Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

temukan kelebihan anak!

(122) Temukan Kelebihan Anak! Anak identik dengan dunia unik. Alam berpikir mereka menjelajah jauh. Anak-anak tetaplah anak-anak. Belum bisa dinilai apalagi disamakan dengan yang telah dewasa. Orang dewasa saja masih banyak yang kekanak-kanakan! Menilai anak jangan terburu-buru! Tidak boleh menghukumi, sementara mereka masih proses berkembang. Apa alasan Anda memutuskan seorang anak . bodoh, nakal, lemah ingatan, pemalas, suram masa depannya, tidak bisa apa-apa, hanya beban saja, atau vonis-vonis buruk lainnya?! Setiap anak pasti punya kelebihan. Jangan hanya melihat kekurangan-kekurangannya saja! Ada yang lemah secara akademis, namun unggul di bidang sosial. Ada yang terbelakang dalam hafalan, tetapi kedisiplinan waktunya menakjubkan. Ada anak kurang daya ingatnya, di sisi lain ia pantang menyerah. Tidak ada anak terlahir sia-sia. Setiap anak di atas fitrah, kedua orangtuanya lah yang berpengaruh. Menyaksikan alam semesta beserta seluruh ciptaan yang ada, doa orang beriman adalah : رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّار " Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa neraka " (QS Ali Imran: 191) Ya Allah, tiadalah Engkau menciptakan anak-anak kami sia-sia. Maha suci Engkau. Lindungilah kami dan anak-anak kami dari siksa neraka. 0000____0000 Mata pelajaran dan disiplin ilmu, anak-anak pun berbeda-beda. Ada yang lemah di satu bidang ilmu, namun kuat di bidang yang lain. Ada yang berbakat di satu mata pelajaran,  tetapi di mata pelajaran lainnya tertinggal jauh. Tidak mengapa lah! Selama masih mau belajar, tetap kita support. Asalkan ada keinginan belajar, kita semangati saja. Adz Dzahabi ( Tadzkiratul Huffaz 3/1031) menyatakan, " Banyak ulama spesialisasi nya di satu bidang ilmu, namun tidak di bidang yang lain. Sibawaih, contohnya. Beliau imam di bidang Nahwu, namun tidak mendalami hadis. Waki' adalah imam di bidang hadis, tetapi tidak menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab. Abu Nuwas tokoh penyair, namun di bidang lainnya tidak. Abdurrahman bin Mahdi tokoh besar ilmu hadis, tidak mengerti ilmu kedokteran sama sekali. Muhammad bin Al Hasan pakar fikih tetapi tidak menguasai ilmu Qiraat. Juga Hafs yang menjadi imam di bidang Qiraat, namun lemah dalam hadis" Berikut ini contoh-contoh lain yang disebutkan Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala : 1. Adh Dhahak bin Muzahim. Ahli tafsir dan tidak begitu bagus dalam hadis (4/598) 2. Ibnu Ishaq. Pakar tarikh dan sejarah namun statusnya hasan dalam hadis (7/37) 3. Umar bin Hasan bin Dihyah. Pakar bahasa tetapi lemah di hadis (22/391) Intinya begini...  Sejak sedini mungkin, anak-anak harus dipantau dan dimonitor. Perkembangan mereka diamati, terutama mata pelajaran yang diajarkan, mana yang membuat anak tertarik dan senang, dan apa yang menjadikan mereka kesusahan. Mata pelajaran yang ia senangi, kita support semaksimal mungkin. Mata pelajaran yang baginya dirasa sulit, kita bantu dengan privat-privat. Menggunakan metode yang beragam. Tidak terkesan memaksa atau menekan di luar batas kemampuan. Optimis dan jaga harapan, bahwa ada bidang-bidang ilmu yang disenangi anak. Cari, temukan, lalu bantulah anak untuk mengembangkan. Boleh jadi anak kita ; ada yang ahli qiraat, ada yang pakar nahwu, ada yang menjadi sejarawan Islam, ada yang spesialis fikih, ada yang hafiz, ada yang menonjol materi akhlak nya, atau bidang ilmu lainnya.  Jangan menuntut anak menjadi ahli di segala bidang! Mari mendampingi anak dengan senang hati dan penuh kegembiraan. Agar anak-anak dapat tersenyum dan bahagia. Insya Allah.  رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ " Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami)" Lendah, 15 Dzulqa'dah 1443 H/15 Juni 2022 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

