Adab & Akhlak

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

maka perhatikanlah akhlak

:قال المحدث محمد ناصر الدين الألباني رحمه الله أنا ألاحظ مع الأسف أن الناس اليوم يهتمون بالجانب الأول ألا وهو العلم ولا يهتمون بالجانب الآخر ألا وهو الأخلاق والسلوك فإذا كان النبي صلى الله عليه واله وسلم يكاد يحصر دعوته من اجل محاسن الأخلاق ومكارمها حينما يأتي بأداة الحصر فيقول: (إنما بُعثت لأتمم مكارم الأخلاق) , فإنما ذلك يعني أن مكارم الأخلاق جزء أساسي من دعوة الرسول عليه الصلاة والسلام. والواقع أنني كنت في ابتداء طلبي للعلم وهداية الله عز وجل إياي إلى التوحيد الخالص واطلاعي على ما يعيشه العالم الإسلامي من البعد عن هذا التوحيد, . كنت أظن أن المشكلة في العالم الإسلامي إنما هي فقط ابتعادهم عن فهمهم لحقيقة معنى لا اله إلا الله . ولكني مع الزمن صرت أتبيّن أن هناك مشكلة أخرى في هذا العالم تُضاف إلى المشكلة الأولى الأساسية - ألا وهي بُعدهم عن التوحيد - المشكلة الأخرى: أنهم أكثرهم لا يتخلقون بأخلاق الإسلام الصحيحة إلا بقدر زهيد... فتاوى جدة شريط 34  . DUA PROBLEM TERBESAR DI TENGAH UMAT INI asy-Syaikh al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, "Aku perhatikan, sangat disesalkan bahwa manusia pada hari ini mementingkan sisi pertama, yaitu ilmu, namun tidak mementingkan sisi yang lain, yaitu akhlak dan tata krama. Apabila dulu Nabi — shallallahu 'alaihi wa sallam — nyaris membatasi dakwah beliau dalam rangka akhlak yang baik dan mulia, tatkala beliau menyatakannya dengan ungkapan pembatasan dalam sabda beliau, (إنما بُعثت لأتمم مكارم الأخلاق) "Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Sabda beliau itu tidak lain menunjukkan bahwa akhlak yang mulia merupakan bagian asasi (mendasar) dari dakwah Rasulullah — 'alahi ash-Shalatu wa as-Salam — Pada kenyataannya sejak awal aku memulai menuntut ilmu dan Allah memberi hidayah kepadaku Tauhid yang murni, dan aku tahu kondisi kehidupan alam Islami yang jauh dari tuntunan Tauhid, ketika itu aku memandang bahwa problem pada Alam Islami hanyalah karena mereka jauh dari memahami hakekat makna "Laailaaha illallah". Namun bersama dengan waktu, menjadi jelas bagiku bahwa di sana ada problem lain di Alam Islami ini, tambahan dari problem asasi yang pertama — yaitu JAUHNYA UMAT dari TAUHID — Problem lainnya adalah : mayoritas umat TIDAK BERAKHLAQ DENGAN AKHLAQ ISLAMI YANG BENAR, kecuali dalam jumlah yang terbatas." (Fatawa Jeddah, Kaset no. 34) Mari tebar dakwah melalui Buletin Saku Al Ilmu. Kunjungi situs kami: buletin-alilmu.net
8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

merengek dalam berdoa agar terkabul

MERENGEK DALAM BERDO'A :: Adab Terkabulnya Do'a Merengek adalah meminta sesuatu dengan mendesak Sumber: .https://pbs.twimg.com/profile_images/2246133438/orange_sky.jpg Al-Auza’i menyebutkan sebuah riwayat dari Zuhri dari Urwah dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai seorang yang merengek di dalam do’anya.” Dalam kitab Az-Zuhd karya Al-Imam Ahmad, disebutkan sebuah Atsar dari Qotadah, dari Muwarriq, “Aku tidak mendapati permisalan yang tepat bagi seorang mukmin, kecuali ibarat seseorang yang berada di tengah lautan yang hanya berpegangan kepada sebatang kayu. Lalu ia berdo’a, “Wahai Rabbku, Wahai Rabbku..” Ia berharap Allah  menyelamatkannya.” Al-Jawabul Kaafi (hal.11) Maksudnya adalah, seorang mukmin hidupnya di dunia dipenuhi dengan rasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ia selalu berdo’a dalam setiap kebutuhannya. Dan di dalam berdo’a dia seperti seorang yang berada di tengah lautan yang hanya berpegangan kepada sebatang kayu. Keadaan darurat tersebut membuat ia sangat khusyu’ dan mengulang-ulang permintaannya. Berharap agar Allah mengabulkan do'anya. Sumber panduan: Al-Jawabul Kaafi (hal.11) Disajikan oleh Tim Warisan Salaf Warisan Salaf menyajikan artikel dan Fatawa Ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah Ikuti Channel kami di telegram https://bit.ly/warisansalaf Dipublikasikan www.happyislam.com 31 Mar '16
8 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

anjuran untuk memuliakan tetangga

MEMULIAKAN TETANGGA Tetangga adalah Orang yang Tinggalnya Berdekatan dengan Kita. Ia memiliki Hak untuk Dimulyakan, Dijaga Haknya dan Tidak Diganggu (Disakiti). Sebagian Ulama di antaranya al-Imam anNawawy Rahimahullah menjelaskan bahwa berdasarkan Kedekatannya, Tetangga terbagi menjadi 4, yaitu : 1). Orang yang tinggal satu rumah dengan kita. 2). Orang yang rumahnya berdampingan dengan rumah kita. 3). Orang yang rumahnya dalam radius 40 rumah dari rumah kita. 4). Orang yang tinggal dalam satu negeri dengan kita. Semakin dekat, semakin besar haknya sebagai tetangga. Tetangga, meski seorang yang kafir, ia memiliki Hak untuk dimulyakan sebagai tetangga dalam Islam. Sahabat Nabi Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu Anhu ketika disembelihkan kambing untuknya berkata : Sudahkah kamu menghadiahkan kepada tetangga kita Yahudi? Saya mendengar Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam Bersabda: Senantiasa Jibril mewasiatkan kepadaku terhadap tetangga, sampai-sampai aku mengira bahwa ia akan memberikan hak waris kepadanya. (H.R alBukhari dalam Adabul Mufrad no 105). Minimal, seseorang harus menjaga dirinya untuk tidak Mengganggu, Menyakiti atau Mendzhalimi tetangganya. Sebagaimana dalam lafadz riwayat yang lain: وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ Dan barangsiapa yang Beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah Menyakiti tetangganya. (H.R Abu Dawud). Dosa mendzhalimi tetangga lebih besar dibandingkan mendzhalimi orang lain. Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam bersabda: لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ Seandainya seseorang mencuri pada 10 rumah, itu lebih ringan dibandingkan mencuri dari tetangganya. (H.R Ahmad dan atThobarony, al-Haitsamy menyatakan bahwa perawi-perawinya terpercaya). Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam ditanya: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya seorang wanita melakukan sholat malam, berpuasa di siang hari, melakukan ini dan itu, serta bershodaqoh, tetapi ia menyakiti tetangga dengan lisannya? Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam bersabda: Tidak ada kebaikan padanya. Ia termasuk penduduk Neraka. Para Sahabat berkata: sedangkan seorang wanita lain melakukan sholat wajib dan bershodaqoh dengan beberapa potong keju tetapi ia tidak pernah menyakiti siapapun? Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam bersabda: Dia termasuk penghuni Surga. (H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no 119). Tingkatan yang lebih utama lagi dibandingkan sekedar tidak mengganggu tetangga adalah Berbuat Baik kepada tetangga. Memberikan bantuan kepada mereka. Hak tetangga di antaranya: Jika mereka butuh pinjaman, pinjamkanlah, jika mereka butuh pertolongan tolonglah, jika sakit jenguklah, jika meninggal iringi jenazahnya, jika mendapat kebaikan berikan ucapan selamat dan turut senang (tidak dengki), jika mendapat musibah hiburlah, jika ada kelebihan makanan berilah hadiah, jika membeli makanan dan tidak mampu untuk dihadiahkan, masukkan ke dalam rumah secara diam-diam (tidak menampakkan di hadapannya), jangan membangun bangunan yang menghalangi aliran udara untuknya kecuali jika diijinkan (hadits-hadits tentang ini lemah, namun kata Ibnu Hajar karena perbedaan (banyaknya) jalur periwayatan menunjukkan bahwa hal itu memiliki asal. (Fathul Baari (10/446)). Pemulyaan terhadap tetangga bertingkat-tingkat serta berbeda pada tiap orang dan keadaan. Adakalanya hukumnya Fardlu ‘ain (Wajib), bisa juga Fardlu kifayah, dan bisa pula mustahab (Sunnah). ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Dikutip dari Buku 40 HADITS PEGANGAN HIDUP MUSLIM (Syarh Arbain anNawawiyah). Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah. ===================== http://telegram.me/alistiqomah
8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

mampukah anda berbuat baik pada orang yang hasad?

Mampukah Anda Berbuat Baik Pada Orang Yang Hasad? Berkata Imam Ibnul Qoyyim Rohimahullah : Hal ini termasuk sebab yang paling susah bagi jiwa dan paling berat baginya. Dan tiada yang mendapatkan taufiq untuk itu kecuali orang yang dapat bagian besar dari sisi Allah, yaitu: Memadamkan api kebencian si pendengki, si zholim, si pengganggu, dengan cara berbuat baik kepadanya. Setiap kali orang tadi bertambah gangguannya, kejahatannya, kezholimannya dan kedengkiannya Maka engkau menambah kebaikan kepada orang tadi, nasihat untuknya dan belas kasihan padanya. Maka dengarlah sekarang firman Alloh عز وجل : ﴿ولا تستوي الحسنة ولا السيئة ادفع بالتي هي أحسن فإذا الذي بينك وبينه عداوة كأنه ولي حميم وما يلقاها إلا الذين صبروا وما يلقاها إلا ذو حظ عظيم وأما ينزغنك من الشيطان نزغ فاستعذ بالله إنه هو السميع العليم﴾ “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Fushilat 34-36) Dan Allah berfirman: ﴿أولئك يؤتون أجرهم مرتين بما صبروا ويدرأون بالحسنة السيئة ومما رزقناهم ينفقون﴾القصص: 54. “Mereka itu diberi pahala dua kali (kali pertama karena beriman kepada Taurat dan kali yang kedua karena beriman kepada Al Quran) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka, mereka nafkahkan.” ( Al Qoshosh 54 ) Dan renungkanlah keadaan Nabi صلى الله عليه وسلم yang mengisahkan tentang seorang Nabi yang dipukul kaumnya sampai berdarah, lalu beliau mengusap darah dari dirinya seraya berkata: «اللهم اغفر لقومي فإنهم لا يعلمون» “Ya Alloh ampunilah kaumku karena sungguh mereka itu tidak mengetahui.” HR Bukhori 3477 &. Muslim 1792 dari Ibnu Mas'ud Bagaimana terkumpul pada kalimat ini empat bentuk dari ihsan (berbuat baik) untuk merespon besarnya tindakan jelek mereka? 1. Beliau memaafkan mereka 2. Permohonan ampun untuk mereka. 3. Beliau menyampaikan udzur mereka bahwasanya mereka tidak mengetahui. 4. Memohon kelembutan untuk mereka dengan memasukan mereka jadi bagian beliau dengan berkata: “ampunilah kaumku” Sebagaimana seseorang berkata pada orang yang dimintai syafaat di sisinya : “Ini adalah anakku, ini adalah pelayanku, ini adalah sahabatku, maka berikanlah dia karena aku.” Maka dengarlah sekarang apa yang akan mempermudah perkara ini pada jiwa dan membikinnya menyenangkan untuk jiwa dan membuatnya merasa enak : Ketahuilah bahwasanya engkau itu punya dosa-dosa antara dirimu dengan Allah yang engkau takut akibat-akibatnya, dan engkau mengharapkan Dia memaafkannya dan mengampuninya untukmu dan memberimu anugrah. Dan bersamaan dengan ini Allah tidak membatasi diri dengan sekedar maaf tapi bahkan Dia memberimu kenikmatan, memuliakanmu, mendatangkan manfaat-manfaat dan kebaikan padamu melebihi apa yang engkau angan-angankan. Maka jika engkau mengharapkan dari Robbmu agar Dia itu membalas kejelekanmu dengan kebaikan sebanyak ini, Bukankah lebih layak bagimu pula untuk menyikapi makhluk-makhluk-Nya dengan hal yang serupa, dan engkau membalas kejelekan mereka dengan begitu juga, agar Allah menyikapimu dengan sikap yang serupa? Karena sesungguhnya balasan itu sesuai dengan amalan. Sehingga bagaimana engkau merespon kejelekan manusia terhadap hakmu, demikian pula Allah akan merespon dosa-dosamu dan kejelekanmu. Silahkan kamu pilih, membalas kejelekan(dengan kejelekan) atau memaafkan dan berbuat baik atau meninggalkanya? Seperti apa engkau berbuat begitu pula engkau diperlakukan. Badai'ul Fawaid 2/374 ___________________ Channel Telegram UI http://bit.ly/uimusy
9 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jika dengan melihat seseorang tidak bisa memberimu manfaat, maka ucapannya pun tidak akan memberimu manfaat

