??? HADITS PERTAMA BAGIAN III
وللنية مرتبتان: نية العمل، ونية المعمول له. أما نية العمل: فمرتبتان أيضًا: تمييز العبادات عن العادات. الثانية: تمييز العبادات بعضها عن بعض.
? Niat memiliki dua tingkatan, yaitu:
1⃣ Niat amalan.
2⃣ Niat untuk siapa amal itu dikerjakan?
? Adapun niat amalan, ia memiliki dua tingkatan juga, yaitu:
1⃣ Niat untuk membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan.*
2⃣ Niat untuk membedakan antara satu jenis ibadah dengan ibadah yang lainnya.**
وأما المرتبة الثانية: وهي نية المعمول له، فهي أن يقصد العامل بعمله وجه الله تعالى والدار الآخرة.
? Adapun tingkatan kedua: yaitu niat untuk siapa amal itu dikerjakan? yaitu hendaknya orang yang beramal meniatkan dengan amalnya tersebut untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala semata dan negeri akhirat.***
وهٰهنا يتفاوت الخلق تفاوتًا لا يعلمه إلا الله، ويؤجر الإنسان على قدر نيته إذا تعذر عليه العمل، وكان من نيته أنه لولا العذر لَعَمِلَ ذلك العمل، كما قال ﷺ: «من مرض أو سافر كتب له ما كان يعمل صحيحًا مقيمًا» (أخرجه البخاري: ٢٩٩٩).
? Pada tingkatan kedua inilah manusia bertingkat-tingkat kedudukannya dengan perbedaan yang hanya diketahui oleh Allah ‘azza wajalla.
? Manusia akan diberi balasan sesuai dengan kadar niatnya yang ini, apabila ia belum bisa mengamalkannya dalam keadaan ia berniat kalau bukan karena udzur tersebut niscaya dia akan mengamalkannya. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ,
? “Barangsiapa yang sakit atau sedang safar (perjalanan jauh), maka akan dicatat baginya pahala yang biasa dia kerjakan ketika sehat dan mukim (tidak safar).” (HR. Bukhari: 2999)
قال بعضهم: «لو صنفت كتابًا في الفقه، لصدرت كل باب من أبوابه بحديث عمر هذا».
? Berkata sebagian ulama, “Seandainya aku menulis kitab tentang fikih, niscaya aku akan membuka pada setiap babnya dengan hadits Umar radhiyallahu ‘anhu ini.”
فالنية تدخل في أبواب الفقه كلها؛ لأنها شرط لجميع الأعمال، والعبرة على ما في القلب، لا على ما يلفظ به اللسان إذا خالف ما في القلب في العبادات والمعاملات وجميع العقود.
? Niat masuk ke dalam seluruh pembahasan bab-bab fikih. Karena niat adalah syarat bagi seluruh amalan. Dan yang menjadi patokan adalah apa yang ada di dalam hati, bukan apa yang diucapkan oleh lisan, apabila yang diucapkan oleh lisan menyelisihi apa yang ada di dalam hati dan hal ini dalam seluruh ibadah, muamalah (seperti transaksi jual beli dan lainnya, pent) dan seluruh jenis akad perjanjian.
==========
*Seperti mandi dengan niat untuk menghilangkan hadats besar, maka mandinya dianggap ibadah. Namun, apabila hanya sekadar untuk membersihkan badan, mandinya dianggap adat kebiasaan.
**Seperti ketika seseorang sholat dua rakaat. Maka dengan niat akan terbedakan, apakah ia akan melaksanakan sholat dhuha, tahiyatul masjid, istikharah atau yang lainnya.
***Apabila ia tidak meniatkan seperti itu, maka ia akan terjatuh ke dalam perbuatan syirik.
? WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
? Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com
? Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah