Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Abu Abdillah

meraup ketenangan dengan tawakkal (kisah hatim al-asham)

KISAH HATIM AL-ASHAM Hatim al-Asham termasuk di antara pembesar orang-orang shaleh. Hatinya sudah rindu ingin menunaikan haji pada suatu tahun di antara tahun-tahun yang ada. Namun ia belum jua memiliki biaya untuk berhaji, tidak boleh mengadakan perjalanannya, bahkan haji itu tidak wajib tanpa meninggalkan biaya hidup bagi anak-anaknya tanpa keridhaan mereka. Ketika waktu yang dijanjikan telah tiba, puterinya melihat dirinya bersedih dan menangis, sedang keshalehan terdapat pada puterinya tersebut. Ia berkata kepadanya, . “Wahai ayahku, gerangan apa yang membuat engkau menangis? Ia berkata, “Haji telah tiba.” “Lalu mengapa engkau tidak pergi berhaji?” tanya sang puteri. “Nafkah” jawab sang ayah. “Allah yang akan memberikan engkau rezeki,” jawab si puteri. “Lalu apa nafkah kalian?” tanya sang ayah lagi. “Allah yang akan memberikan kami rezeki,” jawab sang puteri. “Tetapi perkaranya kembali kepada ibumu,” kata sang ayah. Pergilah puterinya tersebut untuk mengingatkan Sang ibu. Hingga akhirnya, ibu dan anak-anak lelakinya berkata kepada Hatim,  “Pergilah berhaji, Allah yang akan memberikan kami rezeki.” Hatim pun berangkat berhaji. Ia hanya meninggalkan nafkah untuk tiga hari buat mereka. Ia berangkat berhaji sementara tidak ada sedikit harta pun yang bersamanya yang dapat digunakan untuk mencukupi keperluannya. Adalah ia berjalan di belakang kafilah. Di awal perjalanan, seekor kalajengking menyengat pemimpin kafilah, membuat mereka bertanya siapa yang dapat meruqyah dan mengubatinya. Mereka pun mendapati Hatim. Lantas ia meruqyahnya sehingga Allah menyembuhkan pemimpin kafilah dari kebinasaannya. Pimpinan kafilah berkata, “Nafkah pulang dan pergi (Hatim), saya yang menanggungnya.” Hatim pun berdo’a, “Ya Allah, ini adalah pemeliharaan-Mu kepadaku, maka perlihatkanlah pemeliharaan-Mu kepada keluargaku.” Telah berlalu masa tiga hari sementara nafkah yang ditinggalkan di sisi anak-anak telah habis. Mulailah rasa lapar menguasi mereka, sehingga mereka mulai mencela si anak perempuan tadi. Namun ia hanya tertawa.  Mereka berkata, “Apa yang membuatmu tertawa sementara rasa lapar hampir membunuh kita.”  Ia balik bertanya, “Ayah kita ini Razzaq (Sang Pemberi Rezeki) atau pemakan rezeki?” “Pemakan rezeki, kerana ar-Razzaq itu hanyalah Allah,” jawab mereka. “Kalau begitu telah pergi pemakan rezeki dan tinggallah ar-Razzaq,” jawab anak perempuan. Ketika ia tengah berbicara dengan mereka, tiba-tiba pintu diketuk. “Siapa di pintu?” tanya mereka. “Sesungguhnya Amirul Mukminin meminta air minum kepada kalian,” jawab si pengetuk pintu. Kemudian, mereka pun memenuhi geribah dengan air. Minumlah Sang Khalifah, maka ia merasakan kelezatan pada air tersebut yang belum pernah dirasakannya.  Ia bertanya, “Dari mana kalian mendapatkan air ini?”  “Dari rumah Hatim,” jawab mereka.  “Kalian panggil dia supaya aku dapat membalas budinya,” perintah Khalifah.  “Ia sedang berhaji,” jawab mereka.  Maka Amirul Mukminin melepas ikat pinggangnya –dan itu merupakan sabuk yang terbuat dari kain tenun mewah yang bertabur permata – seraya berkata,  “Ini untuk mereka (keluarga Hatim).”  Kemudian ia berkata, “Siapa yang ia memiliki tangan atasku –yaitu siapa yang dia mencintaiku-?”  Maka tiap menteri dan pedagang melepaskan ikat pinggangnya untuk mereka hingga menumpuklah ikat pinggang-ikat pinggang tersebut. Kemudian salah seorang pedagang membeli semua ikat pinggang tersebut dengan emas sepenuh rumah yang dapat mencukupi keperluan mereka (keluarga Hatim) hingga ajal menjemput, lalu mengembalikan lagi ikat pinggang-ikat pinggang itu kepada mereka (para pemiliknya). Mereka (keluarga Hatim) membeli makanan dan tertawa ceria. Namun si anak perempuan malah menangis.  