memetik buah kesabaran dari ketaatan kepada waliyul amr di masa pandemi

MEMETIK BUAH KESABARAN DARI KETAATAN KEPADA WALIYUL AMR DI MASA PANDEMI 🎙️Al Ustadz Ahmad Khadim حفظه الله Rahimani wa rahimakumullah. Marilah kita semua, sadar dan yakin bahwa kita ini sebagai hamba Allah Jalla wa 'Azza yang tidak diciptakan oleh Allah Jalla wa 'Azza kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah, untuk mentauhidkan Allah Jalla wa 'Azza. Demikian pula, marilah kita sadar dan menyakini bahwa kita hidup di negara ini sebagai rakyat. Kesadaran kita, sebagai rakyat ini sangat penting bagi kita. ✅ Dalam upaya untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya, ✅ Dalam upaya untuk menciptakan situasi yang kondusif,  ✅ Dalam upaya untuk memberikan saham kebaikan terhadap negara dan umat yang ada di negara kita ini. Oleh karena itu, Ahlussunnah wal Jama'ah punya prinsip terkait rakyat kepada penguasanya dan ini perlu disadari sekali lagi diyakini bahwa;  ❌ Ketika prinsip ini dilanggar, ❌ Ketika prinsip ini diterjang, ❌ Ketika prinsip ini ditentang, 🚨 Akan menimbulkan kekacauan,  🚨 Akan menimbulkan situasi yang tidak kondusif, 🚨 Dan akan menimbulkan berbagai macam bentuk kenegatifan dan kehancuran, ketika tidak diindahkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu bukan hanya sekedar situasi yang aman dan kondusif atau hal-hal yang menyebabkan tentram dan sejuk masyarakat, tapi ini merupakan ajaran agama Allah, merupakan bimbingan Al-Qur'an dan Sunnah yaitu;  ❇️ Wajib taat kepada pemerintah kita dalam perkara yang ma'ruf, ❇️ Wajib kita taat kepada pemerintah dalam perkara yang ma'ruf, dalam perkara yang baik yang tidak menyelisihi Al-Qur'an dan Sunnah. Demikian pula, kita dilarang oleh syariat, kita dilarang oleh Islam untuk membangkang pemerintah kita, untuk menentang pemerintah kita dan tidak taat kepada pemerintah kita dalam perkara yang ma'ruf dan kitapun diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya untuk sabar akan segala sesuatu dari anjuran pemerintah, pemerintah yang mengatur semua ini terkhusus di masa pandemi ini. Jangankan di masa pandemi, bukan di masa pandemi, seandainya pemerintah kita dzholim kepada kita, mengambil harta kita, memukul punggung-punggung kita, kita diperintah oleh Allah untuk sabar. 🚫 Jangan sampai kita malah membangkang atau memberontak wal 'iyadzubillah. Pembangkangan, pemberontakan itu bukan ajaran Islam terhadap penguasa muslim, terhadap pemerintah muslim, Islam sangat mengecam tindakan radikalisme, pemberontakan dan segala upaya penentangan kepada pemerintah. Oleh karena itu, sadarnya kita sebagai masyarakat atau rakyat ini penting, terutama di masa pandemi yang pemerintah memberikan prokes (protokol kesehatan) kepada kita. 🚧 Jangan sampai kita mengambil alih tugas pemerintah. 🚧 Jangan sampai kita mengecam pemerintah, menentang pemerintah, membantah pemerintah. 🚧 Dan jangan sampai pula kita memberikan sanksi kepada sesama kita, ketika di antara kita ada jatuh pada salah yang sanksi itu melebihi takaran pemerintah. 🚧 Dan jangan sampai kita berlebih-lebihan, ghuluw, dalam mensikapi prokes yang ada. 👉🏼 Kembalikan kepada pemerintah,  👉🏼 Tanya kepada pemerintah, 🔥 Bukan menyaingi hukum-hukum pemerintah, 🔥 Bukan menyaingi SE-SE (Surat Edaran) pemerintah, 🔥 Bukan membantah pemerintah, bukan membantah pemerintah, 🔥 Dan bukan memberikan sanksi kepada siapa saja yang salah, terjatuh pada pelanggaran prokes, yang sanksi itu melebihi sanksi pemerintah. Oleh karena itu hadirin rahimani wa rahimakumullah. Sabar itu merupakan anugerah Allah yang terbaik.  💐 Sabar ketika taat kepada Allah, yang di dalamnya juga ada unsur taat kepada pemerintah kita dalam perkara yang baik. 💐 Sabar ketika menjauhi maksiat kepada Allah, kita tinggalkan, kita jauhi segala bentuk maksiat kepada Allah, segala bentuk yang menjerumuskan kepada dosa dan kemurkaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala kita tinggalkan, kita jauhi, kita hindari. 💐 Demikian pula sabar ketika kita tertimpa musibah, di antara musibah adalah adanya wabah virus corona ini, atau musibah yang menimpa diri kita, sakit, kematian, ataupun kemiskinan.  Ketika kita sebagai hamba Allah Azza wa 'Azza sabar dalam tiga hal ini, sabar ketika taat kepada Allah dengan penuh ikhlas, sabar ketika menjauhi maksiat kepada Allah dengan penuh ikhlas dan sabar ketika kita tertimpa musibah dengan penuh ikhlas hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka, Allah telah memberi dia pemberian yang terbaik dan terluas dalam Islam ini, dalam agama ini, dalam nikmat ini. Dan Allah akan memberikan pahala yang tiada henti-hentinya, tiada tara dan tidak ada batasnya sekehendak Allah Jalla wa 'Azza ketika memberikan pahala kepada kita, hamba-Nya. Sumber: Cuplikan Khutbah Iedul Fitri 1443H, Lapangan Dirgantara Kota Malang https://t.me/Salafy_Sorowako/1879
2 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

