Manhaj

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

pengakuan mantan jamaah tabligh

PENGAKUAN MANTAN JAMA’AH TABLIGH Beberapa mantan Jama’ah Tabligh dan para Ulama’ lainnya yang telah memahami dgn benar tentang JT ini telah sepakat atas sesatnya JT. Berikut ini kita ikuti penjelasan beliau, semoga kita dikaruniakan pemahaman yang benar oleh Allah ﷻ agar dapat menyikapi dengan benar: Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh 1. Asy Syaikh Sarda Muhammad Al Bakistani Beliau berkata : “Inilah pengalamanku selama 10 tahun bersama JT. Sungguh JT dan Ulama’nya taklid buta terhadap Imam Abu Hanifah dan berlebihan terhadapnya, bahwa semua yang keluar dari Ulama’nya JT selalu dibawa (ditafsirkan) kepada kebaikan, walaupun sudah jelas bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sementara semua ucapan setiap orang yang bukan dari JT maka ucapan itu dianggap kedustaan dan mengada-ada." JT telah membedakan antara dunia dengan agama (sekuler). JT mengimani 4 tokoh thariqah Sufi yaitu : Al-Jistiyah, An-Naqsyabandiyah, Al-Qadariyah, dan As-Sahrawiyah. Orang JT meyakini bahwa seorang yang meninggal dunia dan belum berbai’at kepada salah satu dari thariqah ini maka matinya mati jahiliyah. "Orang-orang JT lebih mencintai Syaikh-syaikh mereka di atas kecintaannya kepada Rasulullah ﷺ lebih takut kepada murka Syaikh mereka daripada kemurkaan Allah ﷻ dan Rasul-Nya." "Orang JT meyakini bahwa Aqidah yang dibawa Rasulullah ﷺ adalah kesyirikan, sedangkan aqidah yang ada pada Syaikh-syaikh mereka Ad-Duyubandiyah dari JT itulah keimanan dan Islam. Syari’at itu ada yang datang dari Rasulullah ﷺ dan ada pula yang datang dari Syaikhnya JT." 2. Asy-Syaikh Abdurrohim Syah Ad-Duyubandi "Beliau telah melalui waktu yang panjang bersama pendiri JT, yaitu Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi dan putra Muhammad Ilyas, yaitu Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi. Beliau berkata : “Sesungguhnya keadaan JT ini harus kita sampaikan kepada umat karena sesungguhnya mereka itu adalah para da’i yang belum sampai kepada derajat da’i. Mereka memulai kegiatan dengan latihan berbicara di depan muslimin. Padahal kita dapati manusia tidak berani berbicara masalah kedokteran jika mereka belum menguasai ilmunya, tetapi JT ini sangat menganggap enteng (remeh) dalam urusan agama, walaupun belum mengerti apa-apa. Mengapa mereka (orang-orang JT) begitu beraninya? Karena keyakinan mereka, barangsiapa yang telah khuruj dua kali atau tiga kali, jangan ditanya lagi tentang ketinggian derajat mereka, para Ulama di hadapan mereka tidak ada apa-apanya.” 3. Asy-Syaikh Ihtisyamul Hasan Al-Kandahlawi Ad Duyubandi Beliau adalah suami saudari Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi (saudara Ipar). Beliau bukan hanya sebagai Mantan Amir JT, tetapi sudah menjadi Khalifah JT pada kurun pertama. Beliau dalam waktu yang lama memimpin JT bersama Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi. Beliau berkata : “Sesungguhnya dakwah yang muncul dari markas Nizhamuddin Delhi bukan dakwah Ilmu dan Fiqih yang mencocoki Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka wajib bagi seluruh Masyayaikh yang telah menegakkan dakwah dan tabligh agar mencocoki thariqahnya Salafush Shalih dan Ulama’ yang benar.” 