Sang ibu berkata kepadanya, “Perkaramu sungguh mengherankan wahai puteriku. Ketika kami menangis kerana lapar, kamu malah tertawa. Namun ketika Allah telah memberikan jalan keluar kepada kita, kamu malah menangis?!” Sang anak menjawab, “Makhluk yang tidak menguasai manfaat maupun madharat untuk dirinya sendiri ini (yaitu Khalifah) pun melihat kepada kita dengan pandangan hiba yang mencukupi kita dari kematian, lalu bagaimana kiranya dengan Raja para raja?!” Itulah kepercayaan (tsiqah) kepada Allah. Itulah kepercayaan kepada ar-Razzaq yang memiliki kekuatan lagi sangat kukuh. Itulah kekuatan iman dan kekuatan tawakkal kepada Allah. Maha suci Allah, di mana kita dibanding mereka?! Ketika Allah memilih engkau untuk menempuh jalan hidayah-Nya, bukanlah kerana engkau istimewa atau kerana ketaatan yang engkau kerjakan! Namun itu semata rahmat dari-Nya yang menyelimutimu. Boleh jadi, Ia akan mencabutnya darimu bila saja pun. Oleh kerana itu, janganlah engkau tertipu dengan amalanmu maupun ibadahmu!  Janganlah engkau kira kecil amalan orang-orang yang telah sesat dari jalan-Nya! Seandainya bukan kerana rahmat Allah kepadamu, niscaya engkau sudah menduduki tempatnya. Ulangilah membaca kisah ini dengan perlahan dan tenang! Dari fawaid asy-Syaikh Fawwas al-Madkhali hafizhahullah. Dinukil dari Sahab ( http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=137426 ) 📖Sumber : Majmu’ah an-Nahjul Wadhih Alih bahasa : Syabab Forum Salafy ***                       <=======«<🌴»>=======> Diulang Perkongsian Dengan sedikit Pengeditan Bagi kesesuaian Bahasa Tanpa mengubah Maksud Oleh: 🚇Group WA & Telegram  : 🌴@InginKenalSunnah 📮Klik "JOIN" https://goo.gl/Op9xa4
8 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

pemuda semangat menghidupkan sunnah nabi

SEMANGAT MENGHIDUPKAN SUNNAH NABI Sufyan Ats Tsauri (tabiut tabiin, w. 161 H) pernah mengatakan, "Kalau kamu mampu untuk tidak menggaruk kepalamu kecuali dengan (meneladani) sunnah Nabi, maka lakukanlah." [Fathul Mughits, As-Sakhawi] Abu Amr Muhammad bin Abi Jafar 376 H) berkisah, "Suatu malam, Abu Utsman Ismail (w. 290 H) shalat mengimami kami di masjidnya. Dia memakai sarung dan selendang (seperti pakaian ihram haji). (Setelah selesai, aku pun (pulang dan) bertanya kepada ayahku (Abu Jafar Ahmad bin Hamadan,  .w.311 H), "Wahai ayah, dia (Abu Utsman) sedang ihram. Ayahku pun mengatakan, " Tidak.  Sesungguhnya mendengar Mustakhraj *) Muslim dariku.  Jika dia mendengar hadits yang belum pernah dia amalkan sebelumnya,  maka dia pun mengamalkannya pada siang atau malamnya.  Dia telah mendengar dari pembacaan hadits,  bahwasanya Nabi pernah memakai sarung dan selendang." [Fathul Mughits As-Sakhawi] Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, "Tidaklah aku menulis sebuah hadits dari Nabi kecuali aku telah mengamalkannya Sehingga ketika sampai kepadaku hadits Nabi bahwa beliau pernah berbekam dan memberi satu dinar kepada Abu Thaibah (tukang bekam), maka berbekam lalu memberi satu dirham kepada tukang bekam" [AI Jami li Akhlaqir Rawi, Al Khathib Al-Baghdadi] Buku Sumber: https://pixabay.com/en/book-notebook-leave-notes-1945515/ Tiga nukilan ini menjadi pelajaran bagi kita betapa para ulama terdahulu sangat bersemangat dalam mengamalkan sunnah Rasul. Demikianlah hendaknya dilaksanakan bagi setiap muslim. Karena bimbingan beliau adalah bimbingan yang sempurna, bimbingan yang dituntun berdasarkan wahyu. Sehingga pasti akan mendatangkan maslahat bagi hamba baik dunia maupun di akhirat. Apakah Sunnah? Tetapi sobat perlu kita ketahui dahulu yang dimaksud dengan sunnah di sini. Para ulama memakai istilah'sunnah untuk beberapa hal, yaitu : 1. Amalan apabila yang diamalkan berpahala dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Ini adalah istilah para ahli fikih. Seperti jika dikatakan shalat malam hukumnya sunnah. 