Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

"kebenaran tidak dinilai dengan banyaknya pengikut"

BEDAKANLAH KEDUA PERKARA INI, WAHAI ORANG YANG BERAKAL 📷 Ketika ada saudara kita atau pengurus suatu kajian mendokumentasikan jumlah kehadiran peserta dan kendaraan mereka, tiba-tiba ada orang jahil yang nyeletuk, 💬1️⃣ "tolok ukur kebenaran itu bukan dengan banyaknya pengikut", 💬2️⃣ "jangan berbangga dengan banyaknya pengikut". Benarkah pernyataan seperti itu? Thoyyib, kita jawab dengan perkataan sahabat 'Aly bin Abi Tholib rodhiyallohu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : كلمة حقّ أُريد بها باطل "Perkataan yang haq (benar) namun yang diinginkan dibalik itu kebatilan." Na'am, betul isi statemen atau komentarnya. Benar, memang tolok ukur kebenaran itu bukan dengan banyaknya pengikut. . الحق لا يُعرف بكثرة الأتباع NAMUN lontaran statemen ini tidak pada tempatnya dan bukan pada perkara yang semestinya. (Akan saya tunjukkan...!) 1.Kenapa demikian? Karena yang dilakukan saudara kita atau pengurus kajian tersebut adalah dalam rangka dokumentasi jumlah peserta yang hadir dan kendaraan mereka BUKAN dalam rangka menjadikannya tolok ukur (barometer) kebenaran. Jangan-jangan anda tidak paham (nol pothol) dengan arti kata tolok ukur atau jangan-jangan akal anda sudah bergeser dari sehatnya? Tolok ukur, secara KBBI itu artinya sesuatu yang dipakai sebagai dasar untuk mengukur/menilai (patokan). 2. Kemudian tentang berbangga dengan banyaknya pengikut, perkara ini tidaklah mutlak bernilai jelek dan dilarang. Jika berbangga dengan banyaknya pengikut itu dengan niat ujub dan sombong maka inilah yang jelek dan dilarang. Adapun sekedar bangga dalam arti gembira, mengungkapkan rasa senang karena banyak yang mau datang ikut taklim/kajian, banyak yang mau mempelajari agama Alloh, banyak saudara-saudaranya yang hadir, dst... maka ini adalah perkara yang baik dan boleh, tidak ada larangan pada syariat. Bahkan terkadang hal ini semakin menambah motivasi bagi pengurus/panitia kajian untuk kembali mengadakannya. Awas! Statemen sembrono anda yang tidak pada tempatnya dan bukan pada perkara semestinya itu bersinggungan dengan sabda Nabi shallallohu alaihi wa sallam lho...! ( تََزَوَجُوْا الوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فإني مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ ) Dari sahabat Ma'qil bin Yasar rodhiyallohu anhu berkata, bersabda Nabi shollallohu alaihi wa sallam kepada seseorang : "Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang bisa beranak banyak (subur rahimnya) karena sesungguhnya aku kelak akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain."  H.R. Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh di Shohih Abu Dawud. Bukankah memperbanyak jumlah umat, memperbanyak jumlah pengikut sunnah, dst... adalah perkara yang dianjurkan dan diharapkan? Dan bukankah dengan semakin banyaknya yang ikut kajian/taklim maka semakin banyak pula pahala yang akan diraih oleh panitia dan ustadz pengisinya...? Maka mengapa tidak boleh bangga dalam makna gembira/senang dengan banyaknya yang hadir...? Dimanakah akal sehat anda...? Atau anda mulai lupa dengan hadits berikut...? ( مَنْ دَعَا إِلَى هُدىً كانَ لهُ مِنَ الأجْر مِثلُ أُجورِ منْ تَبِعهُ لاَ ينْقُصُ ذلكَ مِنْ أُجُورِهِم شَيْئًا ) "Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka ia akan mendapat pahala sebagaimana pahala yang didapat oleh orang yang mengikuti petunjuk tersebut, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka." H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairoh rodhiyallohu 'anhu. Hadānāllohu wa iyyakum... ✍🏻 Faedah dari: • Ustadz Abu Ahmad Mush'ab hafizhahullah  ========== Kumpulan Nasihat Islami  Menyebarkan Ilmu, Mendakwahkan Tauhid  Kanal Telegram: t.me/KumpulanNasihatIslami
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

pemuda, sebenarnya ini ujian!