4. Asy Syaikh Saifurrohman bin Ahmad Ad Dahlawi Beliau berkata : "Sungguh benar orang yang mengatakan bahwa Yahudinya umat Islam adalah Syi’ah, sedangkan Yahudinya Ahlussunnah adalah orang yang taklid buta kepada Hanafi seperti JT, yang mereka menjadi penolong-penolong kejahilan dan taklid. Mereka adalah para penyembah tokoh-tokoh mereka dan mereka mengagungkan tokoh-tokoh mereka. Mereka telah menyuburkan kebid’ahan di dalam kaum muslimin. Mereka mewajibkan kepada muslimin suatu perkara yang tidak diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka telah membuat syari’at dengan suatu syari’at yang tidak disyari’atkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya." Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang mencintai ahli bid’ah sungguh dia telah menolong menghancurkan Islam.” Beliau ﷺ juga bersabda : “Sesungguhnya Allah ﷻ menahan taubat bagi ahli bid’ah.” (Shahih Al Jami’ush Shoghir) 5. Asy-Syaikh Taqiyuddin Al Hilaly rahimahullah Beliau mempersaksikan JT dengan mengatakan : “Telah muncul di abad ke-14 ini di negeri-negeri kaum muslimin, mulai dari timur sampai barat, gerakan dakwah yang pelakunya menampakkan keikhlasan, sabar, menahan beban di dalam berdakwah. Mereka kerahkan seluruh jiwa dan raga untuk pelaksanaan dakwah, yaitu dakwahnya suatu (Jama’ah Tabligh). Mereka meletakkan 6 rukun sebagai dasar pondasi dakwah mereka (gerakan dakwah mereka disebut khuruj). Khuruj bagi JT merupakan pondasi dasar dakwah mereka (artinya JT tidak akan berkembang tanpa khuruj, pent). Kedudukan khuruj ini seperti 2 kalimat syahadat di kalangan ahli istiqamah." Barangsiapa yang mau menerima dan menyibukkan diri dengan khuruj, mereka akan dicintai dan dimulyakan dan dimintakan ampun (oleh orang-orang JT). Adapun yang tidak mau khuruj dengan JT, walaupun orang tersebut telah melaksanakan seluruh kewajiban, fardlu-fardlu, dan sunnah-sunnah. Dengan khuruj ini, ukuran bagi orang-orang JT untuk mencintai dan membenci (memusuhi) seseorang. Sungguh dakwah JT ini telah menimbulkan bahaya besar di kalangan muslimin, baik bahaya dunia maupun akhirat, diantaranya yaitu : Berbagai bid’ah dan perselisihan terhadap sunnah Nabi. Melalaikan kewajiban terhadap keluarga (anak, istri, saudara, dan orang tua), dengan tidak menunaikan hak-hak mereka. Telah memalingkan para penuntut ilmu yang bermanfaat, baik ilmu dunia maupun agama. (karena selalu diajak khuruj, pent) Terbengkalainya pekerjaan (karena selalu khuruj). Berapa banyak terjadi pertengkaran dan perpisahan antara orang tua dengan anaknya, antara suami dengan istrinya. Hanya kepada Allah kami mengeluhkan, kemudian kepada manusia atas bahaya kerusakan dan penyesatan besar yang ditimbulkan dari gerakan dakwahya JT ini. Maka wajib hukumnya bagi kaum muslimin yang memiliki sedikit ilmu untuk mengurangi kerusakan dan kejelekan yang diakibatkan gerakan dakwah JT ini dengan cara menjelaskan kepada muslimin kesesatan dan penyesatan JT sebagai pengamalan firman Allah ﷻ : “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqoroh : 159-160) Dari sini kita dapat membuktikan secara jelas bahwa JT itu bukanlah ahli dakwah yang menyeru kepada al haq, tetapi merupakan gerakan dakwah yang menyeru kepada thariqah pendiri JT, yaitu Muhammad Ilyas Al Kandahlawi di Nidzamuddin Delhi di India sebagaimana ini merupakan sifat dari semua kelompok sempalan yang menyeru kepada pendiri kelompok mereka. Hal ini berbeda dengan prinsip dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang senantiasa menyeru kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman As-Salafus Shalih. Wallahu a’lam bish shawab KESIMPULAN Sekiranya buku kecil ini dapat mencukupi bagi para pembaca sekalian untuk menjadikan cara atau alasan mewaspadai diri-diri kita, keluarga kita, dan saudara-saudara kita dari pergerakan ajaran Brahma dan Budha yang dimasukkan ke dalam Islam oleh orang-orang Kelompok