2. Sunnah yang bermakna sama dengan hadits, yakni segala yang disandarkan kepada Rasulullah baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat akhlak,dan fisik. Seperti ketika dikatakan, "Kita harus berpegang teguh dengan Al- Quran dan As-Sunnah" 3.  Sunnah yang maknanya ajaran Rasulullah secara umum, mencakup Islam secara keseluruhan, baik yang berdasarkan Kitabullah maupun hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Nah, inilah yang dimaksud dalam sebuah hadits yang artinya, "Barang siapa membenci sunnahku,  maka dia bukan termasuk golonganku" [H.R.  Al-Bukhari dan Muslim] Nah,inilah makna-makna Sunnah. Dan yang dimaksud Sunnah dalam pembahasan kita ini adalah makna yang ketiga, beramal dengan seluruh ajaran Rasul. Jadi, kita harus mengamalkan semua ajaran Nabi baik yang hukumnya wajib, mustahab, atau mubah dan menjauhi semua yang dijauhi Nabi, baik hukumnya makruh atau haram. Motivasi Bersunnah "Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali terasing. Maka beruntunglah orang yang terasing"[H.R.  Muslim] Sekitar empat belas abad silam, ucapan tersebut keluar dari lisan yang mulia,  Rasulullah Semenjak dahulu beliau sudah mensinyalir bahwa Islam akan menjadi terasing. Ya, adalah sunnatullah bahwa Islam akan menjadi asing, Asing, bahkan bagi pemeluknya sendiri. Kita pun sangat merasakannya di zaman Semakin jauh dari zaman kenabian, maka zaman tersebut semakin jelek kualitasnya. Bahkan tidak jarang, sunnah justru menjadi bahan ejekan. Makanya, kita harus bersemangat melaksanakan Sunnah Nabi. Nggak usah dipedulikan ucapan orang, " Anjing menggonggong, kafilah berlalu",  kata peribahasa. Bukan mereka yang akan membalas kita kok. Allah akan memberi kita pahala Dan perlu kita ketahui sobat,  pahala bersemangat atas sunnah ini sangat sebanding dengan tantangannya "Di belakang kalian, akan ada hari-hari kesabaran. Bersabar (di atas sunnah pada waktu itu seperti memegang bara api. Orang yang beramal dengan sunnah pada waktu itu setara dengan pahala lima puluh orang yang beramal dengan amalan kalian." [H.R.At-Tirmidzi,  Syaikh Al-Albani menghukumi"shahih lighairih"] Ya sobat,  beramal satu amalan yang telah mati,  bisa dilipatgandakan menjadi lima puluh pahala shahabat. Luar biasa bukan? Namun, pelipatgandaan ini berlaku untuk amalan yang ia hidupkan itu saja. Bukan pada seluruh amalannya. Sehingga, kita tetap tidak mungkin bisa menyamai pahala para shahabat. Selain pahala tadi, kita kita akan mendapatkan pahala orang yang mengikuti amalan kita "Siapa Saja yang mensunnahkan di dalam lslam ini sunnah yang baik, maka dia akan mendapatkan pahalanya pahala siapa yang mengamalkan setelahnya, tanpa mengurangi pahala dari pelakunya sedikit pun." [H.R.  Muslim]. Coba bayangkan kalau ternyata adik kita mengikuti kita, teman kita juga ikut, ayah ibu dan keluarga ikut. Terus mereka menyebarkan ke teman temannya. Wah,  berapa pahala yang bisa kita raup? Nah, inilah MLM berpahala, MLM dalam menghidupkan sunnah. Tapi jangan lupa ikhlasnya ya! Ayo buruan!   [Abdurrahman] Disalin oleh Happy Islam dari Majalah Tashfiyah Edisi 29 Vol.3 1434H/2013
8 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

ayo, kalau bukan kita, siapa lagi?

Ayo, Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi? Sungguh menyedihkan, pemandangan yang penulis temui malam itu. Sekian banyak penumpang bus hanya satu dua orang saja tergerak menuju ke mushalla untuk menjalankan kewajiban shalat. Yang lainnya, ada yang sibuk menelepon, makan malam atau tak sedikit sekadar nongkrong sambil merokok menunggu bus melanjutkan perjalanan. Saya yakin sebagian besar penumpang adalah kaum muslimin. Yakin pula bahwa mereka pasti sudah tahu kewajiban shalat lima waktu. Sobat muda, kenyataan ini rupanya bukan hanya terjadi pada para penumpang bus malam. Bahkan, inilah gambaran umum yang biasa kita jumpai di sekitar kita. Demikianlah realita kaum muslimin di masa ini. Ribuan mushalla serta masjid, tidak sedikit yang megah di antaranya, begitu lenggang dan sepi dari kaum muslimin. Walaupun pada saat jam shalat. Terlebih waktu shalat subuh, dhuhur, dan Ashar. Ironis memang, di waktu waktu shalat, justru kaum muslimin begitu padat dan ramai di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan. Tempat ibadah hanyalah sebagai simbol, atau berfungsi waktu-waktu tertentu yang sangat jarang. Selebihnya, ia adalah tempat orang-orang khusus saja. Adzan, sekedar penanda waktu bangun tidur, makan siang, atau selesainya jam kerja. Sobat muda, seandainya kewajiban Allah yang merupakan rukun Islam saja banyak yang telah meninggalkannya, bagaimana pula dengan kewajiban lainnya? Dimanakah pelaksanaan sunah-sunah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Alangkah jauhnya kaum muslimin kewajiban agama mereka. mengejar bunga kehidupan dunia kewajiban dilalaikan. Larangan Allah pun dilanggar. Sinar Islam pun tertutupi maksiat oleh para pemeluknya. Hidayah dan pembelanya seakan tenggelam di kegelapan dosa. Kaum tua dihantui oleh kecintaan terhadap dunia. Yang muda dikerumuni godaan syahwat. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan. Kaca Mata Sumber: .https://pixabay.com/en/glasses-reading-eyeglasses-eyewear-983947/ Singsingkan Lengan Baju! Ya kita hidup dalam kenyataan ini. Agar Islam tidak hilang dari tengah kita, harus ada yang segera merubahnya. Kalau bukan kita, siapa lagi? Mengikuti arus kebanyakan pemuda yang hanya tahu musik, lirik, dan lagu masa ini hanyalah sebuah kesia-siaan. Tidak akan menyelamatkan kita dari murka Allah. Hanya sibuk memikirkan kesuksesan dunia yang menipu, bukan jalan keluar bagi kesuksesan hidup yang sebenarnya. Atau kita hanya bisa berdiam diri tanpa mau merubah buruknya diri. Sobat muda, Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum, sampai kaum itu sendiri yang mau merubah dirinya sendiri." (Q.S.  Ar Ra'du:11]. Dalam penggalan ayat yang mulia ini Allah subhanahu wa ta'ala mengumumkan bahwa perubahan keadaan pada suatu kaum tidak datang dengan sendirinya. Namun, perubahan tersebut membutuhkan usaha dari kaum itu sendiri, sampai nanti Allah akan menakdirkan perubahan itu terjadi. Sobat muda demikian pula dalam hal perbaikan kaum muslimin. Mereka sendirilah yang harus berusaha merubahnya. Di sinilah nilai usaha seorang muslim. Semakin kuat tekad dan usahanya dalam memperbaiki keadaan dirinya, akan semakin besar pula pahalanya. Bila dahulu waktu berlalu pada suatu yang tidak bermanfaat, cobalah mulai sisipkan kegiatan yang bernilai ibadah. Nah sobat muda,  kalau bukan kita siapa lagi?!  