(Transkrip kajian ba'da subuh, Dauroh Sei Mencirim Deli Serdang di Ma'had Al Wadil Afyah, disampaikan oleh Al-Ustadz Fauzan Pendem حفظه ال
pada hari Sabtu, Tanggal 28 Jumadal Akhirah 1444 H./21 Januari 2023 M.)
----------------------
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم.
Alhamdulillah segaka puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita bersyukur kepada Allah atas nikmat yang Allah Anugerahkan kepada kita semua dan atas taufiq yang Allah berikan kepada kita sehingga bisa istiqomah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kita berdo'a dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan keberkahan kepada kita semua, Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memudahkan diri kita untuk berusaha membekali diri kita dengan _ilmu nafi' wal amal sholih_ yg dengannya kita berharap bisa stiqomah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Istiqomah di atas aqidah sahihah sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Istiqomah di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul Nya adalah termasuk nikmat yang paling agung yang Allah Anugerah kan kepada hamba-Nya.
Nikmat Istiqomah yang sangat agung itu akan semakin terasa di hati kita ketika kita menyaksikan banyaknya orang yang dijauhkan dari agama Allah Subhanahu wa Ta'ala bukan karena mereka tidak memiliki ilmu, bukan dikarenakan mereka orang yang tidak faham tentang agama Allah.
Banyak sekali diantara mereka yang _munharif_ menyimpang setelah mengenal al-Haq dan berada di atasnya dikarenakan hawa, oleh karena itu ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan keistoqomahan, ini merupakan nikmat yang sangat besar.
Sahabat Sufyan Ibnu 'Abdillah Ats-Tsaqofi Radhiallahu 'anhu sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim,
Beliau pernah menuturkan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam,
Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan (nasihat dan bimbingan) tentang agama islam yang dengannya aku tidak akan bertanya lagi kepada selainmu setelah itu, maka Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menjawab, *"katakanlah Aku beriman kepada Allah", Kemudian Istiqomahlah engkau di atas keimanan tersebut".*
Hadis Ini singkat lafadznya akan tetapi sarat makannya, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memberikan bimbingan kepada Sufyan bin 'Abdillah Ats-Tsaqofi.
Secara lafadz hadis ini ditujukan kepada sahabat yang mulia tersebut namun secara makna ditujukan untuk semua umatnya.
Beliau menasihatkan kepada kita semua agar istiqomah di atas keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Apabila seseorang Istiqomah di atas keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala mewafatkannya (hingga ajal datang kepadanya), maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan janji yang sangat besar di sisi-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman di dalam Al-Qur'an, Surah Al-Fusilat, Ayat 30-32,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan rentang balasan yang Allah janjikan bagi mereka yang Istiqomah di atas agama-Nya.
Kata Allah Subhanahu wa Ta'ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
Sesungguhnya orang-orang yang mengucapkan dengan lisan mereka (yang merupakan ungkapan dari keyakinan yang ada di dalam hati), mereka katakan *رَبُّنَا اللَّه* "Rabb Kami Adalah Allah."
Tentu saja ketika seseorang mengikrarkan dengan lisannya yang merupakan ungkapan dari keyakinan yang ada di dalam hatinya bahwa Allah adalah Rabbnya, yang Menciptakan dia, yang Mengatur dia, yang Menguasainya yang Menghidupkan dan Mematikan, yang mendatangkan segala sesuatu yang dia butuhkan, maka konsekuensinya dia harus beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dia juga meyakini bahwa Allah adalah sesembahannya satu-satunya sesembahan yang berhak untuk diibadahinya.
Kemudian kata Allah,
ثُمَّ اسْتَقَامُوا
Lalu dia Istiqomah di atas keyakinan yang dia ikrarkan tersebut, Istiqomah di atas keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala hingga ajal datang kepadanya, yang dengannya dia mengakhiri kehidupannya di dunia dan dia akan berjumpa dan menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Kata Allah,
تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ
Malaikat akan datang menghampirinya (yaitu ketika saat-saat _istihdhor_) di saat-saat dia akan berpisah dengan kehidupan dunia untuk melanjutkan pada tahapan berikutnya yaitu kehidupan akhirat (dan itu pasti).
