Fiqih

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

imam diam setelah membaca al-fatihah dalam shalat berjamaah

IMAM DIAM SEJENAK SETELAH MEMBACA AL-FATIHAH DAN HUKUM BACAAN AL-FATIHAH PADA HAK MAKMUM Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah https://pixabay.com/en/mosque-arabian-white-marble-1978985/ Pertanyaan: Sebagian imam dalam shalat jahr (yang bacaannya dikeraskan) seperti Maghrib dan selainnya dari Isya dan Shubuh setelah membaca al-Fatihah segera membaca surat yang lain setelahnya dan tidak memberikan kesempatan bagi makmum untuk membaca al-Fatihah. Maka apa yang Anda nasehatkan terhadap seorang imam yang melakukan hal itu? Dan apa kewajiban makmum jika tidak membaca al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama? Jawaban: Adapun para imam yang berbuat demikian dan tidak diam di antara bacaan al-Fatihah dan bacaan surat yang ada setelahnya, maka bisa jadi perbuatan itu timbul dari mereka dengan tidak sengaja atau sengaja. Namun seringnya dengan sengaja dikarenakan hadits Samurah dalam menetapkan kedua saktah (diam sejenak), salah satunya setelah bacaan al-Fatihah diperselisihkan para ulama tentang keshahihannya. Diantara ulama ada yang menilainya shahih dan mengamalkannya serta mengatakan: Sesungguhnya imam hendaknya segera diam setelah membaca al-Fatihah. Diam yang disebutkan ini adalah diam yang mutlak, tidak dibatasi sebagaimana dibatasi sebagian ahli fikih seukuran makmum membaca al-Fatihah akan tetapi diam ini adalah diam yang mutlak untuk memisahkan antara bacaan yang wajib dan yang sunnah. Sementara ulama yang lainnya tidak menilainya sebagai hadits yang shahih dan berpendapat: seyogyanya menyambung bacaan setelah al-Fatihah. Jadi, tidak mungkin kita melarang seseorang yang mengamalkannya ilmunya setelah memeriksa dan berijtihad (mengambil kesimpulan hukum). Hanya saja hadits ini menurut pendapat kami sebagai dalil sebagaimana ditegaskan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari ketika mengatakan: Sesungguhnya telah shahih dari Nabi صلى الله عليه وسلم diam sejenak ini dan ini terkait dengan imam. Adapun terkait dengan makmum, maka makmum membaca al-Fatihah meskipun imam membacanya menurut pendapat yang kami pilih. Berdasarkan keumuman sabda Nabi صلى الله عليه وسلم: Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah Hadits ini tercantum dalam dua kitab shahih dan lainnya. Begitu pula dalam hadits 'Ubadah bin Shamit dalam kitab Sunan: Bahwasannya Nabi صلى الله عليه وسلم pernah mengimami shalat Shubuh lalu berpaling dan bersabda: Barangkali kalian membaca surat di belakang imam kalian? Mereka menjawab: Ya. Beliau bersabda: Jangan kalian lakukan lagi kecuali membaca al-Fatihah karena tidak sah shalat bagi orang yang tidak membacanya. Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa makmum membacanya meskipun dalam shalat yang jahr karena shalat yang dilakukan ini adalah shalat Shubuh yang merupakan shalat yang Jahr. Sehingga hadits ini menegaskan bahwa makmum membaca al-Fatihah meskipun imam membacanya. Didukung pula dengan keumuman hadits yang kami tunjukkan sebelumnya. Jadi, atas dasar ini kami katakan untuk makmum: Bacalah al-Fatihah, lalu jika engkau menyelesaikannya sebelum imam mulai membaca surat setelahnya, maka itulah yang