Kalau tidak sekarang kapan lagi?! Baca: Akhirnya Ku Temukan Manhaj Salaf   (klik) PEMUDA HARAPAN AGAMA PEMUDA TAHU AGAMA Generasi penerus tongkat estafet dari generasi tua. Kepada merekalah pula diharapkan berbagai kebaikan dan kemajuan. Sebagai generasi muda Islam, kita juga menjadi harapan buat keberlangsungan agama. Minimalnya pada diri kita. Oleh karenanya, kita butuh bekal untuk menghadapi tantangan ini. Bekal itu adalah ilmu agama. Oleh karena itu kita diwajibkan belajar ilmu agama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya "Menuntut ilmu (agama) wajib atas setiap muslim."  (H.R. Ibnu Majah dari shahabat Anas bin Malik dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib) Lihatlah pula pemuda teladan dari kalangan shahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu. Betapa beliau menjadi sumber rujukan kaum muslimin di umur yang masih belia. Beliau awali masa muda dengan dalam mencari ilmu bersungguh-sungguh. Abdullah bin Abbas pernah bercerita, "Ketika Rasulullah wafat, aku mengajak seseorang dari Anshar,  Mari,  kita bertanya kepada para shahabat Rasulullah mumpung sekarang mereka masih banyak.' "Sungguh mengherankan engkau ini wahai Ibnu Abbas!  Apakah engkau merasa bahwa kaum muslimin butuh kepadamu?  Sedangkan di tengah-tengah mereka para shahabat Rasulullah" Jawabnya. "Aku pun tinggalkan orang tersebut. Aku mulai fokus bertanya kepada para shahabat Rasulullah tentang hadits." Pernah ada sebuah hadits sampai kepadaku melalui perantara seseorang (shahabat yang lain). Aku mendatanginya. Tibalah aku depan pintunya. Sementara sedang tidur siang. Maka tidur berbantal kainku depan pintunya. menerbangkan pasir menimpaku.Ketika orang tersebut keluar dan melihatku, ia terkejut, Wahai anak paman Rasulullah! Untuk keperluan apa anda kesini? Tidakkah engkau utus seseorang agar aku yang mendatangi anda?' Aku menjawab, Tidak. Aku yang lebih berhak untuk mendatanginmu. Aku bertanya hadits kepadanya. Ketika orang Anshar tersebut melihat orang-orang berkumpu lmengelilingiku untuk bertanya tentang urusan agama, mengatakan, "Sejak dulu ia lebih cerdas dariku.' [At Thabaqat Kubra,  karya Ibnu Saad rahimahullah] Usia muda adalah masa keemasan. Apa yang dipelajari dan dialami pada masa ini akan membekas kelak di masa dewasa. Tak heran bila di kalangan pendahulu kita yang shalih, banyak kita dapati tokoh tokoh besar yang kokoh ilmunya dalam usia yang masih muda. Hal ini karena mereka awali usaha menuntut ilmu dalam usia yang masih belia. Dari kalangan shahabat, ada Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Anas Malik, dan banyak lagi, radhiyallahu 'anhum. Kalangan setelah mereka, ada Sufyan Ats Tsauri, Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafii, Al-Imam Ahmad, dan yang lainnya rahimahullah. Begitulah memang. Dari sejarah kehidupan mereka kita melihat, mereka telah sibuk dengan ilmu dan adab semenjak muda. Dengan pertolongan Allah 'azza wa jalla, jadilah apa yang mereka pelajari tertanam dalam diri dan memberikan pengaruh terhadap pribadi. Bahkan, meluas kepada masyarakat, sampai saat ini. Nah sobat muda, ayo belajar agama! Ayo menjadi pemuda harapan agama! Ayo berlomba mencari keridhaan dan kecintaan Allah. Dan ayo,  kalau bukan kita siapa lagi!? Penulis: Ustadz Hammam Majalah Tashfiyah Edisi 27 Vol.03 1434-2013