 .(149) Pemuda, Sebenarnya Ini Ujian! Nabi Sulaiman bertanya, siapa yang sanggup mendatangkan singgasana Ratu Saba sebelum tiba. Padahal, jarak dua kerajaan sangatlah jauh. Ribuan kilometer. Jin Ifrit menyatakan mampu sebelum Nabi Sulaiman beranjak berdiri. Ada yang berilmu mengatakan, " Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip ". Singgasana Ratu Saba' benar-benar dipindahkan ke Istana Nabi Sulaiman. Itu sungguh-sungguh luar biasa. Itu nikmat. Itu karunia. Bukannya sombong, tidak juga takabbur. Nabi Sulaiman sadar lalu berkata (An Naml : 40) : هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ " Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya) " Untukmu, Pemuda, renungkanlah! Wajahmu yang tampan. Badanmu yang atletis. Kakimu yang kokoh. Tanganmu yang kuat. Rambutmu yang bagus. Kamu yang pintar bicara. Pandai berperibahasa. Mampu merangkai huruf. Sanggup merayu dengan kata-kata. Kamu yang merasa hebat beretorika. Ingatlah! هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)  Kamu yang cerdas. Kuat mengingat. Cepat menghafal. Sekali lihat susah terlewat. Satu kali membaca sulit dilupa. Kamu yang ber-IQ tinggi, katanya. Orangtuamu masih sehat. Motivasi dan support keluarga terus ada. Dukungan finansial dan dana selalu tersedia. Apapun yang kamu perlukan, orangtuamu katakan, " Iya ". Ingatlah! هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)  Coba bercerminlah! Lihatlah fakta kehidupan lalu berkaca! Pandanglah dunia yang begitu luas itu! Bukankah ada dan masih banyak anak muda yang tidak seberuntung dirimu? Ada yang merundung sedih karena fisiknya yang tak sebaik dirimu. Buruk rupa. Lemah. Ringkih. Mudah sakit. Cacat barangkali. Ada yang minder hingga sering diam. Susah berkomunikasi. Sulit berbicara. Tak pandai berkata-kata. Bicara, baginya, sangat menyiksa. Ada yang susah hati karena merasa bodoh. Gampang lupa. Mengingat itu berat. Belajar, menurutnya, seperti memahat gunung batu. Ada yang sejak kecil kehilangan kasihsayang orangtua. Ia tumbuh sebagai anak yatim, piatu, atau yatim piatu. Atau juga orangtuanya berpisah. Dingin dan kaku, ia rasakan, hidup ini. Ada yang tak mampu secara finansial. Tidak ada biaya. Kurang dana. Ia tak selalu bisa memiliki apa yang diinginkan. Ia merasa tak berhak meraih apa yang diangankan. Ingatlah dirimu, wahai Pemuda! Bukankah engkau jauh lebih baik? هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)  Lalu, wahai Pemuda, kenapa dan kenapa? Kenapa tak kunjung habis hawa nafsumu dipuaskan? Engkau yang menghabiskan waktu dengan bermain game online dan offline. Engkau yang melewatkan hari dengan bermedsos tanpa batasan. Engkau tonton video-video itu tanpa malu. Engkau yang lalui malam dengan nongkrong dan begadang. Engkau yang sia-siakan kesempatan dengan tidur pagi hingga siang, bahkan sepanjang hari hingga gelap. Engkau yang disibukkan dengan perempuan-perempuan yang tidak halal itu. Perempuan asing yang lebih engkau perhatikan dibandingkan ibumu yang melahirkanmu. Engkau yang membuat susah orangtua. Seakan tak ada hati melihat orangtua yang bekerja tanpa engkau bantu. Engkau yang ogah belajar agama. Lari dan menghindar dari majelis ilmu. Katamu, pondok pesantren, adalah penjara tak berkesudahan. Ah, Pemuda, berpikirlah! Sudah banyak nikmat yang Allah titipkan padamu. Engkau gunakan untuk apa itu? Semua yang ada pada dirimu, sebenarnya adalah ujian. Untuk menguji, apakah engkau mau bersyukur atau justru ingkar? هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya Lendah, 29 Oktober 2022 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nasihat untuk yang sudah berumur 50 tahun

 .Bismillah... NASIHAT UNTUK YANG SUDAH BERUMUR 50 TAHUN "Allah tidak lagi memberi alasan bagi siapa yang telah dipanjangkan umurnya hingga 50 tahun." (HR. Bukhari) Al-Khattabi berkata: "Maknanya, orang yang Allah panjangkan umurnya hingga 50 tahun, tidak diterima lagi keuzuran/alasan, karena usia 50 tahun merupakan usia yang dekat dengan kematian. Maka inilah kesempatan untuk memperbanyak taubat, beribadah dengan khusyuk, dan bersiap-siap bertemu Allah."  (Tafsir al-Qurthubi) "Bila sudah 50 tahun kamu berjalan menuju Tuhanmu, sekarang hampir sampai..." "Lakukan yang terbaik pada sisa usia senjamu, Taubatlah dan berdoa agar Allah mengampuni dosa yang lalu." "Tapi jika engkau masih berbuat dosa di usia senjamu, kamu pasti dihukum akibat dosa masa lalu dan masa kini sekaligus." Maka para alim ulama memberi nasehat cara menjalani umur yang sudah mencapai 50 tahun: 1. Jangan berlebihan berhias, bersolek, dan berpakaian. 2. Jangan berlebihan makan, minum, dan berbelanja barang yang kurang diperlukan untuk mendukung amal shalih. 3. Jangan berkawan dengan orang yang tidak menambah iman, ilmu, dan amal. 4. Jangan gelisah, berkeluh kesah dan kesal dengan kehidupan sehari-hari. Selalu penuhi diri dengan rasa sabar dan bersyukur. 5. Perbanyak do'a mengharap keridha-an Allah agar Husnul Khatimah dan dijauhkan dari Su'ul Khatimah. 6. Tambahkan ilmu agama, perbanyak mengingat kematian, dan bersiap menghadapinya. 7.  Siapkan wasiat dan lakukan pembahagian harta. 8. Kerapkan menjalin silaturrahim dan merapatkan hubungan yang renggang sebelumnya. 9. Minta maaf dan berbuat baik terhadap pihak yang pernah didzalimi. 10. Tingkatkan amal shalih terutama amal jariah yang dapat terus memberi pahala dan syafa'at setelah kita mati. 11. Maafkan kesalahan orang kepada kita walau seberat apapun kesalahan itu. 12. Bereskan segala hutang yang ada dan jangan buat hutang baru walaupun untuk menolong orang lain. 13. Berhentilah dari semua maksiat !!! Mata, berhentilah memandang yang tidak halal bagimu. Tangan, berhentilah dari meraih yang bukan hak mu. Mulut, berhentilah makan yang tidak baik dan yang tidak halal bagimu, berhentilah dari ghibah, fitnah, dan berhentilah menyakiti hati orang lain. Telinga, berhentilah mendengar hal-hal haram dan tak bermanfaat. 14. Berbaik sangkalah kepada Allah atas segala sesuatu yang terjadi dan menimpa. 15. Penuhi terus hati dan lisan kita dengan istighfar & taubat untuk diri sendiri, orang tua, dan semua orang beriman, di setiap saat, waktu dan keadaan. Semoga bermanfaat bagi kita semua, walaupun Anda belum 50 tahun, karena... KEMATIAN TIDAK MENGENAL UMUR  Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman." (Ibnu Taimiyyah rahimahullahu) Faedah dari Ust Abu Hamzah Shodiqun hafizhahullah Join & Share Channel: https://t.me/salafy_sorowako https://t.me/assunnahsorowako
2 tahun yang lalu
baca 2 menit