JIKA DENGAN MELIHAT SESEORANG TIDAK BISA MEMBERIMU MANFAAT, MAKA UCAPANNYA PUN TIDAK AKAN MEMBERIMU MANFAAT Asy-Syaikh Muhammad Sa’id Ruslan hafizhahullah Kaedah-kaedah semacam ini –wahai hamba-hamba Allah– kita ambil dari Kitabullah dan dari Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi was sallam, serta dari bimbingan Masayikh Kibar yang mereka mengajari manusia tidak hanya dengan ucapan mereka saja, tetapi mereka mengajari manusia juga dengan akhlak dan kepribadian mereka. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah. Beliau jika para muridnya mengadakan sebuah majelis maka terkadang mereka menghabiskan waktu yang lama untuk saling mengingat keutamaan sifat-sifat beliau. Jadi sebuah majelis saja bisa berakhir tanpa bisa menyelesaikan untuk menyebutkan semua keutamaan beliau. Dan beliau adalah seorang yang terkenal dermawan, pemurah, seorang mujahid, suka memberi, zuhud, juga seorang muhaddits, ahli tafsir, dan seorang ulama yang banyak hafalannya, dan katakan apa yang engkau inginkan tentang beliau. Semoga Allah merahmati beliau. Namun bersamaan dengan semua itu, beliau mengatakan: إِذَا رَأَيْتُ الْفُضَيْلَ بْنَ عِيَاضٍ جُدِّدَ لِيْ الْحُزْنُ وَأَبْغَضْتُ نَفْسِيْ. “Jika aku melihat Al-Fudhail bin Iyadh, maka muncullah kesedihan yang baru dan aku jadi membenci diriku sendiri.” Beliau mengatakan: “Jika aku melihat Al-Fudhail bin Iyadh –maksudnya: jika saya melihat wajahnya– maka muncullah kesedihan yang baru –maksudnya pada diri beliau– dan aku jadi membenci diriku sendiri.” Lalu beliau mengatakan: وَمَنْ لَمْ يَنْفَعْكَ لَحْظُهُ فَلَنْ يَنْفَعَكَ لَفْظُهُ. “Dan barangsiapa yang penampilannya tidak memberimu manfaat, maka ucapannya pun tidak akan memberimu manfaat.” Barangsiapa yang penampilannya tidak memberimu manfaat, maksudnya: jika engkau melihatnya, seharusnya engkau menjadi teringat kepada Allah dan memperbaiki diri. Jadi jika dengan memperhatikan penampilan seseorang tidak bisa memberimu manfaaat, maka ucapannya pun tidak akan memberimu manfaat. Maka kita memohon kepada Allah yang Maha Mulia Keagungan-Nya agar menjadikan ini semua sebagai sesuatu yang benar-benar kita perhatikan dengan serius dan menjadikan kita selalu mengingatnya, juga semoga Allah menyatukan tercerai berainya umat kita, menghilangkan penderitaan mereka, serta menghimpun mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yaa Allah, tuntunlah kami menuju keridhaan-Mu dan hadapkanlah hati kami kepada-Mu. Yaa Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang engkau beri hidayah, masukkan kami ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang Engkau berikan perhatian, bimbingan, dan pertolongan, dan lindungilah kami dan selamatkanlah kami dari keburukan yang Engkau tetapkan… وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ. Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=147847 Alih Bahasa: Abu Almass Sabtu, 24 Dzulqa’dah 1435 H
9 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tanda / ciri hati yang selamat (qolbun salim)