dikehendaki, namun jika imam membaca surat setelahnya sebelum engkau menyelesaikan bacaan surat al-Fatihah, maka teruslah engkau membacanya hingga menyelesaikannnya. Pembawa acara: . Namun saya melihat bahwasannya termasuk perkara yang sulit bagi makmum membaca al-Fatihah ketika imam sedang membaca surat karena ini kadang terjadi membaca al-Fatihah sebagian saja dan bacaannya tidak benar. Ini disebabkan makmum membaca dengan pelan sedangkan imam membaca dengan keras? Syaikh:  Saya harap maksud min dalam perkataannmu (termasuk sulit) untuk tab'id (menunjukkan bagian dari keseluruhan) bukan untuk menjelaskan jenis. Maka Al-Fatihah sebagaimana perkataanmu: sulit bagi sebagian orang membacanya ketika imam membaca akan tetapi pada sebagian orang tidak sulit membacanya, sehingga bisa saja dia membacanya ketika imam sedang membaca. Karena hal ini telah kami coba. Pembawa acara:  Namun terkait dengan orang yang kesulitan membacanya. Syaikh:  Hendaknya dia berusaha membacanya. Nurun 'Ala ad-Darb 2 http://t.me/Al-Ukhuwwah سكتة الإمام ب عد قراءة الفاتحة وحكم قراءة الفاتحة في حق المأموم السؤال: بعض الأئمة في الصلاة الجهرية كالمغرب وغيرها من العشاء والفجر بعد قراءة الفاتحة يسرعون في قراءة سورةٍ بعدها، ولا يجعلون للمأموم فرصة لقراءة الفاتحة، فبماذا تنصحون من يفعل ذلك من الأئمة؟ وماذا على المأموم إذا لم يقرأ الفاتحة في الركعتين الأوليين؟الجواب: أما الأئمة الذين يصنعون ذلك ولا يسكتون بين قراءة الفاتحة وقراءة السورة التي بعدها فيمكن أن يكون ذلك الفعل منهم صادراً عن جهل أو عن علم، فقد يكون عن علم؛ لأن حديث سمرة في إثبات السكتتين وإحداهما بعد قراءة الفاتحة اختلف العلماء في تصحيحه، فمنهم من رآه صحيحاً وعمل به وقال: إنه يشرع للإمام أن يسكت بعد قراءة الفاتحة، والسكتة الواردة سكتةٌ مطلقة ليست محددة كما حددها بعض الفقهاء بمقدار قراءة المأموم الفاتحة، وإنما هي سكتةٌ مطلقة للفصل بين فرض القراءة ونفلها.ومن العلماء من لا يصحح الحديث، ويرى أنه ينبغي وصل قراءة ما بعد الفاتحة بها، ولا يمكن أن نحجر على أحد ما أداه إليه علمه بعد النظر والاجتهاد، لكن الحديث فيما نرى حجة، وقد أثبته الحافظ ابن حجر في فتح الباري وقال: إنه ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم هذا السكوت، وهذا بالنسبة للإمام.أما بالنسبة للمأموم فإنه يقرأ الفاتحة ولو كان الإمام يقرأ على القول الذي نختاره؛ لعموم قول النبي صلى الله عليه وسلم: ( لا صلاة لمن لم يقرأ بأم القرآن )، وهذا الحديث ثابت في الصحيحين وغيرهما، وفي حديث عبادة بن الصامت في السنن: ( أن النبي صلى الله عليه وسلم صلى بهم صلاة الصبح فانصرف وقال: لعلكم تقرءون خلف إمامكم؟ قالوا: نعم، قال: لا تفعلوا إلا بأم القرآن، فإنه لا صلاة لمن لم يقرأ بها )، وهذا ظاهر في أن المأموم يقرأ حتى في الصلاة الجهرية؛ لأن هذه صلاة الصبح وهي صلاة جهرية، فهذا الحديث واضح في أن المأموم يقرأ ولو كان الإمام يقرأ، ويشهد له عموم الحديث السابق الذي أشرنا إليه، فعلى هذا نقول للمأموم: اقرأ الفاتحة، فإن أكملتها قبل أن يبتدئ الإمام لقراءة ما بعدها فذاك، وإن شرع الإمام بقراءة ما بعدها قبل إكمالك لسورة الفاتحة فاستمر عليها حتى تكملها.مداخلة: لكن أرى أنه من الصعب أن يقرأ المأموم الفاتحة والإمام يقرأ؛ لأن هذا قد يحدث لخبطة في القراءة وتكون قراءة غير صحيحة؛ لأن هذا المأموم يقرأ سراً والإمام يقرأ جهراً؟الشيخ: أرجو أن تكون (من) في كلامك: (من الصعب) للتبعيض لا لبيان الجنس، فهي كما قلت: تصعب على بعض الناس القراءة والإمام يقرأ، ولكنها على بعض الناس لا تصعب، ويمكنه أن يقرأ والإمام يقرأ، وهذا شيء جربناه.مداخلة: لكن بالنسبة للذي تصعب عليه.الشيخ: يحاول أن يقرأ.