Jama'ah Tabligh. Mengikuti ajaran sesat sangatlah berbahaya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kepada saudara-saudaraku sekalian kaum muslimin, hendaknya ekstra hati-hati, ekstra waspada, jangan tertipu oleh kesopanan, keramahan, kelembutan, kekhusyu’an shalat mereka, kesabaran dan keteguhan mereka, dan kesantunan berbagai lipstik indah lainnya karena di balik semua itu penuh bahaya kekufuran, kesyirikan, dan kesesatan. Kepada para ta’mir masjid, hendaknya tidak mengizinkan rombongan Jama'ah Tabligh untuk menempati masjidnya, karena kalau memberi izin kepada mereka berarti membuka pintu bagi Tabligh untuk menyebarkan virus kesesatan Jama’ah Tabligh kepada Jama’ahnya. Selain itu juga merupakan lampu hijau bagi Tabligh untuk menularkan virus kesesatan mereka kepada masyarakat sekitar masjid, di samping aktivitas mereka selama di masjid yang dapat mengotori masjid. Para ta’mir bertanggung jawab dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala atas amanahnya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melindungi diri kita dan keluarga kita dari kelompok firqah Tabligh. Amiinn…..Wallalhu a’lam bish shawwab PENUTUP Harapan besar dari penerbitan buku kecil ini adalah sebagai nasihat . kepada saudara-saudara kami yang menjadi pengikut JT agar segera menyadari dan segera bertaubat mengambil pelajaran karena takut kepada Allah ﷻ, karena hanya orang yang takut kepada Allah ﷻ yang bisa mengambil pelajaran dan peringatan. Allah berfirman : “Orang-orang yang takut kepada Allah akan mendapat pelajaran.” (QS. Al A’laa: 10) Adapun orang yang binasa akan berpaling dari nasihat dan peringatan, Allah ﷻ berfirman : “Dan orang-orang yang celaka akan menjauhinya, (yaitu) orang akan memasuki api yang besar (neraka).” (QS. Al-A’laa: 11-12) Dan telah banyak muslimin yang sempat terjerumus di dalam kesesatan JT ini, kemudian mereka kembali kepada jalan yang benar, yaitu thariqah (jalan) yang telah ditempuh oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat yang mereka telah di ridhai oleh Allah ﷻ. Allah berfirman : “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah : 100) Dengan tidak mengurangi dan menambah dari thoriqoh yang telah dinyatakan sempurna oleh Allah , Allah ﷻ berfirman : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu." (QS. Al Ma’idah : 3) Semoga buku ini ditulis semata-mata mendorong untuk saling menasihati dalam kebaikan, ikhlas karena mengharap wajah Allah subhanahu wa ta’ala, bersih dari hasad dan dengki. Karena sudah jelas dikalangan muslimin berdasarkan dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur’an dan As-Sunnah bahwa setiap perkara baru yang diada-adakan di dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan di neraka. Segala khilaf dan salah dalam buku ini adalah semata-mata dari penulis. Dan penulis bertaubat serta berlepas diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala baik di dunia ini maupun di akhirat kelak dan segala kebenaran yang terdapat dalam buku ini semata-mata dari Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menyelamatkan kita dari setiap kesesatan di dunia ini dan menyelamatkan dari siksa-Nya di neraka. Amiinn… SUMBER : Buku “Jama’ah Tabligh : Kenyataan & Pengakuan” Penyusun : Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar Al Atsary Cetakan : Pertama Jumadil Akhir 1430 H Mei 2010 M Penerbit : Hikmah Ahlus Sunnah Telegram : https://t.me/karkuntablightobat SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh
5 tahun yang lalu
baca 9 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jamaah tabligh, antara kenyataan dan pengakuan