TANDA-TANDA HATI YANG SELAMAT Cover Buku Bismillah Allah Ta’ala berfirman, mengabarkan tentang doa Khalil-Nya Ibrahim alaihissalam yang memohon agar Allah tidak menghinakannya di hari ketika manusia dibangkitkan, yaitu (asy syu’ara 88-89): يوم لا ينفع مال ولا بنون (88) إلا من أتى الله بقلب سليم “Hari ketika tiada lagi berguna harta dan anak-anak kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah membawa hati yang selamat.” ** Hati yang selamat adalah hati yang bersih dari syirik (besar ataupun kecil). Bersih (selamat) dari kecurangan, dendam, dengki, kikir, kibir, hubbuddunia (cinta dunia) dan kedudukan. Jadi, dia selamat dari semua kotoran yang menjauhkannya dari Allah. Selamat dari semua syubhat yang menyanggah beritaNya. Selamat dari semua syahwat yang menantang perintahNya. Selamat dari semua keinginan yang bersaing dengan apa yg di kehendakiNya. Selamat dari penghalang yang menghentikannya dari Allah. Hati yang selamat ini ada dalam surga dunia,alam barzakh dan akhirat. Tidaklah mutlak keselamatan itu  .sampai hati itu bersih dari 5 hal : 1. Dari syirik,yang berlawanan dengan tauhid. 2. Dari bid’ah yang berlawanan dengan sunnah 3.Dari syahwat, yang menyelisihi perintah 4. Dari kelalaian, yang berlawanan dengan dzikir 5.Dari hawa nafsu, yang berlawanan dengan upaya pemurnian dan keikhlasan. Diantara tanda-tanda Qalbun Saliim adalah : A. Dia selamat/bersih dari rasa suka kepada hal2 yang tidak disukai oleh Allah. B. Hati itu selalu mnggerakkan pemiliknya agar senaniasa kembali kepada Allah dan bergantung kepadaNya. C. Hati itu tidak pernah putus mengingat Allah. D. Apabila disodorkan kepadanya sesuatu yg buruk,dia dengan naluri dan fitrahnya lari menjauh dan tidak menoleh kepadanya, bahkan membencinya E. Jika satu saja amal taat luput dikerjakannya, dia merasa kehilangan dan sakit. F.Dia selalu rindu ingin bertemu dengan Allah. G.Setiap mulai shalat, hilang darinya kesedihan dan cemas terhadap urusan dunia. H.Selalu menjaga waktunya untuk hal2 yg berguna,jauh dari yang sia-sia. I. Perhatian untuk memperbaiki amal lbh besar drpada mengerjakan amalan itu sendiri. اللهم ارزقنا قلبا سالما Faidah dari Al Ustadz Idral Harits Hafizhahulloh Forward dari WhatsApp Salafy Indonesia Menghadap Allah dengan Hati yang Selamat Allah Azza Wa Jalla berfirman: يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ pada hari (kiamat) saat harta dan anak-anak tidak bermanfaat. Kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat (Q.S asy-Syu'araa' ayat 88-89). Penjelasan: Pada hari itu, seseorang tidak bisa menghindar dari adzab Allah. Dia tidak bisa membayar dgn hartanya sebagai ganti agar ia terhindar dari adzab Allah. Seandainya ia memiliki harta berupa emas sepenuh bumi, hal itu tidak bisa dijadikan tebusan dirinya agar terhindar dari adzab Allah. Hartanya tidak bisa memberi manfaat sedikitpun. Demikian juga anaknya. Apakah yang dimaksud dengan hati yang selamat? Sahabat Nabi Ibnu Abbas menjelaskan: itu adalah hati yang hidup yang mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. Mujahid dan al-Hasan menyatakan: hati yang selamat dari kesyirikan. Said bin Musayyib berkata: itu adalah hati yang sehat, hatinya orang beriman. Sedangkan hati orang kafir dan munafiq adalah hati yang sakit. Abu Utsman anNaisabuuriy menyatakan: itu adalah hati yang kosong dari kebid'ahan, (penuh) ketenangan menuju Sunnah. (Disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir). Syaikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah menyatakan: Hati yang selamat artinya adalah selamat dari kesyirikan, keraguan, kecintaan terhadap keburukan, terus menerus dalam kebid'ahan dan dosa. Justru sebaliknya hati itu berisi ikhlas, ilmu, keyakinan, cinta pada kebaikan, menghiasinya dalam hatinya. Kehendak dan cintanya mengikuti kecintaan Allah. Hawa nafsunya (ditundukkan) untuk mengikuti (ajaran) yang datang dari Allah. (Taisiir Kariimir Rahmaan fii Tafsiirri Kalaamil Mannaan (1/593)). (Abu Utsman Kharisman) WA al I'tishom Dikutip dari channel @alistiqomah HATI YANG SELAMAT Al-Imam al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah, Hati yang sehat : adalah Hati yang Selamat, yang tidak akan selamat pada hari Kiamat kelak kecuali barangsiapa datang menghadap Allah dengan membawanya. Allah Ta’ala berfirman, “Pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak. Kecuali barangsiapa datang menghadap kepada dengan membawa hati yang selamat.” (asy-Syu’ara : 88-89) Hati yang Selamat adalah : hati yang selamat dari : semua syahwat yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, dan semua semua syubhat yang menentang berita-berita dari-Nya. Jadi, hati tersebut selamat dari peribadatan kepada selain Allah, dan selamat dari berhukum kepada selain Rasul-Nya.” Ighatsatu al-Lahfan, hlm 7. “Seseorang tidak akan meraih keselamatan hati secara mutlak, hingga dia selamat dari lima hal : 1. Syirik, yang membatalkan Tauhid. 2. Bid’ah, yang bertentangan dengan Sunnah. 3. Syahwat, yang bertangan dengan perintah. 4. Kelalaian, yang bertentangan dengan Dzikir. 5. Hawa nafsu, yang bertentangan dengan kemurnian dan keikhlasan. Kelima hal tersebut merupakan tirai penghalang dari Allah. Di bawah masing-masing hal tersebut ada banyak macam, masing-masing mengandung contoh-contoh yang tak terbatas. ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hlm. 138 Majmu’ah Manhajul Anbiya https://telegram.me/ManhajulAnbiya QALBUN SALIM (HATI YANG SELAMAT) Mutiara Nasehat al-Imam Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah “Harus ada perhatian terhadap perbaikan hati, dengan cara senantiasa konsisten di atas : ▪ kejujuran, ▪ ikhlash, ▪ taubat, ▪ inabah (selalu kembali kepada Allah, pen), ▪ selalu merasa diawasi oleh Allah, ▪ waspada dari riya’ , waspada dari hasad dan dengki, serta waspada dari semua yang merusak hati. Maka harus MEMBERSIHKAN hati. Karena tidak akan masuk Jannah (surga) kecuali barangsiapa berjumpa Allah dengan membawa Qalbun Salim (Hati yang Selamat). Hati yang Selamat adalah Hati yang selamat dari berbagai penyakit: Syirik, dusta, sombong, kufur nikmat, hasad, benci di jalan syaithan, dan berbagai sifat-sifat tercela lainnya.” Sumber : al-Majmu’ ar-Raa’iq min al-Washaya wa az-Zuhdiyyaat wa ar-Raqaa’iq Majmu’ah Manhajul Anbiya TIDAK ADA YANG SELAMAT DI HARI ESOK (KIAMAT) KECUALI YANG DATANG DENGAN MEMBAWA HATI YANG BERSIH. Berkata Imam Ibnu Rojab رحمه اللّٰهُ تعالى: ‏لا ينجو غدا إلا من لقي الله بقلب سليم ليس فيه سواه ، قال الله تعالى {يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم} “Tidak akan ada yang selamat esok hari kecuali orang-orang yang berjumpa dengan Alloh dengan (membawa) hati yang bersih yang tidak ada di dalamnya selain darinya, (karena) Alloh ta’ala berfirman: (يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ) [سورة الشعراء 88 – 89] ” (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” [Qs. As-Syu’aro: 88-89]”  Kalimatul Ikhlas [236]. Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu ‘Abduh عَفَا اللّٰهُ عَنْهُ. WA Ahlus Sunnah Karawang. Ya Rabb Janganlah Engkau Hinakan Aku Pada Hari Kebangkitan Termasuk Rukun Iman yang enam, adalah beriman dengan adanya hari akhir. Dimana Allah akan bangkitkan seluruh manusia dari kubur-kubur mereka. Dan akan diadakan perhitungan amal masing-masing kita. Pada hari itu tidak ada lagi amal perbuatan, yang ada hanyalah perhitungan amal. Bergembiralah orang-orang yang bergembira. Yaitu mereka yang ketika didunia telah menggunakan modal yang telah diberikan oleh Allah, mereka pergunakan, mereka manfaatkan benar-benar untuk beribadah kepada Allah. Akan bersedih orang-orang yang bersedih. Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa, tidak benar memanfaatkan modal yang telah Allah berikan kepada mereka untuk menempuh kehidupan dunia. Harta yang mereka kumpulkan semasa didunia tidak bermanfaat, anak-anak yang mereka banggakan, dielu-elukan tidak bermanfaat dihadapan Allah عزوجل. Allah تعالى berfirman:  ﻭَﻣَﺂﺃَﻣْﻮَﺍﻟُﻜُﻢْ ﻭَﻵﺃَﻭْﻻَﺩُﻛُﻢ ﺑِﺎﻟَّﺘِﻲ ﺗُﻘَﺮِّﺑُﻜُﻢْ ﻋِﻨﺪَﻧَﺎ ﺯُﻟْﻔَﻰ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﺀَﺍﻣَﻦَ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻓَﺄُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﻟَﻬُﻢْ ﺟَﺰَﺁﺀُ ﺍﻟﻀِّﻌْﻒِ ﺑِﻤَﺎ ﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﻭَﻫُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻐُﺮُﻓَﺎﺕِ ﺀَﺍﻣِﻨُﻮﻥَ {37} ”Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa ditempat-tempat yang tinggi (dalam surga)." (QS. Saba': 37)  Lalu apakah modal yang harus kita jaga dan kita manfaatkan untuk menghadap kepada Allah تعالى❓ Disebutkan dalam hadist yang sohih dari sahabat Nu'man bin Basyir ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻨُّﻌﻤَﺎﻥ ﺑْﻦُ ﺑَﺸِﻴﺮ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻨﻬُﻤَﺎ ﻗﺎﻝ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ يقولو (……ﺃَﻻَ ﻭَﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺠَﺴَﺪِ ﻣُﻀْﻐَﺔً: ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَﺤَﺖْ ﺻَﻠَﺢَ ﺍﻟﺠَﺴَﺪُ ﻛُﻠُّﻪُ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻓَﺴَﺪَﺕْ ﻓَﺴَﺪَ ﺍﻟﺠَﺴَﺪُ ﻛُﻠُّﻪُ ، ﺃَﻻَ ﻭَﻫِﻲَ ﺍﻟﻘَﻠْﺐُ‏» . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ "Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah itu adalah hati” (HR Bukhari dan Muslim) Hati menjadi sumber seorang hamba, bisa jadi hati itu baik, selamat, sehat, yang dengannya akan memerintahkan jasad ini melakukan perkara-perkara yang baik, yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah. Bisa juga hati itu menjadi rusak, sakit, sehingga akan nampak pada pemilik hati yang rusak ini perilaku, perbuatan yang jelek, yang bisa semakin menjauhkan dia dari Allah تعالى. Oleh karena itulah, Nabi kita berdoa dalam sholatnya kepada Allah  تعالى: ﻭَﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻗَﻠْﺒًﺎ ﺳَﻠِﻴﻤًﺎ aku memohon kepadaMu hati yang selamat. (Dari Sadad bin Aus, HR Nasai) Karena pada hari kiamat kelak hanya orang-orang yang  memiliki hati yang selamat yang diterima oleh Allah تعالى. ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺨْﺰِﻧِﻲ ﻳَﻮْﻡَ ﻳُﺒْﻌَﺜُﻮﻥَ "dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan" (88). ﻳَﻮْﻡَ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﻣَﺎﻝٌ ﻭَﻟَﺎ ﺑَﻨُﻮﻥَ "(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna." (89). ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﺍﻟَّﻪَ ﺑِﻘَﻠْﺐٍ ﺳَﻠِﻴﻢٍ "kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu-'ara: 87-89), Disusun oleh: Abu Zain Iding WA Berbagi Faedah Sumber : * https://catatanmms.wordpress.com/2013/11/15/tanda-tanda-hati-yang-selamat/ * http://www.manhajul-anbiya.net/hati-yang-selamat/ * http://www.manhajul-anbiya.net/qalbun-salim-hati-yang-selamat/ * http://salafymedia.com/blog/2015/06/21/tidak-ada-yang-selamat-di-hari-esok-kiamat-kecuali-yang-datang-dengan-membawa-hati-yang-bersih/ * http://ahlussunnahkendari.com/wa/WA%20Berbagi%20Faedah/Ya%20Rabb%20Janganlah%20Engkau%20Hinakan%20Aku%20Pada%20Hari%20Kebangkitan.html
9 tahun yang lalu
baca 10 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

waspada ghurur (sifat yang menipu empunya)

Wahai Da’i dan Penuntut Ilmu Waspadai Ghurur ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar ZA Ghurur adalah suatu sifat yang menipu penyandangnya. Dia adalah suatu kebodohan yang membuat seseorang menilai sesuatu yang jelek sebagai sesuatu yang baik dan kesalahan sebagai sesuatu kebenaran. Demikian dijelaskan Ibnul Jauzi rahimahullah dalam bukunya Talbis Iblis. Sifat ini muncul karena bercokolnya syubhat atau kerancuan berpikir yang membuatnya salah dalam menilai. Iblispun masuk untuk menggoda manusia seukuran kemampuannya dan akan semakin mantap cengkramannya terhadap seseorang atau semakin melemah seiring dengan ukuran kesadaran atau kelalaian orang tersebut, juga sebatas kebodohan atau keilmuannya. Demikian beliau jelaskan dalam kitab tersebut. Allah telah mencela sifat ini dalam banyak ayat Al-Qur`an. Karena sifat ini telah membuat sekian banyak manusia terjerembab dalam kubang kehinaan dan kerugian, yang tentunya murka Allah akan mereka rasakan. Orang kafir dan para munafik adalah sebagian contoh dari sekian banyak contoh korban sifat ghurur. Allah berfirman: “Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: ‘Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?’ Mereka menjawab: ‘Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah. dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu’.” (Al-Hadid: 14) Yakni kalian tertipu oleh setan sehingga kalian tidak mengagungkan Allah  dengan seagung-agungnya. Sehingga kalian tidak mengetahui kemampuan Allah  terhadap kalian. Akhirnya kalianpun mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian lakukan. (Zubdatut Tafsir) Allah juga menerangkan tentang kondisi orang kafir yang tertimpa ghurur sehingga tertipu oleh gemerlapnya kehidupan dunia: “Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.” (Al-Jatsiyah: 35) Demikian mereka dihancurkan oleh ghurur, sehingga mereka menuai hasil yang teramat getir di akhirat. Janganlah mengira bahwa hanya mereka yang tertimpa ghurur. Ternyata kaum muslimin pun, dari berbagai macam status sosial mereka, bahkan para ulama, para da’i, dan para penuntut ilmu juga banyak yang tertimpa ghurur. Sungguh realita yang menyedihkan. Ibnu Qudamah menjelaskan bagaimana ghurur ini menimpa orang-orang yang berilmu. Di antara mereka ada orang-orang yang menekuni ilmu syar’i akan tetapi mereka melalaikan pengawasan terhadap amal anggota badan mereka dan penjagaan dari perbuatan-perbuatan maksiat, serta lalai untuk menekan diri mereka agar senantiasa taat. Mereka tertipu dengan ilmu yang ada pada mereka sehingga mereka menyangka bahwa mereka punya tempat di sisi Allah. Padahal bila mereka melihat dengan ilmu mereka tentu akan tahu bahwa ilmu tidak dimaksudkan dengannya kecuali amal. Kalaulah bukan karena amal tentu ilmu tersebut tidak bernilai, Allah ta'ala berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (Asy-Syams: 9) Allah tidak mengatakan: telah beruntung orang yang mempelajari ilmu bagaimana cara menyucikannya. Orang yang tertimpa ghurur semacam ini, bila setan membisikkan kepadanya tentang keutamaan para ulama, maka hendaknya mengingat ayat-ayat yang menerangkan kepada kita tentang orang-orang yang berilmu tapi bermaksiat. Semacam firman Allah : “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (Al-A’raf: 175-176) “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (Al-Jumu’ah: 5) Di antara mereka ada sekelompok yang menekuni ilmu dan amal lahiriah tapi tidak mengawasi kalbu mereka agar menghapus dari diri mereka sifat-sifat yang tercela, semacam sombong, hasad atau iri dan dengki, riya` dalam amal, mencari popularitas, ingin lebih unggul dari yang lain. Mereka telah menghiasi lahiriah mereka, akan tetapi melupakan batin mereka dan mereka lupa terhadap hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada penampilan-penampilan dan harta benda kalian. Akan tetapi melihat kepada kalbu dan amal kalian.” (Shahih, HR. Muslim dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu) Sekelompok yang lain mengetahui bahwa akhlak-akhlak batin tersebut tercela. Namun karena sifat bangga diri yang tersimpan pada mereka, mereka merasa aman bahkan merasa telah terbebas dari sifat-sifat tercela itu. Mereka merasa lebih tinggi untuk Allah timpakan pada mereka sifat-sifat itu, bahkan –menurut mereka– yang tertimpa itu adalah mereka yang masih awam. Bila muncul dalam diri mereka percik kesombongan, merekapun mengatakan dalam diri mereka, ‘Ini bukan sombong. Bahkan ini adalah demi kemuliaan agama dan untuk menampakkan kemuliaan ilmu, serta merendahkan ahli bid’ah.’ Enggan berteman dengan orang-orang yang lemah, maunya dengan orang yang berpangkat atau berduit, merasa hina bila berteman dengan kaum dhuafa. Mereka tertipu oleh ghurur. Mereka lupa bahwa Nabi  dan para sahabatnya dahulu adalah orang-orang yang tawadhu’. Mereka bergaul dengan kaum dhuafa, bahkan mereka mengutamakan kefakiran dan kemiskinan. Diriwayatkan bahwa ‘Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu, dahulu ketika pergi menuju Syam beliau mendapati sungai yang mesti diseberangi. Maka turunlah beliau dari untanya dan melepaskan dua sandalnya lalu membawanya sembari mencebur dan menyeberangi sungai itu dengan untanya. Saat itu berkatalah Abu ‘Ubaidah kepadanya: “Sungguh pada hari ini engkau telah melakukan sesuatu yang besar di mata penduduk bumi.” Umar pun menepuk dadanya dan mengatakan: “Duhai seandainya selainmu yang mengatakan kata-kata ini, wahai Abu Ubaidah. Sesungguhnya kalian (bangsa Arab) dahulu adalah orang-orang yang paling hina dan rendah, lantas Allah angkat kalian dan muliakan kalian dengan sebab mengikuti Rasul-Nya. Maka bagaimanapun kalian mencari kemuliaan dengan selain jalan itu niscaya Allah akan menghinakan kalian.” Sekelompok yang lain juga tertimpa ghurur, mereka mencari kesenangan dunia, kemuliaan, fasilitas, kecukupan dengan memperalat penampilan kealiman atau keshalihannya. Bila muncul pada mereka percikan riya`, iapun mengatakan dalam dirinya: “Saya hanya bermaksud menampakkan ilmu dan amal agar orang mengikuti saya, agar orang mendapat hidayah kepada ajaran ini.” Padahal jika tujuan mereka benar-benar untuk memberi jalan hidayah untuk manusia, tentu ia akan merasa senang ketika manusia mendapat hidayah melalui selain tangannya. Sebagaimana senangnya ketika manusia mendapat hidayah melalui tangannya. Karena siapa saja yang tujuan dakwahnya adalah memperbaiki manusia, maka ia akan merasa senang ketika manusia menjadi baik melalui tangan siapapun. Masih ada sekelompok yang lain. Mereka menekuni ilmu, membersihkan amal anggota badan mereka, serta menghiasinya dengan ketaatan, dan mengawasi amal kalbu mereka agar bersih dari riya, hasad, dan sombong. Akan tetapi masih tersisa di sela-sela kalbunya, tipu daya setan yang tersembunyi dan bahkan tipu daya jiwanya yang juga tersembunyi. Ia tidak tanggap akan keberadaannya. Engkau lihat mereka berupaya sungguh-sungguh dalam beramal dan memandang bahwa faktor pendorongnya adalah menegakkan agama Allah. Tapi pada kenyataannya terkadang pendorongnya adalah mengharap sebutan orang terhadapnya. Sehingga terkadang muncul sikap merendahkan yang lain melalui sikapnya menyalah-nyalahkan yang lain, merasa dirinya lebih mulia dari yang lain. Ini dan yang sejenisnya merupakan cacat yang tersembunyi. Tidak terdeteksi kecuali oleh mereka yang kuat dan cermat serta tentunya mendapat taufiq dari Allah. Adapun orang-orang semacam kami yang lemah ini maka kecil harapannya. Namun paling tidaknya seseorang mengetahui aib dirinya dan berusaha untuk memperbaikinya. Nabi sendiri pernah bersabda: مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَائَتْه ُسَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ “Barangsiapa yang kebaikannya menyenangkannya dan kejelekannya menyusahkannya maka dia seorang mukmin.” (Shahih, HR Ath-Thabarani dari sahabat Abu Musa z dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir) Orang yang semacam itu masih bisa diharapkan. Berbeda dengan mereka yang menganggap suci dirinya dan merasa dirinya termasuk orang-orang yang terpilih. Inilah ghurur yang menimpa orang-orang yang memperoleh ilmu agama. Bagaimana kiranya dengan mereka yang puas dengan ilmu yang tidak penting dan meninggalkan yang penting? Wallahul musta’an. Sumber : http://asysyariah.com/wahai-dai-dan-penuntut-ilmu-waspadai-ghurur/
9 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