8 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

islam membenci pengangguran

KURANG KERJAAN MERUPAKAN SUMBER PENYAKIT Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin rahimahullah berkata, Sungguh, di antara sebab utama munculnya prilaku menyimpang pada generasi muda adalah tidak adanya aktifitas dalam kesehariannya. Kosong dari kegiatan bermanfaat merupakan penyakit berbahaya bagi pikiran, akal dan kecakapan seseorang. Jiwa ini harus memiliki aktifitas dan pekerjaan. Apabila jiwa tidak ada kerjaan yang dilakukan, maka pikiran menjadi ngelantur, akal menjadi lemah, dan malas beramal. Pada akhirnya, hati selalu diselimuti rasa cemas dan muncul lah pikiran-pikiran yang negatif. Obat semua itu adalah berupaya sekuat tenaga untuk berbuat apa saja yang pas baginya, baik menyibukkan diri dengan membaca, atau berdagang, atau pekerjaan lainnya yang membuatnya tidak menganggur. Sumber: Min Musykilatis Syabab, hal.14-15 Diterjemahkan oleh: al Ustadz Abdul Wahid bin Faiz at Tamimi #Fawaidumum #akhlak Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Channel kami https://bit.ly/warisansalaf Situs Resmi http://www.warisansalaf.com MUNGKIN INI ALASAN MENGAPA KITA MALAS ORANG YANG PALING BANYAK HISABNYA Mu’awiyyah bin Qurrah rahimahullah berkata: أكثر الناس حسابا يوم القيامة الصحيح الفارغ. "Manusia yang paling banyak hisabnya pada hari kiamat nanti adalah orang sehat yang banyak menganggur (tidak menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat di dunia atau di akhirat)." Iqtidhaul 'Ilmil 'Amal, hlm. 103 Sumber || https://twitter.com/channel_moh/status/821871983973568512 WhatsApp Salafy Indonesia Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy BOSAN MENUNTUT ILMU? COBA BACA NASEHAT INI ! ISLAM MEMBENCI PENGANGGURAN DAN KEMALASAN . Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata: ﻛﺎﻥ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻳﻀﺮﺏ ﻣﻦ ﻭﺟﺪﻩ ﻗﺎﻋﺪﺍً ﻳﻀﺮﺑﻪ ﺑﺎﻟﺪﺭﺓ ﻭﻳﺄﻣﺮﻩ ﺑﺎﻟﻜﺴﺐ ﻭﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ. "Dahulu Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu biasa memukul orang yang beliau jumpai menganggur, beliau memukulnya dengan cambuk dan menyuruhnya agar berusaha dan mencari rezeki." Sumber || http://www.alfawzan.af.org.sa/node/13265 WhatsApp Salafy Indonesia Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
8 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Rizal Kurnia R

betapa mengerikannya fitnah