8 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum mengulang shalat witir dalam satu malam

HUKUM MENGULANG SHALAT WITIR DALAM SATU MALAM Pertanyaan: Aku selalu mengerjakan shalat witir di awal malam. Tapi di akhir malam aku terbangun (lagi), lalu aku shalat dua raka'at dua raka'at sebatas yang aku mampu, tanpa melakukan witir setelahnya. Apakah perbuatanku ini benar? dan apa hukum mengulangi shalat witir? Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah menjawab: "Ya, perbuatanmu itu sudah benar. Apabila seseorang telah mengerjakan shalat witir di awal malam, kemudian setelah itu Allah mudahkan ia untuk bangun di akhir malam, maka ia shalat dua raka'at dua raka'at sebanyak yang Allah mudahkan baginya. Witirnya yang pertama (di awal malam) sudah mencukupi, dan dimakruhkan mengulangi witir yang kedua kali, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, (لا وتران في ليلة) "Tidak ada dua witir dalam satu malam." dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang melakukan shalat dua raka'at setelah witir, untuk mengajarkan kepada manusia bahwa yang seperti itu tidak mengapa. Akan tetapi yang utama adalah menunda shalat witir di akhir malam, jika hal itu memungkinkan. Hendaknya ia mengerjakan shalat witir di akhir malam jika memungkinkan berdasarkan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam (اجعلوا آخر صلاتكم في الليل وتراً) "Jadikanlah shalat witir sebagai penutup shalatmu di waktu malam." apabila yang seperti ini memang memungkinkan, lebih utama. Jika tidak, maka lakukanlah yang diyakini dan beriwtirlah di awal malam. bila setelah itu engkau bisa bangun di akhir malam, kamu bisa shalat dua raka'at dua raka'at tanpa (menutupnya dengan) witir. Jazakumullahu Khairan Sumber: www.binbaz.org.sa/noor/6494 Diterjemahkan oleh: Tim Warisan Salaf #Fawaidumum #fikihsholat #fatawasholat #shalatwitir 〰〰➰〰〰 🍉 Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah 🍏 Channel kami https://bit.ly/warisansalaf 💻 Situs Resmi http://www.warisansalaf.com
8 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum duduk tawaruk dalam shaf yang sesak

HUKUM DUDUK TAWARUK DALAM SHAF YANG PENUH SESAK https://www.suaramasjid.com/go/wp-content/uploads/2016/02/iftirasy.jpg Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah Pertanyaan: Bagaimana duduk tawaruk (duduk dengan meletakkan kedua pantatnya di atas tanah) bagi makmum dalam shaf yang penuh sesak? Jawaban' Jika mesti berdesak-desakan dan tidak bisa duduk tawaruk, hendaknya dia tidak bertawaruk, karena tawaruk itu sunnah yang dianjurkan dalam tasyahhud akhir, sehingga apabila dengan tawaruk mengganggu saudaranya, maka hendaknya dia tidak duduk tawaruk. Hendaknya dia duduk di atas kaki kirinya seperti duduknya diantara dua sujud dan tasyahhud awal, karena mengganggu saudaranya itu haram, sedangkan suatu yang haram tidak menjadi halal dengan suatu yang sunnah. Suatu sunnah hendaknya ditinggalkan hingga terhindar dari suatu yang haram, sebab mengganggu saudaranya dan menzalimi mereka merupakan perkara yang tidak boleh. Jadi apabila kondisinya sempit dalam shaf, hendaknya dia tidak duduk tawaruk, namun hendaknya duduk di atas kaki kirinya seperti keadaannya antara dua sujud apabila dia mampu hal itu. Adapun apabila kondisinya sakit atau lemah tidak mampu, maka dia lakukan sesuai kemampuannya sehingga terhindar dari menyakiti sebisa mungkin. 💻🔍 http://www.binbaz.org.sa/node/10647 📁http://t.me/Al-Ukhuwwah 🇸🇦 السائل: ماذا عن التورك للمأموم في الصف المزدحم؟ الشيخ: إذا دعت الحاجة إلى التضام وعدم التورك لا يتورك، التورك سنة مستحب في التشهد الأخير ، فإذا كان يؤذي به إخوانه فلا يتورك، يجلس على رجله اليسرى كجلوسه بين السجدتين وفي التشهد الأول ؛ لأن إيذاء إخوانه محرم، فلا يستبيح المحرم بالمستحب، يترك المستحب حتى يتوقى المحرم، فإيذاء إخوانه والتعدي عليهم أمر لا يجوز، فإذا كانت مضايقة في الصف فإنه لا يتورك، بل يجلس على رجله اليسرى كحاله بين السجدتين إذا استطاع ذلك ، أما إذا كان مريض أو عاجز لا يستطيع فيعمل ما يستطيع، ويتوقى الإيذاء مهما استطاع.