Maka malaikat memberikan kabar gembira kepada _hadja al abd al mustaqim al Iman,_ (seorang hamba yang Istiqomah di atas keimanan tersebut),
أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا
Janganlah engkau merasa takut dan jangan bersedih, karena kami akan memberikan keamanan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, keamanan dari segala sesuatu yang mengancammu,engkau aman dari murka Allah, aman dari azab Allah.
*وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ*
Dan bergembiralah engkau dengan jannah yang dahulu Allah janjikan kepadamu ketika engkau di dunia.
Bukankah dahulu ketika engkau di dunia Allah berjanji, jika engkau istiqomah di atas keimanan kepada Allah, di atas ketaqwaan kepada Allah, di atas ketaatan kepada Allah, maka Allah janjikan jannah.
Jannah yang di dalamnya terdapat berbagai macam kenikmatan yang tidak ada sesuatupun yang terlarang dan tidak akan terputus bahkan untuk selama-lamanya (dia akan menikmatinya).
Jannah yang Allah katakan dalam hadis kudsi, "Aku telah siapkan untuk hamba-hambaku yang sholih, yang menunaikan hak Allah dan menunaikan hak sesama suatu kenikmatan dan balasan yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbetik di dalam hati seorangpun".
Artinya kenikmatan yang sangat luar biasa.
*نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَة*
Kami adalah wali pelindung bagimu, dalam kehidupan di dunia dan demikian pula dalam kehidupan akhirat.
Sebagaimana dahulu ketika di dunia engkau dijaga, dilindungi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dijauhkan dari segala sesuatu yang akan mencelakakan dirimu, dimudahkan untuk segala kebaikan, maka demikian juga di akhirat.
*وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ*
Dan bagi kalian di dalam Jannah tersebut segala sesuatu yang kalian inginkan.
*نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ*
Sebagai anugerah dari Zat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
***
Ini adalah Ayat yang mulia yang menjelaskan kepada kita tentang keutamaan istiqomah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bagi mereka yang diberi taufiq oleh Allah untuk mendapatkannya.
Allah janjikan sekian banyak keutamaan, Allah jamin keamanan dari segala sesuatu yang akan mengancam dirinya, dijauhkan dari segala sesuatu yang mengkhawatirkannya, yang dia cemaskan dan dia takutkan dan dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk tidak merasakan kesedihan di akhirat, dan sekian banyak keutamaan yang lainnya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita termasuk diantara hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq di atas agama Allah Subhanahu wa Ta'ala.
***
_Ashlul Istiqomah,_ Inti dan pokok keistiqomahan itu adalah Istiqomahnya hati.
Sebagaimana dikatakan Al Imam Ibnu Rajan Al-Hambali Rahimahullahu Ta'ala, "Hati itu adalah _al-Malik_ (Penguasa atau Raja), sementara anggota badan adalah bagaikan bala tentara yang senantiasa akan tunduk dan patuh dengan segala sesuatu yang diperintahkan oleh sang raja.
Maka apa bila hati itu istiqomah, maka akan diikuti Istiqomahnya lisan, akan diikuti Istiqomahnya telinga dan mata, hingga seluruh anggota badan yang lainnya.
Sebagaiman sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam,
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
“Ketahilah bahwa sesungguhnya di dalam jasad (tubuh) itu terdapat segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik, lurus di atas keimanan, lurus di atas ketaatan, lurus di atas aqidah yang sahihah, maka akan diikuti oleh seluruh anggota badan yang lainnya menjadi baik.
Mengapa demikian?
Jawabannya adalah, karena Al-Malik, Raja dan pemimpin menitahkan kebaikan.
Datang darinya segala perintah yang baik dan larangan berbuat keburukan yang ditaati.
Dan apabila segumpal darah dalam tubuh itu rusak karena _aqidah syirkiah,_ aqidah yang _munharifah,_ jauh dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dekat dengan kemaksiatan, senang dengan segala kemungkaran, maka rusaknya segumpal darah dalam tubuh tersebut akan diikuti oleh rusaknya anggota badan.
_Iradahnya_ rusak, segala keinginan yang muncul daripadanya adalah hal yang tidak baik, maka seluruh gerakan, perbuatan, ucapan dari tubuh tersebutpun akan berbanding lurus dengan kondisi hati.
Di dalam hadis ini terdapat isyarat dari Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam, pentingnya bagi kita semua untuk memberi perhatian terhadap _islahu al batin_ (perbaikan batin). Bagaimana kita memperbaiki kondisi batin kita.