Betapa Mengerikannya Fitnah Sumber gambar: https://pixabay.com/en/gear-mechanics-machine-curb-life-192875/ Al-'Allâmah Ibnu 'Utsaimîn _rahimahullâhu_ berkata : "Manusia, selama ruhnya masih berada di dalam tubuhnya, maka akan senantiasa terpapar dengan fitnah. Untuk itulah saya menasehatkan diri saya sendiri dan anda semua, agar senantiasa memohon kepada Allah, kemantapan di dalam keimanan. Dan hendaknya anda semua merasa takut, karena (pijakan) di bawah kaki kalian begitu licin, sehingga apabila Allah ﷻ tidak mengokohkan (pijakan) anda maka anda akan tergelincir jatuh kepada kebinasaan. Dengarkanlah firman Allah ﷻ kepada Rasul-Nya ﷺ, manusia yang paling kokoh dan kuat keimanannya berikut ini  .: وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka (QS al-Isrâ (17) : 74) Apabila terhadap Rasulullah ﷺ saja demikian, lantas bagaimana dengan kita??! Orang-orang yang lemah keimanan dan keyakinannya! Yang tidak bisa terlepas dari berbagai syubuhat dan syahawat. (Sungguh) Kita berada di dalam bahaya yang besar! Karena itu, hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allah ﷻ agar dikokohkan di atas kebenaran, dan agar Allah tidak memalingkan hati kita (kepada kesesatan). Inilah doa yang senantiasa dipanjatkan oleh _ulil albâb_ (orang² berakal) : رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا "(Wahai) Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami." [Syarah al-Mumti' V/388] ➖➖➖➖➖➖➖➖ ::: *من مواعظ أهل العلم* ::: ✍ قَـالَ العَلّامَـة ابْـنُ عُثَيْـمِينْ -رَحِـمَهُ الله- 《 والإنسان ما دامت روحه في جسده فهو معرّض للفتنة، ولهذا أوصي نفسي وإياكم أن نسأل الله دائماً الثبات على الإيمان ، وأن تخافوا ؛ لأن تحت أرجلكم مزالق ، فإذا لم يثبتكم الله -عز وجل- وقعتم في الهلاك، واسمعوا قول الله سبحانه وتعالى لرسوله -ﷺ- أثبت الخلق ، وأقواهم إيماناً : ﴿ وَلَوْلاَ أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدَّتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئاً قَلِيلاً ﴾، فإذا كان هذا للرسول -ﷺ- فما بالنا نحن؛ ضعفاء الإيمان واليقين ، وتعترينا الشبهات والشهوات. فنحن على خطر عظيم ، فعلينا أن نسأل الله تعالى الثبات على الحق ، وألا يُزيغ قلوبنا ، وهذا هو دعاء أولي الألباب ﴿ رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبُنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا ﴾ . 》 🔺 [ "الشرح الممتع" ٣٨٨/٥ ] ➖➖➖➖➖➖➖➖ ▫sumber: @washayasalaf 🌅 @salafysolo MOHONLAH PADA ALLAH KESELAMATAN Suatu ketika Abu Bakar ash-Shiddiq-semoga Allah selalu meridhainya-berdiri di atas mimbar Rosulullah ﷺ. Beliau menangis tersedu sedu sampai ke tenggorokannya tiga kali  kemudian berkata: "Wahai sekalian manusia (kaum muslimin) mintalah kalian pada Allah سبحانه وتعالي  keselamatan. Sesungguhnya seseorang tidaklah diberikan (kebaikan/ni'mat) seperti  keyakinan setelah keselamatan, dan tidak ada keadaan yang lebih berat dari pada keraguan setelah kekufuran (ni'mat). Hendaklah kalian berhias dengan akhlak jujur. Karena sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan  dan keduanya (jujur dan baik) itu tempatnya di surga._ Dan jauhilah perangai dusta. Karena kedustaan itu menyeret pada dosa dan keduanya (dusta dan dosa) tempatnya di neraka. Az-Zuhud karya al-Imam Ahmad hal 135 🇸🇦 Arabic قام ابو بكر الصديق رضي الله عنه  علي منبر رسول الله صلى الله عليه وسلم  فخنقته العبرة ثلاث مرات ثم قال : ياأيها الناس،  سلوا الله  المعافة،  فإنه لم يوءت احد مثل يقين بعد معافة،  ولا اشد من ريبة لعد كفر.  وعليكم بالصدق،  فإنه  يهدي الي البر،  وهما في الجنة،  واياكم والكذب فإنه يهدي الي الفجور،  وهما في النار.   ( الزهد للامام احمد.  ص. 135) ⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia ⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
8 tahun yang lalu
baca 4 menit