KELOMPOK JAMA’AH TABLIGH : ANTARA KENYATAAN &. PENGAKUAN MUQODDIMAH Segala puji hanya milik Allah Robb semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, kita memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, meminta ampun kepada-Nya, dan bertaubat kepada-Nya. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kita dan keburukan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Saya bersaksi, bahwa tidak ada sesembahan yang hak disembah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam beserta keluarga dan para shahabatnya serta orang-orang yang teguh menempuh jalan mereka dan mengikuti petunjuk mereka dengan baik hingga datangnya hari pembalasan. Waba’du… Jama’ah Tabligh tentu bukan nama yang asing lagi bagi masyarakat kita, terlebih bagi mereka yang menggeluti dunia dakwah. Dengan menghindari ilmu-ilmu fiqh dan aqidah yang sering dituding sebagai 'biang pemecah belah umat', membuat dakwah mereka sangat populer dan mudah diterima masyarakat berbagai lapisan. Bahkan saking populernya, bila ada seseorang yang berpenampilan mirip mereka atau kebetulan mempunyai ciri-ciri yang sama dengan mereka, biasanya akan ditanya; ”Mas, Jama’ah Tabligh, ya?” atau “Mas, Karkun, ya?” Yang lebih tragis jika ada yang berpenampilan serupa meski bukan dari kalangan mereka, kemudian langsung dihukumi sebagai Jama’ah Tabligh. Pro dan kontra tentang mereka pun meruak. Lalu bagaimanakah hakikat jama’ah yang berkiblat ke India ini? Kajian kita kali ini adalah jawabannya. Jama’ah Tabligh. Siapa yang tak kenal kelompok ini. Ciri mereka mudah dikenali. Pakaian gamis/jubah, kepala bersorban, mata bercelak. Berpenampilan zuhud, berjalan ke sana kemari, ada yang menenteng kompor, ada pula yang berjalan telanjang kaki. Mengajak orang-orang ke masjid.  Dan seringnya bergerombol di masjid, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya untuk mengajak orang shalat. Sepintas banyak orang terpesona dengan tampang dan keramahan mereka dan tidak sedikit kaum muslimin yang menyambut ajaran mereka. Namun, Islam tidak hanya sekedar pakaian atau aksesoris murah semisal celak mata. Islam juga tidak hanya tampilan fisik, seperti berjenggot atau kening yang menghitam. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, universal. Maka salah jika dikatakan bahwa aksi teror, zikir berjama’ah, demonstrasi, dan tindakan-tindakan anarkis lainnya adalah bagian dari ajaran Islam. Begitu juga Jama’ah Tabligh, ajaran mereka juga bukan bagian dari ajaran Islam.  Bahkan, Jama’ah Tabligh sangat kental dengan ajaran Sufi dan paham Wihdatul Wujud ( manunggaling kawula lan gusti ). Sebagaimana yang dipahami oleh pendirinya. Muhammad Ilyas Al Kandahlawi . Ajaran ini menyimpang jauh dari Islam yang di ajarkan oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam. Bahkan pergerakan kelompok baru dari India ini paling bersemangat berdakwah di dunia ini dibanding kelompok-kelompok pergerakan yang lain, penyebar virus-virus kesyirikan dan kesesatan, persaudaraan, senyum ramah, dan berbagai lipstik indah lainnya. Akan tetapi ingat, dibalik baju yang bagus itu penuh bahaya kesesatan yang siap menyeret siapa saja yang lemah agamanya. Sudah banyak kaum muslimin yang termakan oleh rayuan berbisanya. Hati-hati dengan racun bermerek madu. Kelompok Jama’ah Tabligh (JT) ini telah diperingatkan oleh para Ulama’ Ahlussunnah akan kesesatannya. Kedok mereka telah dibongkar dan banyak para pengikut JT yang setia justru mengakui dan membantah kesesatan yang ada di dalam ajaran Jama’ah Tabligh. Ketauhilah wahai kaum