Bagaimanapun seseorang berupaya memperbaiki keadaan _lahiriyah-zahiriyahnya_ ketika semua itu tidak dibangun di atas keyakinan yang lurus, ketika segala kebaikan yang nampak dari zahirnya tidak dibangun di atas lurusnya aqidah dan keimanan seseorang, maka tidak ada nilainya kebaikan tersebut.
Maka inti istiqomah adalah di dalam hati.
Inilah sebabnya mengapa kita harus benar-benar memperhatikan perbaikan batin kita, aqidah kita, keimanan kita dan keikhlasan kita, yang dengannya kita berharap apa yang muncul dari amalan badan kita akan lurus seiring dengan lurusnya aqidah dan keimanan yang ada di dalam hati kita.
Tentu saja manusia yang selain diberi akal oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, juga diberikan hawa nafsu, dan tidak ada seorangpun dari kita yang selamat dari padanya (hawa nafsu), kecuali yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka di sini kita sangat butuh pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tidak seorangpun yang dapat menjamin bahwa dia akan istiqomah terus dari sejak lahir hingga meninggal dunia..
Tidak ada...!
Tidak ada seorangpun yang memiliki jaminan bahwa dia akan meninggal dalam keadaan istiqomah dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tidak ada...!
Oleh karena itu kita mengkhawatirkan atas diri kita atas keistiqomahan kita, jangan-jangan kita termasuk diantara mereka yang berjatuhan..
Berguguran terpelanting di tengah jalan..
Jangan-jangan kita termasuk diantara orang yang tidak bisa mempertahankan keimanan..
Dikarenakan sebab-sebab _khofiyah_ yang tersembunyi.
Oleh karena itu kita berupaya dan berusaha untuk menjaga keistiqomahan tersebut.
Pertama di antara sebab yang dengannya kita bisa istiqomah adalah dengan do'a, sebagaimana dalam banyak ayat dan hadis yang menunjukkan pentingnya kita berdo'a memohon kepada Allah untuk kita bisa istiqomah.
Sebagaimana do'anya para _sholihin._
Di dalam Al-Qur'aul Karim Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan do'anya orang-orang sholih, mereka berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(QS. Ali-Imran, Ayat 8)
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami menyimpang kepada kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami Rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (Karunia).”
Ketahuilah bahwa hati kita bukan kita yang memegang, sehingga kita bisa menjamin lurus terus, Hati kita ditangan Allah dimana Allah membolak balikkan sebagaimana yang Allah kehendaki.
يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
(QS. Al-Muddatstsir, Ayat 31)
"Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya."
Maka kita wajib untuk memohon keistiqomahan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Diantara do'a Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam _habibuna wa Syafi'una,_ tentu saja belia adalah ahlu istiqomah, _Sayidul Anbya' wal Mursalin_ pemuka para Nabi dan Rasul, Beliau adalah _ulul azmi minar-Rasul_ pemilik _as-Safa'ah al-'uzma,_ pemegamg _liwaul hamdi yaumul qiyamah_ dengan berbagai keutamaan dan keistimewaan yang Allah berikan kepada beliau Shalallahu 'alaihi wassalam, beliau tidak pernah merasa cukup dari berdo'a, bahkan beliau berdo'a kepada Allah dan diantara do'a beliau adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii 'alaa diinik
"Wahai Dzat yang membolak-balik hati, kokohkanlah hati hamba di atas agama-Mu."
HR. At Tirmidzi 2140.
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ‘ala tho’atik.
"Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu" HR. Muslim no. 2654.
Ini do'a Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, dan tentu saja beliau ahlu istiqomah yang terdepan dengan segala keutamaannya, maka tentu saja kita yang penuh dengan kelemahan dari berbagai sisi, lemah iman, lemah amal, lemah ilmu dan sebagainya lebih butuh.., lebih butuh.. dan lebih butuh.. untuk berdo'a memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar Allah anugerahkan kepada kita keistiqomahan.
Dan kita berusaha memilih waktu-waktu yang sangat diharapkan dikabulkannya do'a. Demikianlah karena pentingnya masalah istiqomah ini.
***
Diantara sebab lain yang dengannya kita berharap bisa istiqomah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta'ala, di atas ketaatan dan keimanan kepada Allah, yaitu kita duduk bersama orang-orang sholih.
Duduk dengan mereka, minimalnya kita melihat pemandangan yang baik.
