Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah ta’ala berkata: “Tidak boleh menyebutkan hadits dha’if tanpa diiringi dengan penjelasan tentang kedha’ifannya, kecuali untuk masalah targhib wa tarhib (motivasi dan ancaman).
Sejumlah ulama memberikan keringanan untuk menyebutkannya dengan tiga syarat:
Berdasarkan keterangan di atas, maka faedah menyebutkan hadits dhaif ketika memotivasi suatu amalan (targhib) adalah mendorong jiwa untuk melakukan amalan yang dimotivasi untuk kita melakukannya dengan berharap pahalanya, kemudian jika mendapatkan pahala (maka alhamdulillah) dan jika tidak maka tidak menjadi masalah baginya kesungguhannya dalam beribadah, dan dia tidak akan terluputkan pahala yang pokok (yaitu pahala asal amalan yang berdasar hadits yang shahih) yang diraih dengan melakukan suatu perkara yang diperintahkan.
Dan faedah menyebut hadits dhaif dalam tarhib adalah menjauhkan jiwa untuk melakukan perkara yang diancamkan dengannya karena khawatir terjadinya hukuman tersebut dan tidak masalah baginya jika dia menjauhinya dan pada kenyataannya tidak terjadi hukuman tersebut.”
Sumber: Mushthalah Al-Hadits, Maktabah Mua’assasah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, h. 16)
قال الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله تعالى :
ولا ذكره غير مقرون ببيان ضعفه إلا في الترغيب والترهيب؛
فقد سهّل في ذِكْره جماعة بثلاثة شروط :
1 – أن لا يكون الضعف شديداً.
2 – أن يكون أصل العمل الذي ذكر فيه الترغيب والترهيب ثابتاً.
3 – أن لا يعتقد أن النبي صلّى الله عليه وسلّم قاله.
وعلى هذا فيكون فائدة ذكره في الترغيب : حث النفس على العمل المرغب فيه، لرجاء حصول ذلك الثواب، ثم إن حصل وإلا لم يضره اجتهاده في العبادة، ولم يفته الثواب الأصلي المرتب على القيام بالمأمور.
وفائدة ذكره في الترهيب تنفير النفس عن العمل المرهب عنه للخوف من وقوع ذلك العقاب، ولا يضره إذا اجتنبه ولم يقع العقاب المذكور
(مصطلح الحديث مكتبة مؤسسة الشيخ محمد بن صالح العثيمين ص : ١٦)
WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
Website Salafy Cirebon: www.salafycirebon.com
Menyajikan artikel Faidah ilmiah