muslimin…Dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah dibangun di atas dua kaidah penting yaitu : 1. Tarbiyah dan 2. Tashfiyah Tarbiyah adalah menyampaikan al haq (kebenaran) yaitu apa yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman As Salafushsholih (pendahulu yang shalih dari kalangan shahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in) Sedangkan Tashfiyah artinya pembersihan, yakni menyampaikan segala bentuk kebatilan sebagai lawan dari kebenaran yaitu segala yang dapat menggangu, memalingkan, mengeluarkan dan merusak kebenaran. Prinsip dakwah ini telah diterapkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam pelaksanaan dakwahnya, dalam setiap khutbah jum’at beliau dengan wajah merah memperingatkan umat agar menjauhi perkara yang baru yang diada-adakan dalam agama karena setiap perkara yang baru dalam agama adalah bid’ah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah adalah terancam dengan neraka. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan lisannya yang mulia telah mencela dengan celaan yang keras terhadap orang-orang khawarij (baca teroris, red), beliau mengatakan bahwa khawarij itu adalah anjing-anjing neraka. Bahkan beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh orang-orang khawarij dengan pembunuhan yang sadis yaitu seperti terbunuhnya kaum ‘aad karena kelompok khawarij (baca teroris,red) adalah kelompok sesat, keras, mudah mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah kaum muslimin. Sikap keras beliau ini dilandasi agar selamat dari bahaya kesesatan di dunia dan selamat dari bahaya neraka di akhirat. Artinya seorang da’i itu bukan hanya mengajarkan fardlu-fardlu, sunnah-sunnah dan keutamaan-keutamaan serta cara-cara beribadah yang benar saja, tetapi seorang da’i juga harus menyampaikan kepada umat segala bentuk dan macam kesesatan dan kebatilan, juga harus disampaikan kepada umat para pembawa dan penyebar virus-virus kesesatan dan kebatilan tersebut supaya jelas dihadapan umat dan mudah untuk menghindarinya. Memperingatkan manusia dari kebatilan dan kesesatan (tahdzir) mempunyai dua faidah, yaitu : Menghentikan mengalirnya dosa pada pencipta kesesatan karena pencipta kesesatan dan penyebarnya akan mendapat dosa sebanyak orang yang mengikutinya. Untuk menyelamatkan manusia dari terjerumusnya pada kesesatan. Inilah kiranya yang mendasari saya untuk menulis buku kecil ini, mengingat semakin menyebarnya ajaran sesat Jama’ah Tabligh dalam keadaan kaum muslimin banyak yang tidak mengerti dimana dan apa saja kesesatan kelompok ini. Semoga buku ini ditulis ikhlas karena mengharap wajah Allah subhanahu wa ta'ala serta bermanfaat bagi penulis, keluarga, pembaca dan segenap kaum muslimin. Simak dan perhatikan setiap poin penting dalam buku ini. Selamat membaca! 25 Romadhon 1428 H Abu Umamah Abdurrohim bin Abdul Qohhar Al Atsary Sumber : Buku Jamaah Tabligh, Antara Kenyataan dan Pengakuan. Bersambung ke judul : INILAH KESESATAN JAMAAH TABLIGH (1) SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh
5 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jangan menyerang orang lain dengan menuduh niatnya

