Apabila seorang muslim dipastikan meninggal dunia, disyariatkan bagi orang yang berada bersamanya untuk memejamkan kedua matanya, menata janggut atau dagunya, menutupinya dengan kain dan menyegerakan pengurusannya.
Dimulai dengan memandikan mayat sesuai syariat, dengan membasuh kedua tangannya, membersihkan kotoran yang keluar dari kemaluan dan dubur, mewudukannya seperti wudu shalat, kemudian membasuh kepala dan janggutnya dengan air dan daun bidara atau sejenisnya, seperti sabun atau potas (kalium karbonat), kemudian mengguyurkan air ke bagian kanan tubuh mayat lalu ke bagian kirinya, diulang dua hingga tiga kali.
Jika belum bersih, ditambah hingga lima atau tujuh kali dan terakhir kalinya dibalur dengan kapur barus -jika tersedia-. Setelah itu wewangian dipakaikan di bagian lipatan-lipatan tubuh dan anggota sujud si mayit, tapi jika dapat dipakaikan ke sekujur tubuhnya maka hal ini lebih utama.
Jika mayat cukup dimandikan sekali saja telah bersih maka hal ini diperbolehkan. Mayat perempuan, rambut kepalanya dipintal dengan tiga pintalan dari belakang. Mayat laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain putih tanpa kemeja dan serban, dikenakan lapis demi lapis.
Boleh juga dikafani dengan kemeja, sarung dan satu lapis kain atau hanya dengan satu lapis kain saja. Mayat perempuan dikafani dengan lima lapis kain, terdiri dari: pakaian dalam, penutup kepala, sarung dan dua lapis kain. Jika hanya dikafani dengan satu lapis saja, maka hukumnya boleh.
Mayat dishalatkan sesuai tuntunan syariat: diawali takbir dan membaca al-Fatihah, kemudian takbir dan membaca selawat kepada Nabi Sallallahu `Alaihi wa Sallam, dilanjutkan takbir dan mendoakan mayit. Jika dapat berdoa dengan doa yang diriwayatkan dari Nabi (ma’tsur), maka itu lebih baik. Diantaranya doa,
“Ya Allah, ampunilah orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal di antara kami, yang hadir dan absen di antara kami, yang muda dan yang tua di antara kami, dan yang laki-laki dan perempuan di antara kami. Ya Allah, orang yang Engkau biarkan hidup maka hidupkanlah dia dalam keadaan memeluk Islam, dan orang yang Engkau matikan maka matikanlah dia dalam keadaan beriman. Ya Allah, janganlah Engkau mencegah kami memperoleh pahalanya dan janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya. Ya Allah, ampunilah, rahmatilah, selamatkanlah dan maafkanlah dia. Tempatkanlah dia di tempat yang mulia, luaskan kuburannya, dan basuhlah dia dengan air, es dan salju. Bersihkan dia dari segala dosa dan kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari kotoran. Berilah ganti untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya dan keluarga yang lebih baik daripada keluarganya. Masukkan dia ke surga dan jagalah dia dari siksa kubur dan azab neraka.””
Lalu takbir keempat dan satu kali salam ke kanan. Tidak diperkenankan mengiringkan jenazah dengan menyalakan lilin, membacakan doa-doa dan kalimat tahlil (laa ilaaha illah) dengan keras. Selanjutnya, mayat diletakkan di dalam liang lahad.
Namun jika tidak memungkinkan, cukup dengan menggali syaq (lubang kuburan sedalam orang yang berdiri lalu dibuat liang di dasarnya seluas tubuh jenazah). Setelah mayat selesai dikuburkan, disunahkan bagi yang hadir untuk berdiri, memintakan ampunan dan mendoakan si mayit agar diteguhkan keimanannya.
Tidak boleh mengundur-undur penguburannya kecuali masih dalam batas waktu yang diperlukan untuk pengurusan atau menunggu kehadiran kerabat atau tetangganya, jika menurut kebiasaan waktunya tidak terlalu lama, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,
“Segerakanlah pengurusan jenazah.”
Tidak boleh menyelenggarakan upacara pemakaman, memasang tenda-tenda dan sebagainya yang dikenal sebagai seremonial belasungkawa. Bagi orang yang berhalangan hadir saat shalat jenazahnya boleh menyalatkannya di kuburannya, jika kuburannya berada di kota dia berada, dalam waktu tidak lebih dari dua bulan,
“Karena sesungguhnya Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam shalat di kuburan Ummu Sa`d, padahal telah dimakamkan sebulan yang lalu.”
Tidak boleh menguburkan seorang muslim di pekuburan orang Kristen dan orang kafir lainnya seperti orang Yahudi, komunis dan penyembah berhala.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.