8 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum menahan kentut ketika shalat

BOLEHKAH MENAHAN KENTUT KETIKA SHALAT? Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah Pertanyaan: Bolehkah menahan kentut ketika shalat? Jawaban: Ya, Dia boleh menahannya jika kentut tekanannya ringan. Adapun jika kentut tekannya kuat, maka dia hentikan shalat. Karena jika kentut tekananya ringan, dia bisa menahan kentut tanpa memberatkannya ketika dia berada dalam shalatnya, maka tidak mengapa. Seperti kencing dan buang hajat jika ringan tekanannya, maka dia sempurnakan shalatnya. Namun jika menyibukkannya dalam shalat, hendaknya dia hentikan shalat. Hendaknya dia keluarkan kentut, kencing, dan buang hajat sehingga dia shalat dengan menghadirkan hati berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: لا صلاة بحضرة طعام ولا وهو يدافعه الأخبثان “Tidak ada shalat ketika makanan sudah dihidangkan atau sambil menahan dua hadats.” (HR. Ahamd, Muslim, dan Abu Daud) Dengan demikian kentut yang kuat tekanannya yang mengganggunya, hendaknya dia hentikan shalatnya http://www​.binbaz.org.sa/noor/11682 http://bit.ly/Al-Ukhuwwah هل يجوز مدافعة الريح عند الصلاة؟ هل يجوز مدافعة الريح عند الصلاة؟ نعم له أن يدافعها إذا كانت خفيفة، أما إذا كانت شديدة يقطعها، أما إذا كانت خفيفة يمكن المدافعة بدون مشقة وهو في صلاته فلا بأس، كالبول والغائط إذا كان خفيفا يكمل صلاته، أما إذا كان يشغله في الصلاة يقطعها يخرج الريح والبول والغائط حتى يصلي بقلب حاضر، لقوله صلى الله عليه وسلم: (لا صلاة بحضرة الطعام ولا وهو يدافعه الأخبثان)، وهكذا الريح الشديدة التي تؤذيه يقطع.
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Abu Abdillah

tanya jawab ringkas – seputar puasa dan hari raya

Tanya Jawab Ringkas – Seputar Puasa dan Hari Raya Pada rubrik Tanya Jawab Ringkas edisi ini, kami muat beberapa jawaban dari al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad as-Sarbini. Hari Berpuasa “Hari berpuasa adalah hari ketika kalian semua berpuasa (bersama pemerintah), hari Idul Fitri adalah hari ketika kalian semua beridul fitri (bersama pemerintah), dan hari Idul Adha adalah hari ketika kalian semua ber-Idul Adha (bersama pemerintah).” . ( HR. at-Tirmidzi  697) Apakah hadits ini sahih? Siapa yang dimaksud pemerintah? 08562XXXXXXX Jawaban: Ya, hadits tersebut sahih dan merupakan dalil yang menguatkan berpuasa dan berhari raya bersama pemerintah, sebagaimana telah kami terangkan pada buku kami Fikih Puasa Lengkap. Pemerintah yang berijtihad menetapkan masuk-keluarnya Ramadhan serta hari raya berdasarkan ru’yah hilal atau menggenapkan bulan menjadi 30 tatkala hilal tidak terlihat. Alhamdulillah, pemerintah kita termasuk dalam jenis ini. Sirine Tanda Berbuka Puasa Di sebagian tempat, tanda ifthar biasanya dengan sirine atau dentuman meriam, apakah tanda ini dihukumi seperti azan maghrib sehingga kita boleh berbuka? 08180XXXXXXX Jawaban: Jika tanda itu bertepatan dengan terbenamnya matahari yang diketahui secara yakin atau dengan dugaan kuat berdasarkan jadwal jam buka puasa hasil ijtihad ahli hisab, boleh berbuka saat itu. Berbuka dengan Yang Manis Apakah ada dalil tentang saat berbuka puasa harus dengan makanan yang manis terlebih dahulu? 