Lebih daripada itu kita akan termotivasi untuk semangat beribadah kepada Allah sebagaimana yang mereka lakukan, ketika kita lupa akan diingatkan, ketika kita salah akan ditegur, ketika kita lalai akan dinasehati. Inilah manfaat duduk bersama Orang-orang yang sholeh.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
(QS. Al-Kahfi, Ayat 28)
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang berdo'a kepada Allah di pagi hari dan sore hari karena mengharap wajah Allah; dan janganlah engkau palingkan matamu dari mereka (karena) engkau menginginkan kehidupan dunia."
Perhatikanlah, ayat ini diturunkan oleh Allah agar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabar untuk duduk bersama dengan orang-orang yang selalu berdo'a kepada Allah di pagi hari dan di sore hari, dan Rasulullah dilarang memalingkan pandangannya dari mereka karena mengharap kehidupan dunia, maka tentu saja kita lebih butuh untuk duduk dan menyabarkan diri bersama dengan orang-orang yang Sholih.
Orang-orang sholih adalah suatu kaum yang tidak akan pernah rugi dan tak akan celaka orang yang duduk bersama dengan mereka.
Tidak ada yang rugi duduk bersama mereka orang-orang yang sholih, justeru ketika kita meninggalkan mereka dan memilih duduk dengan _al-Ashror,_ kita akan terseret minimalnya kita akan melihat dan menyaksikan pemandangan yang tidak baik, yang kemungkinan besar lambat laun bersama dengan waktu kita akan terpengaruh.
Sebagaimana dalam hadis yang sahih dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رَيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيثَةً
"Permisalan teman duduk yang sholih dan teman duduk yang buruk seperti penjual misik dan pandai besi. Adapun penjual misik, boleh jadi ia memberimu misik, engkau membeli darinya, atau setidaknya engkau akan mencium bau harumnya. Adapun pandai besi, boleh jadi akan membuat bajumu terbakar atau engkau mencium bau yang tidak enak.”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dalam ash-Shahih (no. 2101 dan 5534), Imam Muslim (8/37—38), Ibnu Hibban rahimahullah dalam Shahih-nya, al-Baihaqi rahimahullah dalam Syu’abul Iman, dan Ahmad rahimahullah (4/404—405), semua melalui jalan Abu Burdah rahimahullah, dari Abu Musa rahimahullah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah menyebutkan jalan-jalan lain yang dapat dirujuk dalam kitab beliau, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, hadits no. 3214.
Dari hadis tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa, berteman dengan orang yang sholih yang diibaratkan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, seperti berteman dengan penjual minyak wangi bisa jadi kemungkinan engkau membeli minyak wangi tersebut, engkau kenakan sehingga wangi aroma tubuhmu, atau engkau akan diberi (dioleskan) ke tubuhmu minyak wangi tersebut, atau paling tidak engkau mencium aroma yang wangi, tidak ada ruginya.
Adapun berteman dengan orang yang jelek, jelek aqidahnya, jelek amal perbuatannya, jelek ucapannya, ibarat berteman dengan seorang pandai besi.
Bisa jadi engkau akan mendapatkan percikan api yang membakar pakaianmu, mengenai tubuhmu atau minimalnya engkau akan mencium bau asap yang tidak sedap.
Apa lagi lambat laun seiring waktu engkau akan terpengaruh karena hati itu lemah, sementera subhat menyambar.
Seandainya yang terbakar itu hanyalah pakaian, tentu urusannya mudah bisa kita beli baju yang lain, tetapi jika yang terbakar adalah akidah kita, agama kita kemana kita akan mencari ganti.
Inilah gambaran pengaruh dari teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek, maka bijaklah dikau dalam berteman.
***
Demikian pula pelajaran tentang permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek dapat kita petik dari hadis Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam yang mengisahkan seorang pembunuh berdarah dingin.
Tentu kita sudah mengetahui kisahnya, dimana sang pembunuh ini sudah pernah melayangkan (membuhuh) 99 jiwa.
Bukan sesuatu yang ringan.
Padahal dosa membunuh seorang mukmin, maka balasannya sangat mengerikan sekali,
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُتَعَمِّداً فَجَزاؤُهُ جَهَنَّمُ خالِداً فِيها وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذاباً عَظِيماً
(QS. An-Nisa: Ayat 93).
"Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya."
