MENYEMBUNYIKAN AMALAN KETAATAN LEBIH UTAMA DARIPADA MENAMPAKKANNYA
|
Foto: Camera | Sumber : Pixabay |
( Renungan Bagi Yang Suka Memotret Amalan Baik Yang Dilakukannya Kemudian Mempostingnya Di Media Sosial)
Sebelum engkau memotret ibadah umrahmu atau ibadah hajimu atau perjalananmu menuju masjid atau sumbanganmu untuk orang miskin.
Dan sebelum engkau meletakkan kamera fotomu di depan mihrab, lalu kau sebarkan foto-foto tersebut di media sosial....
Sebelum engkau lakukan hal itu semua, hendaklah engkau ingat wahai saudaraku muslim, bahwasanya ikhlas adalah syarat bagi amalan shalih. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
" Maka beribadahlah pada Allah satu-satunya dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya" (Q.S. Az-Zumar:2)
Dan tidak akan diterima suatu amalan yang tidak ikhlas karena Allah seperti apapun amalan tersebut. Bahkan walaupun seorang yang berjihad mempertaruhkan jiwanya sampai dia terbunuh, Allah tidak akan menerima darinya amalan jihadnya dan syahadahnya (mati syahidnya).
Bahkan sungguh dia termasuk orang yang pertama yang an-Nar (neraka) dinyalakan untuk mereka sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih ¹.
Oleh karenanya, menyembunyikan amalan shalih yang tidak disyariatkan untuk ditampakkan, itu lebih utama daripada menampakkannya. Sebab hal itu lebih jauh dari riya'. Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ
"Berdoalah pada Rabbmu dengan merendahkan diri dan dengan sembunyi-sembunyi" (Q.S. Al-A'raf: 55)
Dan perhatikanlah hadits tentang 7 golongan yang Allah beri naungan di bawah naungan ('arsy)-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Engkau akan dapati diantara mereka adalah:
1. Seseorang yang berdzikir mengingat Allah di saat sendiri lalu air matanya mengalir
2. Dan orang yang bershadaqah dalam keadaan dia menyembunyikan shadaqahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
Bahwasanya menampakkan ibadah-ibadah nafilah (sunnah) terkadang lebih utama dibandingkan dengan menyembunyikannya, apabila dalam menampakkan tersebut terdapat maslahat yang lebih kuat.
Seperti dalam rangka mengajari orang-orang yang bodoh dengan cara mempraktekkan amalan (dihadapannya). Demikian pula seperti berniat memotivasi manusia agar mereka menjadikan engkau sebagai contoh, agar engkau menjadi teladan bagi mereka dalam amalan yang mereka lalaikan atau mereka bermalas-malasan dalam melakukannya.
Adapun semata-mata memotret amalan taat (yang dia lakukan) dan menyebarkannya di grup-grup dan akun-akun (medsos), maka sungguh hal itu dikuatirkan bahwasanya maksud dari perbuatan tersebut tidak lain kecuali agar manusia melihatnya dalam keadaan shalat atau sedang thawaf atau sedang bersa'i atau sedang membaca al-Qur'an atau dia sedang bershadaqah.
Apabila memang niatnya seperti itu, maka dia telah membuat lelah dirinya, menyia-nyiakan pahala (amalan)nya, dan menyerahkan dirinya untuk mendapatkan adzab yang pedih.
Dan hendaklah engkau mengingat, bahwasanya orang-orang yang engkau riya' pada mereka dan kau mengharapkan pujian mereka, mereka semua tidak bisa memberi manfaat kepadamu di hari semua rahasia dibuka, pahala orang-orang yang ikhlas dilipat gandakan, dan amalan orang-orang yang riya' dihapuskan (hari kiamat). Allah lah satu-satunya tempat memohon pertolongan.
Dr. 'Ali bin Yahya al-Haddadi (hafizhahullah)
13/11/1438 H
https://twitter.com/amri3232/status/893841507010191361
Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS)
Muraja'ah: Al-Ustadz Kharisman Abu 'Utsman hafizhahullah
🗓 17 Dzulqa'dah 1438 H / 10 Agustus 2017