemparkan syubhat yang menyebabkan sedikitnya semangat mereka untuk menegakkan qiyam Ramadhan. Allah lah yang memberi taufiq. Shalawat serta salam atas Nabi kita Muhammad, keluarga, dan shahabatnya. Lembaga Tetap untuk Pembahasan 'Ilmiah dan Fatwa: Ketua: Abdul 'Aziz bin 'Abdillah bin Baz Wakil Ketua: 'Abdul 'Aziz alusy-Syaikh Anggota: 'Abdullah bin Ghudayyan Anggota: Shalih al-Fawzan Anggota: Bakr Abu Zaid _____________________ 1. Shahihul Bukhari Shalat Tarawih (2009), Shahih Muslim Shalatnya para musafir dan (cara) mengqasharnya (759), Sunan at-Tirmidzi as-Shawm (808), Sunan an-Nasa'i al-Iman dan Syari'at-syari'atnya (5027), Sunan Abi Dawud Ash-Shalah (1371), Musnad Ahmad (2/529), Muwaththa' Malik Panggilan untuk Shalat (251), Sunan Ad-Darimi ash-Shawm (1776) Alih bahasa : Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) Muraja'ah: al-Ustadz Kharisman hafizhahullaah Edisi Arabic : ﺣﻜﻢ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺘﻬﺠﺪ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ .. ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﺭﻗﻢ ‏( 19854 ‏) ﺱ : ﺍﻋﺘﺪﻧﺎ ﺃﻥ ﻧﺼﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ ﻓﺈﺫﺍ ﺩﺧﻠﺖ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺻﻠﻴﻨﺎ ﻋﺸﺮ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﻓﻲ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﻋﺸﺮﺍ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﻧﻮﺗﺮ ﺑﺜﻼﺙ ﻓﻴﺼﺒﺢ ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻣﺎ ﻧﺼﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺛﻼﺛﺎ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺭﻛﻌﺔ ﺛﻢ ﺇﻥ ﺃﺣﺪ ﻃﻠﺒﺔ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺯﻋﻢ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺘﻔﺮﻳﻖ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﺍﻷﻭﻝ ﻭﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺪﺩ ﺑﺪﻋﺔ ، ﻭﺃﻥ ﺍﻷﺻﻞ ﺍﻟﻤﺴﺎﻭﺍﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺪﺩ ، ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻛﻠﻪ ، ﻭﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﺻﻠﻴﺖ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮﺓ ﻓﻲ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻓﺼﻞ ﻣﺜﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻩ ، ﻭﺇﻥ ﺃﺭﺩﺕ ﺃﻥ ﺗﺼﻠﻲ ﺛﻼﺛﺎ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻩ ﻓﺼﻞ ﺛﻼﺛﺎ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻓﻲ ﺃﻭﻟﻪ ، ﻭﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺃﻳﻀﺎ ﺗﻔﺮﻳﻘﻜﻢ ﺑﻴﻦ ﺻﻼﺓ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﺁﺧﺮﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﻧﻔﺴﻬﺎ ، ﻓﺘﺨﻔﻔﻮﻥ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﻝ ﻭﺗﻄﻴﻠﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻷﺧﻴﺮﺓ ﻭﺗﺴﻤﻮﻥ ﻫﺬﻩ ﺗﺮﺍﻭﻳﺢ ، ﻭﺗﻠﻚ ﻗﻴﺎﻡ . ﻧﺮﻳﺪ ﻣﻦ ﻓﻀﻴﻠﺘﻜﻢ ﺍﻟﺘﻜﺮﻡ ﺑﺒﺴﻂ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻧﻔﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻌﻠﻤﻜﻢ ﻭﺃﻋﻠﻰ ﻣﻨﺰﻟﺘﻜﻢ ؟ ﺝ : ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻓﻲ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺳﻨﺔ ﻣﺆﻛﺪﺓ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺄﺻﺤﺎﺑﻪ ﻟﻴﺎﻟﻲ ﺛﻢ ﺗﺄﺧﺮ ﻋﻨﻬﻢ ﺧﺸﻴﺔ ﺃﻥ ﺗﻔﺮﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻓﻌﻠﻬﺎ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻓﻲ ﻋﻬﺪﻩ ﻭﺑﻌﺪ ﻭﻓﺎﺗﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﺳﺘﻤﺮ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻴﻮﻡ ، ﻭﺃﻣﺎ ﻋﺪﺩ ﺭﻛﻌﺎﺗﻬﺎ ﻓﻠﻢ ﻳﺜﺒﺖ ﻓﻴﻪ ﺣﺪ ﻣﺤﺪﺩ ﻭﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻣﺨﺘﻠﻔﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻳﺮﻯ ﺃﻧﻪ ﺛﻼﺙ ﻭﻋﺸﺮﻭﻥ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻳﺮﻯ ﺃﻧﻪ ﺳﺖ ﻭﺛﻼﺛﻮﻥ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻳﺮﻯ ﺃﻛﺜﺮ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻳﺮﻯ ﺃﻗﻞ ، ﻭﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺻﻠﻮﻫﺎ ﻓﻲ ﻋﻬﺪ ﻋﻤﺮ ﺛﻼﺛﺎ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻓﻲ ﻣﺴﺠﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﻟﻨﺒﻲ ﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﺰﻳﺪ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﻻ ﻏﻴﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮﺓ ﺃﻭ ﺛﻼﺙ ﻋﺸﺮﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﺤﺪﺩ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻋﺪﺩﺍ ﻣﻌﻴﻨﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻭﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺑﻞ ﻛﺎﻥ ﻳﺤﺚ ﻋﻠﻰ ﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﻴﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺑﺎﻟﺬﺍﺕ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ‏« ﻣﻦ ﻗﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﺍﺣﺘﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺫﻧﺒﻪ ‏» ‏( 1 ‏) ﻭﻟﻢ ﻳﺤﺪﺩ ﻋﺪﺩ ﺍﻟﺮﻛﻌﺎﺕ ﻭﻫﺬﺍ ﻳﺨﺘﻠﻒ ﺑﺎﺧﺘﻼﻑ ﺻﻔﺔ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻓﻤﻦ ﻛﺎﻥ ﻳﻄﻴﻞ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻘﻠﻞ ﻋﺪﺩ ﺍﻟﺮﻛﻌﺎﺕ ﻛﻤﺎ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻳﺨﻔﻒ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺭﻓﻘﺎ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﺜﺮ ﻋﺪﺩ ﺍﻟﺮﻛﻌﺎﺕ ﻛﻤﺎ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻲ ﻋﻬﺪ ﻋﻤﺮ ﻭﻻ ﺑﺄﺱ ﺃﻥ ﻳﺰﻳﺪ ﻓﻲ ﻋﺪﺩ ﺍﻟﺮﻛﻌﺎﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻋﻦ ﻋﺪﺩﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﺍﻷﻭﻝ ﻭﻳﻘﺴﻤﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﻗﺴﻤﻴﻦ ﻗﺴﻤﺎ ﻳﺼﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﻳﺨﻔﻔﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﺗﺮﺍﻭﻳﺢ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﺍﻷﻭﻝ ﻭﻗﺴﻤﺎ ﻳﺼﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﻳﻄﻴﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﺗﻬﺠﺪ ﻓﻘﺪ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺠﺘﻬﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺠﺘﻬﺪ ﻓﻲ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﻭﻛﺎﻥ ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻠﺖ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﺷﻤﺮ ﻭﺷﺪ ﺍﻟﻤﺌﺰﺭ ﻭﺃﺣﻴﺎ ﻟﻴﻠﻪ ﻭﺃﻳﻘﻆ ﺃﻫﻠﻪ ﺗﺤﺮﻳﺎ ﻟﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ، ﻓﺎﻟﺬﻱ ﻳﻘﻮﻝ ﻻ ﻳﺰﻳﺪ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻋﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻬﺪﻱ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻣﻦ ﻃﻮﻝ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻓﺎﻟﻮﺍﺟﺐ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﺳﻨﺘﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺳﻨﺔ ﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺣﺚ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻭﺻﻼﺓ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻻ ﺗﺨﺬﻳﻠﻬﻢ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﺇﻟﻘﺎﺀ ﺍﻟﺸﺒﻪ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻘﻠﻞ ﻣﻦ ﺍﻫﺘﻤﺎﻣﻬﻢ ﺑﻘﻴﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ . ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ، ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ . ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ ﻋﻀﻮ ... ﻋﻀﻮ ... ﻋﻀﻮ ... ﻧﺎﺋﺐ ﺍﻟﺮﺋﻴﺲ ... ﺍﻟﺮﺋﻴﺲ ﺑﻜﺮ ﺃﺑﻮ ﺯﻳﺪ ... ﺻﺎﻟﺢ ﺍﻟﻔﻮﺯﺍﻥ ... ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻏﺪﻳﺎﻥ ... ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺁﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ... ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ ________ ‏( 1 ‏) ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ‏( 2009 ‏) ، ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻤﺴﺎﻓﺮﻳﻦ ﻭﻗﺼﺮﻫﺎ ‏( 759 ‏) ، ﺳﻨﻦ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺍﻟﺼﻮﻡ ‏( 808 ‏) ، ﺳﻨﻦ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﺷﺮﺍﺋﻌﻪ ‏(
6 tahun yang lalu
baca 8 menit

Tag Terkait

mengakhirkan-shalattegakkanlah-shalatrambut-saat-shalatshalat-bertattoshalat-di-masa-pandemishalat-safarbergerak-dalam-shalatmenoleh-saat-shalatdzikir-shalatshalat-alfiyahrukun-shalattata-cara-shalathukum-shalat-jumatshalat-jumat-saat-wabahlarangan-dalam-shalatdzikir-setelah-shalatsunnah-shalatsifat-shalatqadha-shalatwirid-shalatshaf-shalathukum-meninggalkan-shalatlupa-dalam-shalatshalat-nabisifat-shalat-nabishalat-idul-adha-1443hshalatwirid-setelah-shalatkewajiban-shalattidak-shalatadab-shalatshalat-terlalu-cepatsyarat-sahnya-shalatpembatal-shalatimam-shalathukum-shalat-dhuhadoa-shalat-jenazahtatacara-shalatshalat-kusufshalat-berjamaahzikir-setelah-shalattaawudz-dalam-shalattanyajawab-shalatshalat-di-kuburanshalat-tarawihwajib-wajib-shalatsetelah-shalatshalat-menghadap-kuburcara-shalatshalat-dhuhashalat-gerhanashalat-khusufhukum-shalat-witirimam-shalat-wanitaterluput-dari-shalatshalat-syuruqshalat-jamakwaktu-shalat-sudah-lewatwaktu-shalat-jumatshalat-tobatwaktu-shalatmemutus-shalatshalat-tahajudmenjamak-shalatbacaan-shalatshalat-di-pesawatshalat-idshalat-jenazahshalat-jumatzikir-shalathaid-sebelum-waktu-shalat-habisshalat-wanitashalat-di-rumahadab-shalat-idhukum-shalat-iedshalat-raghaibshalat-setelah-saishalat-isyraqshalat-gaibshalat-rawatibshalat-sunnahwanita-shalat-di-masjidwanita-shalat-jumatdoa-dalam-shalatshalat-hajatshalat-saat-safarmengqashar-shalatshalat-dalam-safarjamak-shalatqashar-shalatshalat-sendirianshalat-tahajjudshalat-witirshalat-malamsyarat-shalatshalat-tahiyatul-masjidkeutamaan-shalatshalat-di-masjidsyariat-shalatpakaian-wanita-ketika-shalatshalat-memakai-pakaian-tipisanak-kecil-dalam-shaf-shalatfatwa-shalatshalat-lupa-wudhushalat-tanpa-wudhualfatihah-ketika-shalathukum-shalatkedudukan-shalat-fardhukeringanan-shalatshalat-dan-kewajibannyabidah-shalatjumlah-jamaah-shalat-jumatshalat-tasbihshalat-istikharahpembatas-shalatwaktu-shalat-zuhur-hari-jumat-bagi-wanitahukum-shalat-tarawihpenjelasan-tentang-shalat-tarawihshalat-tawarihwasiat-untuk-shalat-witirragu-di-dalam-shalatshalat-juamatshalat-jumat-berteaptan-hari-rayashalat-sunnah-fajarshalat-istisqa100-000-shalatshalat-awwabinshalat-isyroqshalat-pakai-sepatushalat-tanpa-hijabmeninggalkan-shalat-dengan-sengajaorang-sakit-meninggalkan-shalatshalat-orang-pingsanlima-ratus-kali-shalatberapa-jumlah-rakaat-dalam-shalat-tarawihjumlah-rakaat-dalam-shalat-tarawihshalat-asharshalat-iedul-fitri-1439hhukum-tertawa-saat-shalattergesa-gesa-ketika-shalathukum-mengeraskan-bacaan-niat-pada-shalatmenguap-ketika-shalatshalat-jamaahniat-shalatshalat-pakai-sendalshalat-wajibshalat-kecepetanshalat-terlambatiqamah-shalatshalat-tanpa-azan-dan-ikamahshalat-fardhulupa-menunaikan-shalatshalat-anak-kecilhukum-shalat-gerhanatata-cara-shalat-gerhanahukum-sutrah-dalam-shalatkitab-sifat-shalatshalat-istighfarshalat-iedtata-cara-shalat-gerhana-nabishalat-subuhshalat-subuh-berjamaahshalat-iedul-adhashalat-malam-nisfu-syabanhukum-seputar-sutrohpembatas-shalatcara-shalat-istisqacara-shalat-meminta-hujanbhukum-mengkhususkan-membaca-surah-as-sajdah-pada-shalat-subuh-di-hari-jumatbimbingan-ulama-menyikapi-anak-kecil-yang-bermain-dalam-shalatkegaduhan-anak-kecil-ketika-shalatmengganggu-orang-shalatmemutuskan-shalat-seseorangmenjaga-shalatshalat-tarawih-11-atau-23-rakaatshalat-tarawih-11-rakaatshalat-tarawih-23-rakaatbesarnya-dosa-lewat-di-hadapan-orang-shalatmencegah-orang-yang-hendak-lewat-di-depan-kita-saat-shalatshalat-menghadap-wajah-manusiacara-shalat-gerhanashalat-gerhana-sesuai-sunnahtuntunan-shalat-gerhana