Ini satu orang mukmin, bagaimana jika 99 nyawa yang melayang, betul-betul pembunuh berdarah dingin.
Tapi Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Pengampun _Al-Hadi_ Yang Maha memberi Hidayah dan Penunjuk.
Allah memberi petunjuk pada pembunuh berdarah dingin tersebut dan memberi taufiq untuk dia bertaubat.
Maka sang pembunuh itupun berusaha untuk bertanya kepada orang yang dapat membimbingnya setelah dia ingin bertaubat.
Maka bertemulah dia dengan seorang _'abid_ (ahli ibadah), yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya kecuali ibadah dan ibadah, dan tidak pernah berfikir untuk berbuat maksiat.
Kepada ahli ibadah itu sang pembunuh menyampaikan keinginannya, bahwa dia telah membunuh 99 nyawa dan dia ingin bertaubat. Ia bertanya "masih adakah kesempatan untuk diriku, aku ingin memperbaiki diri dan bertaubat?"
Maka sang _'abid_ yang tidak pernah terbesit di kepalanya untuk berbuat maksiat, yang dimatanya suatu maksiat itu dosa yang sangat besar, maka dia berfikir dengan kejahilanya. Hanya bermodal dengan semangat ibadah saja ia menjawab pertanyaan sang membunuh, "Dosamu amat terlampau banyak, tidak ada kesempatan taubat bagi orang seperti mu".
Maka digenapkanlah 100 sang _'abid_ itupun dibunuh.
Setelah kejadian itu sang pembunuh masih terus berusaha untuk mencari tahu, bertanya kepada _a'lamunnas fil ardi_ adakah kesempatan untuk memperbaiki diri?
Maka dipertemukanlah ia dengan seorang _'alim_ (ahli ilmu), dan dia sampaikan bahwa dalam perjalanan hidupnya, dia telah membunuh 99 nyawa, kemudian aku tanya kepada seseorang, jawabannya tidak ada taubat bagiku karena terlampau amat banyak dosaku, akhirnya orang itu pun saya bunuh dan genaplah 100.
"Saya ingin taubat, adakah jalan bagiku untuk taubat?"
Maka dijawab oleh sang _'alim_ Apakah gerangan yang menghalangi dirimu untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala? Kesempatan untuk taubat selalu terbuka.
Kemudian sang _'alim_ membimbing sang pembunuh..
Setelah engkau bertaubat, maka pergilah engkau ke sebuah negeri fulan.. Karena di sana banyak orang-orang yang sholih, di sana banyak orang-orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, lingkungan itu adalah lingkungan yang baik dan mendukung kamu untuk istiqomah, beribadahlah engkau kepada Allah bersama orang-orang sholih tersebut yang dengannya engkau akan dapat mempertahankan iman dan Istiqomah. Dan jangan sekali-kali engkau kembali ke negerimu, jangan kembali kepada kawan-kawan lamamu yang kamu akan tergoda untuk kembali pada keadaanmu semula.
Lihatlah.. Perhatikanlah.. pelajaran ini. Jika dia kembali kepada teman-temannya yang lama tentu dia akan ditarik lagi ke kebiasaan lamanya yang buruk itu.
Maka sang _'alim_ itu membimbing untuk duduk, untuk hidup bersama dengan orang-orang yang Sholih, yang taat, yang akan selalu mengingatkannya kepada Allah dan diwanti-wanti untuk tidak kembali ke negeri asalnya.
Mengapa demikian?
Karena negerinya adalah negeri yang jelek di sana berkumpul teman-teman duduk yang jelek.
***
Inilah diantara sebab istiqomah, kita duduk bersama dengan orang-orang yang Sholih.
Berteman dengan orang-orang yang baik dan menjauhi orang-orang yang jelek.
Karena agama kita adalah modal kita untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ingatlah.. Agama kita ini adalah keselamatan kita di akhirat atau kebinasaan kita di sana.
Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, semoga Allah Memberikan taufiq kepada kita semuanya untuk kita istiqomah di atas agama-Nya, dan kita juga berdo'a memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, semoga Allah memudahkan kepada kita untuk mengamalkan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya.
Allahu a'lam bish-shawab
Semoga bermanfaat.
_*جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم*_
====================
Selasa, 2 Rajab 1444 H. /24 Januari 2023 M.
#B.sisi ahsmyhd-dhA
https://t.me/KajianIslamLhokseumawe