dunia, haus menggerus

 .(108) Haus Menggerus Singkat cerita, syahwat dunia sering diidentikkan dengan 3 hal, yaitu tahta, harta, dan wanita. Memang perlu dirinci. Juga masih bisa ditambah dan dikembangkan.  Contoh syahwat dunia lainnya adalah popularitas.  Namun, singkat ceritanya demikian. Kita sedang berbicara tentang syahwat dunia. Mengenai orang-orang yang menghinakan diri sebagai budak-budaknya. Mereka yang lebih memilih memuaskan syahwat dunia,  dibanding berlelah-lelah mengekang syahwat demi kebahagiaan akhirat. Tidak akan ada puasnya! Titik! Mana bisa puncak terlampiaskan? Sebab, syahwat dunia bukannya terpenuhi lalu berhenti. Ia terus berambisi hingga mati oleh kepongahan dan keangkuhannya sendiri. Ibnul Qayyim ( Uddatus Shabirin, hal.276 ) membuat analog yang memadankan antara kehidupan dunia dan perjalanan sebuah rombongan. Sebuah rombongan yang telah menempuh perjalanan jauh. Bekal makanan menipis, bahkan air minum telah habis. Haus dan benar-benar haus. Tibalah rombongan di tepi laut. Mereka yang haus namun hilang akal, melihat air laut sebatas fisiknya.  Air!  Mereka tidak lagi secara sehat berpikir bahwa minum air laut tidak menghilangkan haus. Tidak ada lagi pertimbangan efek dan dampaknya. Pokoknya; haus. Pokoknya ; ada air. Mereka minum air laut. Semakin banyak yang diminum, semakin bertambah haus. Terus mereka minum, justru perut menjadi sakit. Bahkan, bisa berujung kematian. Berbeda hal dengan orang-orang yang masih berakal. Walau lelah, meski payah, mereka masih bisa berpikir akibat buruk minum air laut yang asin. Mereka menjauh dari tepi laut. Mereka mencari dataran. Mereka menemukan tanah yang baik. Mereka menggali sumur. Mereka menemukan air segar, sejuk, dan tawar. Karena melekat rasa sayang, mereka mengajak rombongan yang masih ada di tepi laut. Mereka panggil. Mereka beritahu.  Namun, rata-rata rombongan tidak percaya, bahkan ada yang mencemooh dan mengejek. Hanya satu dua saja yang menyambut. Demikianlah analog yang diberikan Ibnul Qayyim! Para pemburu syahwat dunia ibarat orang haus yang minum air laut. Akan selalu haus. Tidak terpuaskan. Ingin berhenti, namun tak bisa. Karena belum juga sadar, di sana ada air yang segar dan sejuk. Syahwat dunia bagai air laut! Orang-orang yang berpikir jernih. Memandang sangat jauh ke depan. Mereka yang sadar bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah di dunia.  Mereka yang berpikir jernih itu akan mencari sumber air yang jernih juga. Mereka ingin kehidupan yang bersih. Tidak keruh, apalagi kotor. Tidakkah cukup engkau merasakan lelah? Belumkah tiba saatnya engkau melepaskan diri dari belenggu dunia? Ingatlah, bahwa mereka yang beruntung adalah mereka yang selalu mengingat bahwa : {وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ} “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” QS. Ali Imran 185 {قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى }  “Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” QS. An Nisa’:77 وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ  “Mereka merasa bahagia dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” QS. Ar Ra’du:26 Semoga kita tidak termasuk yang Allah Ta'ala firmankan : بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى ( 17 ) "Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal" QS. Al A’la: 16-17. Lendah, 05 Ramadhan 1443 H/07 April 2022 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 3 menit