cara duduk yang dilarang

CARA DUDUK YANG DILARANG Syaikh Shalih bin Utsaimin ditanya dengan pertanyaan berikut: Semoga Allah membimbingmu dalam kebaikan, ini ada pertanyaan yang ditujukan kepada anda, si penanya meminta penjelasan tentang sebuah hadist dari sahabat Asy Syarid bin Suwaid radhiallahuanhu, ketika dia berkata: “Aku diperintah oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ketika itu aku sedang duduk seperti ini, yaitu aku meletakkan tangan kiriku di belakang punggung ku dan aku bersandar pada tanganku, maka Rasulullah berkata: apakah engkau mau duduk seperti duduknya mereka orang-orang yang dimurkai” (HR Abu Dawud) Kami mengharapkan penjelasan dari hadist ini? Maka beliau rahimahullah menjawab: Makna hadist ini jelas, adalah seseorang tidak bersandar pada tangan kirinya yang berada di belakangnya, dalam keadaan dia ingin beristirahat di atas lantai pada posisi tersebut. Kemudian sang penanya berkata: Jika seseorang hanya bermaksud dengan duduk semacam ini untuk beristirahat dan bukan untuk mengikuti cara duduknya orang yahudi, apakah dia berdosa? Maka Syaikh menjawab: Jika itu yg dia maksud, maka pakailah tangan kanannya bersamaan dengan tangan kirinya, maka dengan demikian tidaklah dilarang (dua tangan di belakang yang menjadi tumpuan, pen). Sumber: http://www.sahab.net/forums/?showtopic=73921 ash shalihah Sumber : .https://catatanmms.wordpress.com/2015/10/23/cara-duduk-yang-dilarang/ CARA DUDUK YANG DILARANG Asy Syeikh Muhammad Bin Sholih Al Utsaimin: Dan tidak dibenci dari cara duduk kecuali apa yang disebutkan Nabi Shollallahu alaihi wa sallam bahwa cara duduk ini adalah cara duduk orang yang mendapat murka atas mereka. Yaitu dengan menjadikan TANGAN KIRI dibelakang punggungnya, dan dia jadikan bagian telapak tangan diatas tanah kemudian dia bersandar dengannya, ini adalah cara duduk yang disebutkan oleh Nabi Shollallahu alaihi wa sallam bahwa cara duduk yang seperti ini adalah cara duduk orang yang mendapat murka atas mereka. Adapun jika seseorang meletakkan kedua tangannya di belakang punggungnya dan bersandar dengannya maka tidak mengapa. Demikian pula ketika dia meletakkan tangan kanannya maka juga tidak mengapa. Sumber: Syarah Riyadhus Sholihin 4/347 Telegram: https://bit.ly/Berbagiilmuagama Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sikap bijak memanfaatkan media sosial