JANGAN MENYERANG ORANG LAIN DENGAN MENUDUH NIATNYA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على أشرف خلق الله وعلى آله وصحبه ومن والاه أما بعد: Jangan Menyerang Orang Lain dengan Menuduh Niatnya Termasuk buruknya pengaruh fitnah terakhir ini –dan alangkah banyaknya– adalah mereka menyerang niat orang-orang yang mereka musuhi. Jadi tidaklah seorangpun bangkit membantah sebuah kebatilan yang dia ketahui kecuali mereka menghujaninya dengan tuduhan ingin tampil (bahkan tuduhan ini bisa saja muncul walaupun si penulis/penerjemah tidak mencantumkan jati dirinya –pent) dan memiliki niat buruk. Maka saya berfikir untuk membahas secara tersendiri perkara yang berbahaya ini dalam tulisan ringkas. Mudah-mudahan mereka mengambil manfaat lalu menghentikan lisan mereka dari berbicara dengan kebatilan. Dan Allah saja yang memberi taufik dan menunjukkan ke jalan yang lurus. Termasuk yang bagus untuk memulai di sini adalah mengingatkan keadaan para ulama salaf dalam membenahi niat-niat mereka. Contohnya Sufyan ats-Tsauri, dan siapa yang tidak kenal dengan Sufyan ats-Tsauri?! Beliau pernah mengatakan, . "Aku tidak pernah membenahi sesuatu yang lebih berat dari niatku, karena niatku selalu berubah-ubah." Jika sebesar imam yang seperti gunung ini niat beliau selalu berubah-ubah dan berat membenahinya, bahkan beliau merasa tidak ada yang lebih berat untuk dibenahi darinya, maka seharusnya orang yang menuduh niat orang lain lebih pantas untuk mengoreksi niatnya dan membenahinya, bukan malah menyerang niat orang-orang yang dia musuhi dengan tuduhan memiliki tujuan yang buruk dan menganggap mereka tidak ikhlas dan tidak bertujuan baik, karena keadaan dia seakan-akan mengungkapkan, "Aku orang yang ikhlas." Sesungguhnya termasuk perkara yang telah diketahui dari sejarah hidup para ulama salaf adalah menilai manusia berdasarkan lahiriah dan menyerahkan urusan hati kepada Allah. Bahkan Ibnu Abdil Barr menukil adanya ijmak atas perkara tersebut dengan mengatakan: أجمعوا أن أحكام الدنيا على الظاهر وأن أمر السرائر إلى الله. "Mereka ijmak bahwa hukum-hukum dunia berdasarkan lahiriah dan urusan hati diserahkan kepada Allah."  (At-Tamhid, 10/32) Makna seperti ini telah dihikayatkan dalam sebuah hadits yang marfu' namun tidak shahih. Sedangkan yang shahih adalah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari secara mauquf dari Umar radliyallahu anhu: إِنَّمَا كَانُوا يُؤْخَذُونَ بِالوَحْيِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِنَّ الوَحْيَ قَدِ انْقَطَعَ، وَإِنَّمَا نَأْخُذُكُمُ الآنَ بِمَا ظَهَرَ لَنَا مِنْ أَعْمَالِكُمْ. "Sesungguhnya dahulu manusia hanyalah dinilai dengan wahyu di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan sesungguhnya wahyu telah berhenti, dan sekarang kami menilai kalian hanyalah berdasarkan apa yang nampak bagi kami dari perbuatan kalian." (Shahih al-Bukhari no. 2641) Jadi konsekuensi dari ijmak yang dinukil tadi adalah bahwa orang yang menyerang niat orang lain telah merebut dari Allah sesuatu yang tidak bisa mengetahuinya kecuali Dia. Memang, terkadang nampak berbagai indikasi kuat pada seseorang yang menyebabkan buruk sangka kepadanya sebagai bentuk hati-hati darinya. Namun perkecualian ini tidak boleh dijadikan sebagai prinsip dasar, dan alangkah banyaknya penyimpangan yang menyerang manusia melalui pintu ini karena mereka mengabaikan hukum yang pasti yang tetap sebagai dasar, lalu mereka menggunakan yang sifatnya darurat yang dikecualikan sebagai gantinya tanpa rambu-rambu. Walaupun demikian jangan sampai buruk sangka kepada siapapun menyeretmu untuk menuduhnya tidak memiliki keikhlasan untuk Allah! Jika hal ini telah diketahui dan diterima dengan baik, maka termasuk perkara yang sangat tercela jika seseorang mengatakan tentang sebagian masyayikh atau saudara kita bahwa dia tidak memiliki keikhlasan niat untuk Allah dalam makalah maupun tulisan mereka  serta kepentingan-kepentingan pribadi dan hawa nafsu menguasai mereka. (Lihat: Nashihah wa Taujih Ila Muntada at-Tashfiyyah). Anehnya tidak ada seorangpun yang