Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

petikan nasehat syaikh ibn baz agar khusyu dalam shalat

 .Petikan Nasehat Syaikh Ibn Baz Agar Khusyu Dalam Shalat Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: "Wajib atas kalian wahai muslimin untuk bertakwa kepada Allah di setiap urusan kalian pada umumnya dan di shalat kalian pada khususnya. Hendaknya kalian menegakkan shalat dan menjaganya. Menjaganya dari segala yang membatalkannya atau segala yang mengurangi kesempurnaannya. 🔰Seperti misalnya: Mengakhir-akhirkan shalat dari waktu yang utama tanpa ada udzur syar'i. 🔰Atau merasa berat untuk menunaikannya bersama jama'ah di masjid. 🔰Atau mengerjakan shalat tanpa khusyu. 🔰Atau lalai untuk menghadirkan hati terhadap keagungan Dzat yang dirinya ada di Kedua Tangan-Nya. 🔰Juga hatinya lalai dari mentadabburi kalam-Nya. 🔰Dan lalai ketika bermunajat kepada-Nya, seperti sibuk dengan perkara-perkara di luar gerakan shalat. 🔰Atau melakukan gerakan-gerakan yang tidak syar'i di dalam shalat, seperti berbuat sebagian perbuatan yang sia-sia misalnya 🔰banyak memperbaiki pakaiannya baik mengangkat dan menggulung. 🔰Memandang-mandang kepada jam tangan. 🔰Atau mengusap-usap jenggotnya. Dan yang semisal itu setelah perkara yang tidak boleh untuk dilakukan. Semuanya ini bisa melenyapkan kekhusyuan. Khusyu adalah inti dari shalat dan ruhnya shalat. Pengaruh khusyu juga merupakan sebab diterimanya shalat, kurangnya dan lemahnya kualitas shalat." (Silahkan lihat Rasail fi Shalat-Syaikh Ibn Baz, hal 20, cet. Darul Istiqamah 2012) ➖➖➖ Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) || Arsip lama Wa SFS, INdiC dan INONG terkumpul di catatankajianku.blogspot.com www.ittibaus-sunnah.net
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

semangat ta'awun dalam membina umat

SILAKAN DENGARKAN AUDIONYA APA NASEHAT &. SARAN UNTUK KAMI YANG TINGGAL DI LINGKUNGAN MA'HAD? | DALAM TA'AWWUN KADANG MUNCUL SIKAP EMOSIONAL ANTARA SENIOR & JUNIOR, SOLUSINYA ? Disampaikan Oleh: Al-Ustadz Muhammad Afifuddin as-Sidawy حفظه الله تعالى ( Transkrip ) 💡🔦 Tolong nasihat dan saran kepada kami yang hidup di lingkungan ma’had ketika dulu belum ada, Alhamdulillah sekarang sudah ada ma’had. 👍🏻 Masya Allah, bagus! 👍🏻 Bagus ya ikhwan! {1⃣} Nasihat yang pertama ialah merapat ke lingkungan yang bagus, apa lagi sekarang lingkungannya Allahulmusta’an terlalu banyak perkara-perkara yang tidak bagus di luar sana. 💎 Orang yang baik akan berupaya merapat kepada lingkungan yang bagus, mencari bhi'ah sholihah, lingkungan yang baik hadza awwala. {2⃣} Yang kedua ditumbuhkan semangat ukhuwah, semangat persaudaraan di kalangan para ikhwah-ikhwah yang ada di lingkungan pesantren, antara  pengurus antara santri antara para mutazawwijin para ikhwan para akhwat ditumbuhkan semangat ukhuwah islamiyah didalamnya. 🌾 Ditumbuhkan semangat yang namanya taawun tadi alal birri wa taqwa barakallahufiikum. Sehingga muncul sebuah lingkungan yang baik, yang shalih yang islami yang nyaman yang bagus yang bersaudara di atas bimbingan yang benar alal Kitab wa Sunnah dengan pemahaman shalaful ummah. Barakallahufiikum. 💫💢 Ditinggalkan segala bentuk asbab-asbab perselisihan dan segala macamnya ya ikhwan, ini sangat bagus sekali. Bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla ketika sudah ada ma’had lingkungan pesantren. 🏠❌❔ Yang dulu ketika tidak ada ma’had pusing memikirkan lingkungan sebelah yang ada. Keluar rumah masuk rumah pemandangannya tidak nyaman, begitu ada pondok pesantren ribut. Kan tidak lucu, itu namanya orang-orang yang kerdil tidak berjiwa besar. Makanya tumbuhkan ukhuwah dibesarkan pondok yang ada. Barakallahufiikum, didukung dimotivasi ditumbuhkan semangat ukhuwah tasyawur taawun taakhi wa ha kadza. 🔎🔐 Naam ya ikhwan, contoh Rasul dan para Shahabatnya ketika itu ya ikhwan. 🎯 Dalam ta’awun kadang muncul sikap emosional karena orang yang muda-muda besar semangatnya tapi kurang kurang sabarnya. Yang tua-tua lebih banyak pengalamannya sehingga cenderung memaksakan pendapatnya, mestinya kan disinergikan ya ikhwah. Bersinergi antara tua dan muda, kompisisi yang bagus, tuwek kabeh tidak ada regenerasi muda semuanya rawan, minim pengelaman. 🏨 Ketika di sebuah tempat ada generasi tua ada generasi muda, bagus! Disinergikan! Makanya menggunakan prinsip ta’awun yang jelas, semua tidak kembali kepada yang tua atau yang muda, kembali kepada Al haq, Al Kitab wa Sunnah dengan pemahaman salaf. ⏳ Ketika ada perkara yang dibahas, dimusyawarahkan, antum jangan mikiri suara terbanyak, atau yang tua atau yang paling muda. Tidak! Semuanya menyampaikan idenya, menyampaikan idenya, digodok dan dicari yang sesuai dengan Al quran dan Sunnah dengan pemahaman salaful ummah. Kalau semua sesuai dicari yang paling maslahat untuk dakwah di tempat anda. Fahimtum? ✅ Terkadang pendapat yang muda yang di ambil, nah pas. Ada kalanya yang tua diambil karena cocok. Ada kalanya digabungkan dua pendapat tadi sesuai dengan keadaannya. Paham insya Allah ya? 💥 Untuk mengatasi emosional tadi, barakallahufiikum dengan cara luruskan niat. Niat anda itu ❌pengen dapat nama, ❌ dapat kemasyhuran ❌prestise ❌atau apa? 🔓Yang namanya ta’awun untuk ibadah kepada Allah melaksanakan perintah lillah hita’ala. Sehingga kalau misalkan pendapat anda tidak diterima jangan langsung nesu, jangan marah-marah. Jangan merasa dilecehkan karena antum tidak punya niatan apapun ya ikhwan. Fahimtum? 🌺 Ikhlaskan niat yang tulus niatnya. Harus sabar berjiwa besar barakallahufiikum. Jadi kalo menurut saya malah bagus, komposisinya tepat ada yang muda ada yang tua, sehingga di sinergikan. Allahuta’ala alam bish shawab. Sumber : 📅 Tanya jawab Dauroh "Semangat Ta’awun Dalam Membina Ummat” | Sabtu, 18 Muharrom 1436 H / 31 Oktober 2015 M di Masjid Aisyah, Talok, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. 📥 Unduh audionya di   http://bit.ly/1Q1kyTw  Dipublikasikan Pada : Rabu 22 Muharram1437H / 04 November 2015M Jam 18:24wib 📚 Tholibul Ilmi Cikarang
9 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tidakkah kamu merasa malu kepada allah?