SIKAP BIJAK MEMANFAATKAN MEDIA SOSIAL Antusiasmu terhadap medsos adalah sesuatu yang baik, namun waspadalah jangan sampai antusias ini menjadi pintu menuju kerugian seperti berikut: 1. Engkau terhalangi dari kebaikan jika engkau menghabiskan sekian jam setiap hari untuk membuka medsos, namun engkau tidak menyisihkan waktu walaupun hanya seperempat dari waktu ini untuk menghafal al-Qur’an atau membacanya. 2. Engkau terhalangi dari kebaikan jika ketika engkau bangun tidur pertama kali yang engkau lakukan adalah membaca berita di telepon genggammu, namun engkau tidak bersegera membaca dzikir bangun tidur, atau dzikir pagi, dzikir petang, dan dzikir-dzikir lainnya yang riwayatnya shahih dalam as-Sunnah, padahal itu merupakan benteng kokoh bagi seorang muslim dengan seizin Allah. 3. Engkau terhalangi dari kebaikan jika engkau membaca ratusan artikel yang disebar setiap hari, namun engkau tidak mengkhususkan waktu untuk membaca sebuah kitab yang berisi ilmu-ilmu syari’at, atau untuk mendengar pelajaran salah seorang ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang terpercaya. 4. Engkau terhalangi dari kebaikan jika engkau setelah mengucapkan salam yang mengakhiri shalat, engkau langsung mengeluarkan telpon genggammu untuk melihat apakah ada sesuatu yang baru, dan engkau melupakan dzikir-dzikir setelah shalat wajib yang riwayatnya shahih dalam Sunnah Nabi. 5. Engkau terhalangi dari kebaikan jika ketika engkau menyambung silaturahmi, mengunjungi kerabatmu atau saudara-saudaramu, engkau hanya menghabiskan waktu dengan menyibukkan diri dengan telepon genggammu, tanpa berbincang dengan mereka, sehingga kebersamaanmu dengan mereka seperti jasad tanpa nyawa, dan kunjunganmu hanya menyebabkan kerenggangan, tidak menimbulkan cinta dan keakraban. Kita tidak mengingkari pentingnya media sosial, tetapi waspadalah jangan sampai berbagai aplikasi ini menjadi sebab terhalangnya kita dari kebaikan yang akan mendekatkan diri kita kepada Allah Azza wa Jalla. Duhai kiranya kita benar-benar memperhatikan dzikir-dzikir dan doa-doa harian serta membaca al-Qur’an secara rutin, seperti perhatian kita terhadap telepon genggam dan aplikasi-aplikasinya… Saluran Telegram “Fawaid al-Makky” من أسباب سلوك الطَّرِيق إِلى الجَنّة بإذن الله  .فلنغيّر من حياتنا… □ جميل أن تنشط بوسائل التواصل الاجتماعي ولكن احذر أن يكون هذا النشاط بابًا للحرمان!! ١- ️ الحرمان من الخير هو أن تمضي الساعات يوميًّا على وسائل التواصل الاجتماعي، ولا تمضي ربع هذا الوقت في حفظ كتاب الله أو تلاوته. ٢- ️الحرمان من الخير هو أن تستيقظ وتقرأ الأخبار في جوالك، وتنسى المبادرة إلى أذكار الاستيقاظ وأذكار الصباح، وكذلك أذكار المساء وأذكار النوم الثابتة في السنة، والتي هي حصن حصين للمسلم بإذن الله. ٣- الحرمان من الخير هو أن تقرأ مئات المنشورات يوميًا، ولا تخصص وقتًا لقراءة كتاب من كتب العلوم الشرعية، أو تستمع درسا لأحد أهل العلم الموثوقين من أهل السنة والجماعة. ٤- ️ الحرمان من الخير هو أن تسلّم من صلاتك، فتخرج جوالك مباشرة لتنظر ما الجديد، وتنسى الأذكار الواردة في السنة النبوية بعد الصلاة المكتوبة. ٥- الحرمان أن تصل رحمك، وتزور أقاربك، وإخوانك، فتمضي الوقت منشغلا بجوالك! بدل الحديث معهم، فتكون معهم جسدًا بلا روح، وتصبح زيارتك سببًا للجفاء لا للمودة والألفة.  لا ننكر أهمية برامج التواصل الاجتماعي، ولكن فلنحذر أن تكون هذه البرامج سببًا لحرماننا من الخير الذي يقربنا من الله -عز وجل-.  يا ليتنا نهتم بهذه الأذكار والأدعية اليومية، وبتلاوة وردنا من القرآن الكريم بقدر اهتمامنا بالجوالات وتطبيقاتها… — منقول بتصرف — Sumber : http://forumsalafy.net/sikap-bijak-menghadapi-media-sosial/
9 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah imam ahmad dalam menjaga 'iffah

Sumber : .shutterstock Dalam kitab Bidayah wan Nihayah diceritakan bahwa pernah suatu hari Imam Ahmad ketika sedang menimba ilmu di Yaman, rumahnya dimasuki pencuri. Pakaian beliau ludes dicuri. Imam Ahmad pun tidak bisa keluar rumah karena sudah tidak punya lagi pakaian tuk salin. Dengan keadaan demikian, akhirnya selama beberapa waktu Imam Ahmad tak terlihat di majelis ilmu. Teman-temannya merasa kehilangan karena mereka tidak tahu dengan apa yang sedang menimpa Imam Ahmad. Mereka pun akhirnya bersama-sama menuju ke rumah Imam Ahmad untuk mencari kabar. Ketika sampai di rumahnya, mereka pun menanyakan kabar beliau. Imam Ahmad akhirnya terpaksa bercerita tentang kejadian yang menimpanya. Karena rasa iba atas apa yang terjadi, di antara mereka ada yang menawarkan bantuan berupa emas kepada Imam Ahmad. Temannya mempersilahkan kepada Imam Ahmad agar emas tersebut digunakan untuk berbelanja dari segala kebutuhannya. Tapi Imam Ahmad menolaknya. Beliau hanya mau mengambil satu dinar dari salah seorang temannya. Iu pun beliau ambil karena statusnya sebagai upah atas pekerjaan menyalinkan catatan kepada salah seorang temannya tersebut. Allahu akbar! Ikhwati fillah, Perhatikanlah! Sedemikian keadaannya Imam Ahmad, tapi beliau tidak mudah untuk meminta-minta. Beliau tetap menjaga kehormatan dirinya. Beda dengan kita, yang selalu berharap-harap bantuan dari manusia padahal keadaannya belum pada taraf darurat. Allahu musta'an. Nastaghfirullah. (Kisah ini bisa dilihat di Al Bidayah wan Nihayah-Ibnu Katsir 1/329). Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) Arsip lama Wa SFS, INdiC dan INONG terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr #kisah
9 tahun yang lalu
baca 2 menit

Tag Terkait