Hadits

Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

wanita berpakaian tapi telanjang

Wanita Berpakaian Tapi Telanjang صنفان من أهل النار لم أرهما، قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس، ونساء كاسيات عاريات مميلات مائلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة، لايدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا كذا Ada dua golongan dari penduduk neraka yang saat ini aku belum melihat keduanya. Yang pertama, satu kaum yang membawa cambuk cambuk seperti ekor sapi, yang dengannya mereka memukul manusia. Kedua, para WANITA YANG BERPAKAIAN TAPI TELANJANG, mereka miring dan membuat miring orang lain, KEPALA KEPALA MEREKA SEPERTI PUNUK UNTA YANG MIRING, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya surga, padahal wanginya surga dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (HR:Muslim no.5547). Al Imam Nawawi Rohimahulloh menyatakan hadits diatas termasuk mukjizat kenabian karena dua golongan yang disebutkan oleh Rosululloh Shollallohu'alaihi wasallam tersebut telah muncul dan didapatkan. Adapun makna كاسيات عاريات wanita wanita itu memakai nikmat Allah tapi tidak mensyukurinya. Ada pula yang memaknakan, para wanita tersebut menutup sebagian tubuh mereka dan membuka sebagian yang lain guna menampakkan kebagusannya. Makna lainnya, MEREKA MEMAKAI PAKAIAN TIPIS YANG MENAMPAKKAN WARNA KULITNYA DAN APA YANG TERSEMBUNYI DIBALIK PAKAIAN TERSEBUT. 🏿مائلات maknanya mereka menyimpang dari ketaatan kepada Allah dan dari perkara yang semestinya dijaga. 🏿مميلات maknanya mereka mengajarkan perbuatan mereka yang tercela kepada orang lain. ada pula yang menerangkan 🏿مميلات مائلات dengan makna MEREKA BERJALAN DENGAN MIRING BERLAGAK ANGKUH DAN MENGGOYANGKAN PUNDAK MEREKA. makna yang lain, Mereka menyisir rambut mereka dengan gaya miring seperti model sisiran wanita pelacur, mereka juga menyisir rambut wanita lain dengan model sisiran seperti mereka. 👈🏿رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة maknanya mereka membesarkan rambut mereka dengan melilitkan sesuatu dikepala mereka.(Al-Minhaj, 14/336). Para wanita yang disebutkan dalam hadits diatas mengenakan pakaian tapi tidak menutupi tubuh mereka, karena mereka memakai pakaian yang tipis sehingga menampakkan kulitnya, atau memakai pakaian ketat hingga menampakkan lekuk lekuk tubuhnya. Padahal yang semestinya dikenakan oleh wanita saat keluar rumahnya adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak menampakkan kulit dibalik pakaiannya, tidak pula membentuk tubuhnya(ketat), karena pakaian itu tebal dan lebar/lapang. (Majmu' Al Fatawa,22/146). Dinukil dari tulisan Ustadzah Ummu Ishaq Al Atsariyyah dengan Judul Pakaian Wanita dihadapan Non Mahram. Asy Syariah No 52/V/1430H/2009. Klik join Chanel telegram http://bit.ly/FadhlulIslam www.salafymedia.com Bandung 30 Safar 1437H/12 Desember 2015. Fadhlul Islam Bandung ➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Berpakaian Tetapi Telanjang Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah radhiallahu ‘anhu bersabda, صِنْفَان مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَم أَرَهُمَا …. )الْحَدِيثَ، وَفِيهِ: ( وَنسَاءٌ كَاسيَاتٌ عَاريَاتٌ مُميلاَتٌ مَائلاَتٌ، رُؤُوْسُهُنُّ كَأَسِنَمَةِ الْبُخْتِ الْمَائلَةِ، لاَ يَدْحُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ منْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا. “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum melihat keduanya…” (hadits ini masih berlanjut dan di dalamnya ada lafadz:) “… dan para perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, memiringkan lagi miring. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wangi surga. Padahal wangi surga bisa tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 5547) Apa perbuatan para perempuan di atas? Mereka itu adalah ‘perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang’, . كَاسيَاتٌ عَاريَاتٌ Kalimat ini memiliki beberapa makna. Mereka berpakaian dengan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala, tetapi telanjang dari mensyukuri nikmat tersebut (tidak mau bersyukur). Mereka mengenakan pakaian, tetapi telanjang (enggan) dari melakukan keba ikan, enggan memberikan perhatian terhadap akhirat mereka, dan enggan mementingkan ketaatan. Mereka membuka suatu bagian dari tubuh mereka (di hadapan lelaki ajnabi) karena ingin menampakkan keindahannya. Mereka yang berbuat seperti ini dikatakan berpakaian tetapi hakikatnya telanjang. Mereka memakai pakaian yang tipis sehingga menampakkan apa yang ada di balik pakaian tersebut. Mereka berpakaian, tetapi secara makna mereka telanjang. Para perempuan ini berjalan dengan gaya angkuh seraya menggerak-gerakkan pundak mereka. Mereka menyisiri rambut mereka dengan model miring persis seperti gaya sisiran perempuan “nakal”. Rambut mereka tampak besar karena dililiti dengan balutan atau yang semisalnya sebagai hiasan, sehingga seperti punuk unta yang miring. Adapula yang mengatakan bahwa mereka mengikat rambut mereka tinggi di atas kepala. Mereka adalah perempuan yang jauh dari menaati Allah subhanahu wa ta’ala, jauh dari menjaga kemaluan, dan hal selainnya yang harus mereka jaga. Mereka mengajarkan perilaku mereka yang tercela kepada perempuan lain. (al-Minhaj, 13/336 dan 17/188) Perempuan, menurut aturan Islam yang agung, diperintah untuk menutup auratnya dengan sempurna di hadapan lelaki yang bukan mahramnya. Sempurna dalam artian tidak boleh menampakkan bagian tubuhnya yang tidak diperkenankan terlihat oleh selain lelaki dari kalangan mahramnya. Yang dituntut dari menutup aurat tersebut tidaklah ‘asal menutup’, tetapi terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga dikatakan aurat telah tertutup sesuai yang dimaukan syariat. Di antaranya, pakaian penutup tersebut harus panjang menutupi seluruh tubuh, tidak boleh pakaian pendek sehingga menampakkan sebagian tubuh, tidak sempit sehingga membentuk lekuk-lekuk tubuh, tidak tipis sehingga menggambarkan apa yang ada di balik pakaian tersebut, tidak dihiasi dengan bermacam-macam hiasan, dan lain sebagainya. Syarat-syarat inilah yang tidak dipenuhi oleh para perempuan yang disebutkan dalam hadits di atas. Mereka memang mengenakan pakaian yang menempel pada tubuh, tetapi hakikatnya telanjang karena pakaian yang semestinya dipakai untuk menutup aurat mereka di hadapan ajnabi justru tidak menutup aurat sama sekali. Sumber : .http://asysyariah.com/wanita-yang-tidak-mencium-wangi-surga/
9 tahun yang lalu
baca 5 menit
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin

keutamaan mengucapkan salam

9 tahun yang lalu
baca 1 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sunnah yang ditinggalkan setelah membaca al-quran

SUNNAH YANG DITINGGALKAN SETELAH MEMBACA AL QUR'AN Sunnah yang terlupakan oleh kebanyakan manusia, setelah selesai membaca al qur'an. Disunnahkan setelah selesai membaca al qur'an, untuk membaca berdo'a [Kafaratul Majlis]: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أشهد أن لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ. Dalil atas yang demikian, adalah hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata: مَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَجْلِسًا قَطُّ، . وَلاَ تَلاَ قُرْآناً،  وَلاَ صَلَّى صَلاَةً إِلاَّ خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ، قَالَت ْ: فَقُلْتُ:  يَا رَسُولَ اللهِ،  أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِساً،  وَلاَ تَتْلُو قُرْآنًا،  وَلاَ تُصَلِّي صَلاَةً  إِلاَّ خَتَمْتَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ ؟  قَالَ نَعَمْ،  مَنْ قَالَ خَيْراً خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ،  وَمَنْ قَالَ شَرّاً كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أشهد أن لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ). "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dalam sebuah masjid, tidak pula beliau membaca al qur'an dan tidak pula melaksanakan sebuah shalat, kecuali beliau menutup dengan beberapa kalimat (do'a). Maka Aisyah berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, sesungguhnya tidaklah aku melihat anda duduk di sebuah majlis, tidak pula anda membaca al qu'an, tidak pula anda melaksanakan suatu shalat, kecuali anda menutupnya dengan kalimat-kalimat tersebut? Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: Betul, dikarenakan barangsiapa yang berkata sesuatu kebaikan, kemudian ditutup dengan do'a tersebut, maka akan dicatat baginya kebaikan. Dan barangsiapa yang berkata kejelekan maka do'a tersebut sebagai kafarat (penebus). سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أشهد أن لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ. "Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah kecuali Engkau dan aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu." ======== Adapun pada masa ini, kebanyakan manusia -kecuali orang yang Allah rahmati- mereka meninggalkan sunnah ini. Mereka berdo'a setelah selesai dari membaca al qur'an: صدق الله العظيم "Maha Benar Allah yang Maha Agung." Atau dengan mencium mushaf al qur'an. Maka seyogiyanya bagi kita, untuk menyebarkan sunnah ini... ======== Dan sungguh al Imam an Nasai' rahimahullah telah membuat bab, tentang hadits ini dengan ucapan beliau: "Apa yang dibaca tatkala selesai membaca Al Qur'an" Sanadnya shahih, dikeluarkan oleh al Imam an Nasai' dalam "as Sunnan al Kubro" Berkata al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam "an Nukat" (2/733), sanadnya shahih. Berkata asy Syaikh al Albaniy rahimahullah, dalam "ash Shahihah" (7/495): "Ini sanad yang shahih, juga dengan syarat Imam Muslim. Berkata asy Syaikh Muqbil al Wadi'i dalam kitab "al Jami'ush Shahih mimma Laisa fi Shahihain" (2/128): "Ini hadits yang Shahih." Wallahu a'lam bish Shawwab ●●●●●●● Forum Salafy Purbalingga **** Disebarkan Oleh Happy Islam | Arsip Fawaid Salafy Join Channel Telegram telegram.me/happyislamcom
9 tahun yang lalu
baca 3 menit