mengingkarinya, bahkan para pengikut merasa gembira dengan ucapan ini. Dan yang semisalnya adalah ucapan temannya, "Diantaranya tulisan iparmu yang telah didorong oleh fanatisme jahiliyyah." (Al-Jawab Anil Jawab, bagian pertama) Sesungguhnya saya benar-benar berulang kali membaca ucapan ini dan keheranan saya tidak habis dengan berlalunya hari-hari. Bagaimana bisa orang yang mengatakannya menghukumi sesuatu yang sifatnya ghaib dan saya bertanya-tanya apakah mungkin seseorang bisa mengetahui tanda-tanda dan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa keikhlasan telah hilang dari orang yang dia musuhi atau dia telah didorong oleh fanatisme jahiliyyah?! Dan sangat disayangkan saya jadi teringat dengan ucapan orang munafik yang mencela pembagian harta yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alahi wa sallam dengan mengatakan, "Ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah." (muttafaqun alaih) Dan saya berharap tidak ada yang menganggap bahwa saya menyamakan gurunya dengan orang-orang munafik, hanya saja ucapannya sama persis. Kemudian saya teringat dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika sampai kepada beliau perbuatan Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma ketika membunuh seseorang yang mengucapkan laa ilaha illallah:  يَا أُسامةُ! أَقَتَلْتَهُ بَعْدَمَا قَالَ: لا إِلهَ إِلَّا اللَّهُ؟! "Wahai Usamah, apakah engkau masih tetap membunuhnya setelah dia mengucapkan laa ilaha illallah?!" Usamah menjawab, "Dia mengucapkannya karena takut kepada senjata." Lalu beliau mengatakan: أَفَلا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لا؟! "Apakah engkau telah membelah hatinya hingga engkau bisa mengetahui apakah dia mengucapkannya karena itu atau tidak?! Usamah mengatakan, "Beliau terus mengulang-ulang pertanyaan tersebut hingga aku berangan-angan sekiranya aku baru masuk Islam hari itu." (muttafaqun alaihi dan ini redaksi Muslim hadits no. 96) Jadi walaupun dalam keadaan banyaknya pendorong buruk sangka terhadap seseorang dengan indikasi ketakutannya terhadap pedang ketika dia melihatnya diarahkan kepadanya, hanya saja Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menerima alasan Usamah radhiyallahu anhu. Jika demikian pada Nabi kita terdapat teladan yang baik, sehingga kami katakan kepada kalian, "Apakah kalian telah membelah hati orang-orang yang kalian musuhi hingga kalian bisa mengetahui apakah mereka menulis (bantahan) ikhlas karena Allah atau tidak?!" Wahai orang-orang yang menyerang niat-niat manusia: Berikut ini balasan surat yang sangat indah yang dinukil oleh al-Imam as-Sa'di dalam salah satu fatwa beliau tentang celaan sahabatnya terhadap niat beliau lalu beliau menjawabnya dengan surat tersebut. Perhatikan baik-baik –rahimakumullah– dan berhentilah pada setiap katanya, karena sungguh itu merupakan balsem bagi penyakit yang berbahaya yang telah menimpa kalian ini. _________________ "Wahai saudaraku, jika engkau meninggalkan perkara yang wajib atas dirimu yaitu cinta karena agama, dan engkau menempuh perkara yang haram atas dirimu yaitu menuduh saudaramu dengan niat yang buruk walaupun anggaplah dia telah melakukan kesalahan dan engkau menjauhi sikap hikmah dalam berdakwah dalam perkara-perkara seperti ini, maka sebelum masuk kepada jawaban saya kepadamu atas kritikanmu, saya ingin mengabarkan kepadamu: Saya tidak akan meninggalkan perkara yang wajib atas saya berupa menjaga kecintaan kepadamu dan terus mencintaimu berdasarkan apa yang saya ketahui dari agamamu semata-mata karena membela diri saya, bahkan saya akan menambahnya dengan