NASEHAT BERHARGA DARI AS SYAIKH SHALIH AL FAUZAN -hafidzohullahu ta'ala- . Saat engkau habiskan seluruh malammu untuk tidur... Tidakkah kamu merasa malu kepada Allah, kamu habiskan malam itu di atas ranjangmu..❔ Tidak sanggupkah engkau sebentar saja menyisakan waktu beberapa saat untuk berdiri menghadap Allah... Padahal berapa banyak kenikmatan yang Allah berikan kepadamu.....  keadaanmu sehat, keadaanmu aman,  Tidak bisakah engkau bersyukur kepada NYA ?? ((إن ربك لبالمرصاد)) ((sesungguhnya Rabb mu benar benar maha mengetahui)) Dia mengetahui keadaan hamba hambaNYA... Dia tahu siapa yang bangun di tengah malam melakukan shalat, Dia tahu siapa yang Tidur, siapa yang malas, semua keadaan tersebut Allah maha tahu, Allah melihat itu semua.. Tidakkah engkau merasa malu di lihat Allah❓ Ketika Allah turun di akhir malam DIA memanggil dan memanggilmu sedangkan kamu masih terlelap dalam tidurmu, Dia memanggilmu untuk berdoa sedangkan kamu tidur ❓❗ Allah memanggil hamba hambaNYA ((apakah ada yang mau berdoa maka aku kabulkan doanya, adakah yang mau beristighfar kepadaKU maka AKU ampuni dosanya)) Renungkanlah...Renungkanlah pada dirimu sendiri...  DIA memanggilmu SEDANGKAN kamu tidur dan Lalai dari NYA !! Maka gunakanlah kesempatan yang sangat besar ini dalam kehidupanmu. Karena seseorang jika dia menyia nyiakan kesempatan di waktu mudanya di kala dia sanggup untuk melakukannya, maka sungguh dia akan lemah di waktu tua tidak sanggup lagi untuk beramal seperti ketika muda dahulu, Masa tua ketika telah tiba tak sanggup lagi untuk berbuat apa apa, hilanglah kesempatan untuk beramal.. Maka Gunakanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu, Gunakanlah saat sehatmu sebelum datang saat sakitmu, Gunakanlah kehidupanmu sebelum datang kematianmu, gunakanlah waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu. Sumber : Gema Daarusunnah Jeneponto ________________ Dipublikasikan kembali ⤵ WA Alhaqqu Ahabbu Ilaina ✅ Untuk Fawaid lainnya silahkan klik ⬇⤵ http://salafymedia.com/blog/category/alhaqqu-ahabbu-ilaina/ 29 Oktober 2015 M/16 Muharram 1437 H
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

agar tidak condong kepada dunia

Renungan Pagi AGAR TIDAK CONDONG KEPADA DUNIA Berkata Fadhilatus syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rohimahulloh : ( إذا خِفْتَ أنْ تميلَ إلى الشَّهواتِ في الدُّنيا التي فيها المُتْعَةُ؛ فتذكَّرْ مُتْعَةَ الآخرة. ولهذا كان نبيُّنَا صلّى الله عليه وسلّم إذا رأى ما يعجِبُه مِن الدُّنيا قال: «لبيَّكَ إنَّ العَيْشَ عَيْشُ الآخِرةِ» ، فيقول: «لبيَّكَ» يعني: إجابةً لك ، مِن أجلِ أنْ يكبَحَ جِمَاحَ النَّفْسِ ؛ حتى لا تغترَّ بما شاهدت مِن مُتَعِ الدُّنيا ، فَيُقبل على الله ، ثم يوطِّن النَّفسَ ويقول: «إن العَيْشَ عَيْشُ الآخرة» لا عيشُ الدُّنيا. وصَدَقَ رَسُولُ الله صلّى الله عليه وسلّم، والله؛ إنَّ العيشَ عيشُ الآخِرةِ ، فإنه عيشٌ دائمٌ ونعيمٌ لا تنغيصَ فيه، بخِلافِ عيشِ الدُّنيا فإنه ناقصٌ منغَّصٌ زائِلٌ ). Apabila engkau khawatir akan condong kepada syahwat (keinginan) dunia yang padanya terdapat . banyak kenikmatan; maka ingatlah kepada kenikmatan akhirat. Oleh karenanya Nabi kita ﷺ apabila beliau melihat sesuatu yang mengagumkannya dari dunia: «لبيَّكَ إنَّ العَيْشَ عَيْشُ الآخِرةِ» "Aku segera memenuhi panggilanmu, karena kehidupan (terbaik) adalah kehidupan akhirat" Beliau mengucapkan: "labbaik" yakni sebagai bentuk pemenuhan panggilanmu, dalam rangka mengendalikan nafsu; hingga tidak tertipu dengan perhiasan dunia, sehingga dia menghadap Allah, dan mengokohkan jiwa seraya mengatakan: "Sesungguhnya kehidupan adalah kehidupan akhirat" bukan kehidupan dunia. Sungguh benar rasulullah ﷺ demi Allah; sesungguhnya kehidupan itu adalah kehidupan akhirat, karena sesungguhnya dia adalah kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan yang tiada ada kepedihan padanya, berbeda dengan kehidupan dunia karena padanya kekurangan dan kepedihan lagi fana.                    —○●※●○— Asy-Syarhu Al-Mumti' (4/11) Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu 'Abduh عَفَا اللّٰهُ عَنْهُ. ———————————————— WA Ahlus Sunnah Karawang | www.ahlussunnahkarawang.com Di kompilasi oleh Happy Islam
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

semua kebutuhanmu ada disisi-nya

Semua Kebutuhanmu ada disisi-Nya Beberapa kalimat yang diajarkan Nabi kita kepada anak muda yang baru berusia belasan tahun saat itu, seorang sahabat mulia, Mu'adz bin Jabal. Sambil bergoncengan Rasulullah memberikan arahan dan bimbingan: يا علام ... إذا سألت فاسأل الله Wahai anak muda,, Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. _____ Sebuah kalimat yang ringkas, namun sarat akan makna. Jika kita hendak meminta, baik meminta kebutuhan dunia, terlebih kebutuhan agama kita, maka mintalah kepada Allah -عزوجل-. Dikarenakan semua kebutuhan kita ada disisi-Nya, apa yang yang kita inginkan ada pada-Nya. Allah akan senang, gembira jika kita meminta kepada-Nya. Dan sebaliknya, Allah akan murka dan marah jika kita meminta kepada selain-Nya. Sangat berkebalikan dengan sifat manusia manusia. Berkata penyair: والله يغضب إن تركت سؤاله  .  وبني آدم حين يسأل يغضب Allah akan murka jika engkau meninggalkan dari meminta kepada-Nya Namun anak Adam akan marah jika dimintai permintaan. Allah mencintai orang-orang yang meminta, turun ke langit dunia di sepertiga malam terakhir untuk menjawab permintaan, Allah berfirman: هل من سائل فأعطيه Adakah yang meminta, Aku akan berikan kepadanya apa yang dia minta. Ditangan-Nyalah segala sesuatu. Dia juga Maha kaya dan dermawan, ditambah lagi Dia dekat dengan hambaNya dan menjawab segala permintaan. Mari kita menghadap Allah, mengikhlaskan niat, dan memohaon kepada-Nya pada semua kebutuhan kita. إنك سميع قريب مجيب الدعوات Abu Zain Abdullah Iding Ahad, 12 Muharram 1437 H WA Berbagi Faedah [WBF] |  https://jendelasunnah.com
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nasehat untuk teman yang futur

Tanya: Kepada: salafybpp@gmail.com Bismillah, afwan ustadz. Ana punya teman yang masya Allah dulunya seorang salafy. Ta'lim sangat rajin. Akan tetapi setelah dia diterima di sebuah perusahaan dan mungkin berteman banyak orang yang mempunyai pemahaman dari komunitas yang berbeda sehingga saat ini beliau sudah jauh dari majelis ilmu, berkumpul dengan saudara salafy lainnya dan kemudian kami mendapatkan info kalau beliau sudah jarang juga kelihatan berjama'ah di masjid. Sudah ada yang pernah nasehati beliau baik dalam email atau bicara langsung. Akan tetapi beliau tetap tidak berubah dan senang ngumpul bersama dengan teman-teman barunya. Tolong nasehatnya bagaimana sikap kita dan bagaimana caranya menasehati beliau. Jazakallahu khairon. Nasehat: Allah subhanahu wata'ala berfirman: لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya (Al Baqarah: 272) Tugas kita itu menyampaikan, tugas kita hanya menasehati. Adapun masalah hidayah, rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak mampu memberi hidayah kepada pamannya. Yang hidup bersama beliau, 'alaihi shallatu wasallam. Tidak mampu, apalagi kalau hanya sekedar teman dekat, dulunya teman dekat. Walhasil kita memohon kepada Allah subhanahu wata'ala: يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ Wahai Allah Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkan hatiku diatas agamaMu. (HR. Trmidzi) Berbagai macam fitnah yang ada di dunia ini menyebabkan seorang berubah. Tidak kokoh di atas kebenaran. Fitnah dunia, dulunya dia tidak punya harta, begitu puya harta, sudah. Terbuka baginya dunia. Yang dulunya masya Allah karena tidak punya harta, rajin datang ke masjid. Rajin datang ke masjid, dan juga mungkin tujuannya seperti yang disebutkan dalam pertanyaan. Tujuannya dia shalat, tujuannya dia baca qur'an supaya nanti dapat harta. Tujuannya adalah untuk mendapatkan dunia, dan dia telah mendapatkannya. AKhirnya terbuka pintu dunia. Merambah kesana kemari, mendatangi tempat-tempat kemaksiatan, wal'iyaudzu billah. Ini fitnah, fitnah nisaa', fitnah para wanita, yakni fitnah, fitnah jabatan. Walhasil berbagai macam fitnah yang dapat menyebabkan berubahnya hati seseorang. Tugas kita menyampaikan, tugas kita memberi nasehat. Ya akhi, bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala. Antum sudah tahu ini sesat, antum sudah tahu ini wajib, kenapa kamu tinggalkan? Nasehati dengan cara yang baik. Tapi kalau dia tidak mendengarkan, sudah bukan tanggungan kita. فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (An Nahl: 82) Masalah hidayah, Allah Azza wa Jalla memberi hidayah kepada siapa yang Allah kehendaki. Sumber : . http://www.thalabilmusyari.web.id/2013/08/nasehat-untuk-teman-yang-futur.html
9 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tamu pasti akan pergi

Tamu, Pasti Akan Pergi, Abdullah bin Mas’ud yang mengatakannya. . Kullu ahadin fi haadzihi ad dunyaa dhaifun, wa maaluhu ‘ariyatun, fa adh dhaifu murtahalun wal ‘ariyatu muaddaatun . “Di kehidupan dunia ini, kita hanyalah tamu. Semua yang dipakai, sebatas pinjaman. Tamu pasti akan pergi sementara barang yang dipakainya harus diserahkan kepada pemilik rumah” 00000_____00000                 Marilah membayangkan, Sobat Tasfiyah! Bayangkanlah! Tegakkan punggungmu, arahkan ke depan pandanganmu! Berpikirlah dengan jernih dan jangan diganggu oleh apapun. Bayangkanlah kata-kata berikut ini! Kata-kata yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam karyanya ‘ Uddatus Shaabiriin. Tersebutlah seorang tuan dermawan. Berbaik hati dan suka menolong. Ia men setting  dan mempersiapkan rumahnya dengan seindah-indahnya. Semua alat, perkakas dan perabot dilengkapi. Tidak ada satu pun fasilitas yang terlewatkan. Segalanya tersedia. Siapapun orangnya ia undang datang. Benar! Tuan dermawan itu mengundang semua orang, tanpa terkecuali. Dan semua memang berdatangan memenuhi undangan. Setiap orang yang masuk ke dalam rumahnya disambut meriah dan penuh keakraban. Semua tamu dimuliakan dan dihormati, tidak dibeda-bedakan.  Ada orang datang, dipersilahkan duduk di atas karpet dan permadani. Nampan emas sebagai talam jamuan dipenuhi dengan aneka masakan daging. Di hadapannya dihamparkan semua alat-alat pelengkap yang diperlukan. Ada pelayan, pembantu dan budak yang setia melayani. Selalu siap diperintah. Tamu berakal, orang yang cerdas, tentulah menyadari, milik siapa perabot dan perangkat rumah itu? Ia pasti mengerti, budak dan pelayan tersebut kepunyaan siapa? Karena ia sadar bila perabot dan perangkat itu milik si tuan rumah, ia hanya menggunakan sepantasnya saja. Budak dan pelayan hanya diminta seperlunya. Tidak terbersit sedetik pun di hatinya, keinginan untuk memiliki perabot dan perangkat rumah itu. Ia tidak pernah berpikir, walau sekelebatan, untuk menguasai budak dan pelayan tersebut. Sebab dalam kesadarannya, ia hanya seorang tamu. Bahkan –sebagai bukti akalnya- , ia akan menempati tempat duduk yang telah dipilihkan oleh tuan rumah. Ia pasti menikmati hidangan yang disajikan di hadapannya, tanpa harus menanyakan hidangan apa lagi yang akan dikeluarkan dan dihidangkan? Sebab, ia mengerti benar bahwa tuan rumah adalah seorang dermawan yang pasti memberikan pelayanan terbaik untuk tamu-tamunya. Bagaimanakah kisah si tamu itu? Ia datang dengan disambut sebagai tamu terhormat. Ia menikmati hidangan dan pelayanan sebagai tamu yang dimuliakan. Dan ia meninggalkan rumah itu dengan kesan yang diagungkan. Tuan rumah tidak akan memandangnya tercela. 00000_____00000                 Berbeda dengan tamu yang satu! Tamu kedua adalah tamu tak tahu malu. Tamu yang tidak tahu diri. Dalam sambutan dan pelayanan, tidak ada bedanya dengan tamu yang sebelumnya. Ia disambut dengan hangat dan dilayani dengan baik. Hidangan makanan sama-sama berkualitas. Istimewa dan spesial. Semua perabot pelengkap yang pasti diperlukannya sebagai seorang tamu juga dipersiapkan. Budak dan pelayan ada di dekatnya, siap melaksanakan perintah dan permintaannya. Namun, tidak tahu diri tetaplah tidak tahu diri. Sekali tak tahu malu, terus saja ia tak tahu malu. Ia larut dalam angan-angan kosongnya. Ia mulai berpikir, bahkan terlalu jauh berpikir untuk menguasai rumah itu. Ia berambisi untuk merebut dan memiliki seluruh perabot dan perangkat rumah itu. Bahkan, budak dan pelayan ingin diubahnya menjadi budak dan pelayan kepunyaannya. Ia memilih tempat duduk semaunya, tidak mengikuti arahan si pemilik rumah. Ia mengambil dan menyembunyikan –sebisa mungkin- , perabot dan perangkat rumah. Setiap kali ada yang disajikan, ia berpikir untuk menguasainya. Ia ingin memiliki untuk dirinya sendiri dan tidak berbagi dengan tamu-tamu yang lain. Bagaimana dengan tuan dermawan, si pemilik rumah? Tuan dermawan sebenarnya menyaksikan apa yang diperbuat oleh si tamu. Ia melihat dan mengetahui gerak-geriknya. Hanya saja, dermawan sebagai sifatnya, telah membuatnya berlapang dada untuk memaafkan. Namun… Namun, si tamu masih terus berbuat untuk menjalankan ambisi kotornya. Ia mulai berlagak sebagai si pemilik rumah. Ia posisikan dirinya sebagai tuan rumah. Ia berlaku tidak sopan, melupakan statusnya yang hanya seorang tamu dan sedang dijamu. Kebaikan ia balas dengan keburukan. Kedermawan malah ia bayar dengan ambisi kotor. Astaghfirullah! Tuan dermawan, si pemilik rumah, pada akhirnya memerintahkan budak dan pelayannya untuk mengusir tamu yang tidak tahu diri itu. Ia dikeluarkan dari rumah secara terhina. Semua yang ia ambil, dilucuti dan dipaksa untuk mengembalikannya. Ia dipermalukan di hadapan budak dan pelayan rumah. Ia dibenci dan dinilai buruk oleh si tuan dermawan. 00000_____00000 Ibnul Qayyim menyatakan, “ fal yata’ammal al labiibu hadzal mitsaal haqqa at ta’ammul, fa innahu muthaabiqun lil haqiiqah, wallahu al musta’an. Pesan beliau, “hamba cerdas mesti merenungkan permisalan di atas dengan sebaik-baiknya. Tamu, rumah, hidangan, pemilik rumah dan cerita di dalamnya benar-benar sesuai dengan hakekat kehidupan dunia.” Al Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah cerita yang dikemas apik oleh sahabat Anas bin Malik  . Putra pertama pasangan Abu Thalhah –ayah tiri Anas- dan ibunya, Ummu Sulaim, meninggal dunia. Karena Abu Thalhah sedang pergi, Ummu Sulaim berpesan kepada seluruh anggota keluarga untuk diam dan tidak menyampaikan kejadian itu kepada Abu Thalhah. Ummu Sulaim yang akan menyampaikannya sendiri kepada sang suami. Seperti seharusnya, Abu Thalhah yang telah tiba di rumah, setelah menyelesaikan urusannya di luar, benar-benar disambut Ummu Sulaim. Tidak ada tangis, tidak pula teriakan histeris. Ummu Sulaim begitu tegar dan sabar. Hidangan makan malam telah dipersiapkan, bahkan terasa spesial di banding malam-malam sebelumnya. Ummu Sulaim bersolek secantik-cantiknya. Sesuatu yang dinilai istimewa bila dibandingkan dengan momen-momen sebelum itu. Abu Thalhah dengan senang menyantap hidangan makan malam dan akhirnya sampai juga di atas ranjang.  Radhiyallahu ‘anhum Dirasa telah kenyang. Dirasa telah senang. Saat itulah Ummu Sulaim berbincang, menyampaikan dengan indah tentang kematian putra pertama mereka. “Suamiku, Abu Thalhah. Bagaimanakah menurut pendapatmu?”, begitulah Ummu Sulaim memulai percakapan. “Misalnya ada, seseorang menitipkan barang miliknya kepada orang lain. Kemudian si pemilik barang ingin mengambil kembali barangnya. Apakah boleh orang yang dititipi untuk melarang dan menghalang-halanginya?”, tanya Ummu Sulaim. Abu Thalhah menjawab tegas, “Tentu tidak! Tidak boleh!” “Nah, kalau begitu. Ikhlaskanlah putramu, wahai Suamiku”, ujar Ummu Sulaim. Subhaanallah!  Abu Thalhah sempat kaget dan terpukul. Namun akhirnya beliau mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran berharga, bahwa semua yang berada di dunia ini, sejatinya bukan milik kita. Semuanya adalah milik Allah, Rabb sekalian semesta. Dan kita hanya sebagai tamu-Nya. Allahu Akbar! 00000____00000 Ah…ingin rasanya mengulang-ulang kata-kata bijak sahabat Abdullah bin Mas’ud di atas.  Kullu ahadin fi haadzihi ad dunyaa dhaifun, wa maaluhu ‘ariyatun, fa adh dhaifu murtahalun wal ‘ariyatu muaddaatun . Di kehidupan dunia ini, kita hanyalah tamu. Semua yang dipakai, sebatas pinjaman. Tamu pasti akan pergi sementara barang yang dipakainya harus diserahkan kepada pemilik rumah. Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uuun ! Sungguh! Kita semua adalah milik Allah. Dan semua kita pasti akan kembali kepada-Nya. Oleh sebab itu, persiapkanlah sebaik-baiknya diri kita agar saat berjumpa dengan Allah, ridha-Nya dianugrahkan untuk kita. Amin yaa Mujiibas Saa’iliin. [Ustadz Mukhtar]
9 tahun yang lalu
baca 10 menit