08527XXXXXXX Jawaban: Tidak ada dalil yang mengharuskan (mewajibkan) hal itu, tetapi ada dalil yang menganjurkan berbuka dengan kurma segar; jika tidak ada, dengan kurma kering; jika tidak ada, dengan air. Hukumnya hanya sunnah sebagaimana kata jumhur ulama. Puasa Ikut Pemerintah, Id Ikut Muhamadiyah Bolehkah puasa ikut pemerintah, tetapi shalat id ikut Muhamadiyah di lapangan (mendahului pemerintah)? Karena jika ikut pemerintah shalat Idnya dilaksanakan di masjid yang merupakan perbuatan bid’ah. 08585XXXXXXX Jawaban: Yang benar adalah puasa dan ‘Id bersama pemerintah walaupun pemerintah shalat ‘Id di masjid. Shalat ‘Id di masjid tidak mutlak bid’ah. Menurut guru kami yang mulia, al-Imam Muqbil bin Hadi al-Wadi’i  rahimahullah , “Shalat ‘Id di masjid padahal ada mushalla (tanah lapang) menyelisihi sunnah. Adapun berkeyakinan shalat ‘Id di masjid lebih utama, itu adalah bid’ah.” Namun, shalat ‘Id bersama Muhammadiyah berarti bergabung shalat dengan hizbiyun yang membangun amalannya berdasarkan bid’ah hisab dan mengajak kaum muslimin untuk keluar dari sunnah Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam —yakni bahwa penetapan puasa dan ‘Id adalah wewenang pemerintah, bukan pribadi dan golongan. Sunnah Puasa Syawal Apakah disunnahkan puasa pada hari kedua setelah idul fitri? 08528XXXXXXX Jawaban: Yang disunnahkan adalah puasa 6 hari pada bulan Syawal mulai tanggal 2 Syawal hingga akhir Syawal, terserah dimulai puasa pada hari ke berapa. Wanita Hamil Berpuasa Apa boleh wanita hamil (dua bulan kehamilan) berpuasa? 08532XXXXXXX Jawaban: Wanita hamil wajib berpuasa, kecuali jika kondisinya lemah sehingga puasa berat baginya dan ia mengkhawatirkan dirinya atau risiko pada janin; boleh berbuka dan wajib mengqadha di luar bulan Ramadhan. Mencium Parfum Saat Berpuasa Apa hukumnya mencium parfum saat berpuasa? 08234XXXXXXX Jawaban: Boleh mencium dan mengenakan parfum saat puasa, karena tidak ada zat berwujud yang dihirup melalui hidung, tetapi hanya sebatas bau harum. Untuk lebih lengkapnya, silakan membaca buku kami “Fikih Puasa Lengkap”. Jualan Kue Saat Ramadhan Bagaimana jika kita berjualan kue basah pada pagi hari bulan Ramadhan dengan keliling rumah warga, apakah termasuk perbuatan ta’awun dalam perbuatan dosa? 08775XXXXXXX Jawaban: Insya Allah tidak mengapa, kecuali jika Anda mengetahui atau menduga kuat (tanpa bertanya kepada yang bersangkutan) bahwa keluarga atau orang itu tidak berpuasa tanpa uzur, maka tidak boleh menjual kepadanya. Kafarat Jima’ Apa kafarat jima’ saat berpuasa pada bulan Ramadhan? 08572XXXXXXX Jawaban: Kafaratnya adalah berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, memberi makan 60 fakir miskin dengan makanan pokok (beras) mentah atau yang sudah dimasak seukuran yang mengenyangkan sekali makan. Kirim SMS Pertanyaan ke Redaksi  081328078414  atau via email ke  tanyajawabringkas@gmail.com Jika pertanyaan Anda cukup dijawab secara ringkas, akan kami muat di rubrik ini. Namun,  jika membutuhkan jawaban yang panjang lebar, akan kami muat di rubrik  Problema  Anda ,  insya Allah . Seluruh materi rubrik  Tanya Jawab Ringkas  (Asy-Syariah) dapat di akses  di  www.tanyajawab.asysyariah.com Sumber :  http://asysyariah.com/tanya-jawab-ringkas-seputar-puasa-dan-hari-raya/
9 tahun yang lalu
baca 31 menit