memberikan udzur untukmu atas celaan terhadap saudaramu bahwa yang mendorongmu untuk melakukan hal itu adalah niat yang baik. Hanya saja niat baik tersebut tidak disertai dengan ilmu yang membenarkannya, pengetahuan yang menjelaskan tingkatannya, dan tidak pula sikap wara' (kehati-hatian) yang menjadikan seorang hamba tidak melanggar batas yang ditetapkan oleh peletak syariat atasnya. Jadi karena baiknya niatmu maka saya memaafkan dirimu atas apa yang muncul darimu berupa tuduhan memiliki niat buruk kepada saya. Anggaplah kebenaran itu bersama dirimu secara meyakinkan, apakah kesalahan seseorang merupakan bukti buruknya niat dirinya. Jika perkaranya seperti itu niscaya wajib menuduh seluruh ulama umat ini dengan niat-niat yang buruk, karena apakah ada seorangpun yang bersih dari kesalahan?! Bukankah kelancangan yang engkau lakukan menyelisihi ijmak kaum muslimin, yaitu bahwasanya tidak halal menuduh seorang muslim memiliki niat yang buruk jika dia terjatuh dalam kesalahan?! Dan Allah telah memaafkan kesalahan yang tidak disengaja yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman dalam ucapan, perbuatan, dan semua keadaan. Kemudian kami katakan: Anggaplah boleh bagi seseorang untuk menuduh niat orang yang indikasi-indikasi kuat dan tanda-tanda menunjukkan niatnya yang buruk, apakah halal bagimu untuk mencela seseorang yang engkau memiliki bukti-bukti yang banyak yang menunjukkan baiknya niatnya dan jauhnya dari niat buruk, yang hal itu tidak membolehkan bagimu untuk membayangkan sedikitpun apa yang engkau tuduhkan kepadanya?! Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berbaik sangka kepada saudara-saudara mereka jika dituduhkan kepada mereka hal-hal yang menyelisihi konsekuensi iman. Allah Ta'ala berfirman: لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا. "Mengapa ketika kalian mendengar berita buruk itu orang-orang yang beriman baik pria maupun wanita tidak berbaik sangka kepada diri mereka sendiri." (An-Nur: 12) Dan ketahuilah bahwa pendahuluan ini bukan bertujuan untuk membalas ucapanmu, karena sesungguhnya saya seperti yang telah saya isyaratkan kepadamu bahwa saya telah memaafkanmu jika saya memiliki hak, tetapi tujuannya adalah nasehat dan menjelaskan posisi tuduhan semacam ini menurut akal, agama, dan kehormatan manusia." (Al-Fatawa as-Sa'diyyah, hlm. 61-62) _________________ Saya katakan: Allahu akbar, alangkah bersihnya kata-kata dan alangkah bagusnya sifat-sifat tersebut, seandainya orang-orang yang membicarakan niat manusia itu mau berhias dengan sepertiganya atau seperempatnya kita tidak akan sampai seperti ini. Apakah mereka ini tidak bisa mengucapkan seperti yang diucapkan oleh beliau bahwa yang mendorong orang yang mereka musuhi untuk melakukan hal itu adalah niat yang baik. Hanya saja niat baik tersebut tidak disertai dengan ilmu yang membenarkannya, pengetahuan yang menjelaskan tingkatannya, dan tidak pula sikap wara' (kehati-hatian) yang menjadikan seorang hamba tidak melanggar batas yang ditetapkan oleh peletak syariat atasnya. Tanpa perlu menyerang niat dan memvonis tujuannya. Ya Allah, benahilah niat-niat kami dan perbaguslah tujuan kami baik dalam perkara-perkara yang kecil maupun yang besar. Baca juga : Hidup Bernafas Ketulusan Ditulis oleh: Abu Anas Abdurrahman Habak Ibukota Aljazair, selepas matahari tergelincir, Selasa 27 Rabi'ul Akhir 1441 atau 24 Desember 2019 https://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=24637 Sumber : https://t.me/jujurlahselamanya/1763
5 tahun yang lalu
baca 10 menit
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin