Saya mempunyai seorang bibi (dari pihak ayah) yang sudah sangat tua. Dia tercacat sebagai penerima tunjangan sosial. Tunjangan yang diterimanya tahun ini sebesar dua ratus riyal di hadiahkannya kepada saya. Namun, saya mengharamkan uang itu atas diri saya dengan mengatakan, "Itu haram masuk ke saku saya," maksudnya uang tersebut.
Spontan Bibi melemparkan uang itu kepada saya hingga jatuh ke tanah. Saya memandang dia telah melakukan kesalahan karena mengharamkannya dengan mengatakan, "Uang itu bagi saya seperti ayah" atau dia mengatakan, "Seperti ibu saya." Maksud dari perkataannya tersebut adalah dia mengharamkannya. Syekh yang terhormat, apa solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut? Perlu diketahui bahwa uang itu sekarang masih ada di dalam lemari (di rumah).
Saya tidak pernah memasukkannya ke dalam saku dan bibi juga tidak pernah memintanya. Artinya, dia tidak berkenan mengambil kembali uang itu karena dia meyakini ketidakhalalan uang itu baginya.
Saya juga berkeyakinan bahwa uang itu tidak halal bagi saya karena saya juga mengharamkannya atas diri saya akibat rasa simpati dan kasihan kepada bibi yang sudah tua agar uang itu bisa dimanfaatkannya, mengingat kondisinya yang sangat lemah dan pantas untuk menerima sedekah sedangkan saya, Alhamdulillah, diberi Allah kelapangan dan memperoleh gaji dari negara.
Syekh yang terhormat, apakah saya boleh menggunakan uang itu untuk melunasi hutang bibi tanpa sepengetahuannya atau saya sedekahkan kepada fakir miskin dengan meniatkan untuk dirinya, yaitu bibi saya, atau dengan niat untuk saya sendiri? Semoga Allah memberi Anda pahala dan menuntun Anda kepada jalan kebaikan.
Jika realitasnya sebagaimana yang disebutkan, maka pengharaman tersebut hukumnya sama dengan sumpah. Anda harus membayar kafarat (denda) sumpah dan menggunakan uang itu untuk kemaslahatan diri Anda. Kafarat sumpah itu ialah memberi makan sepuluh orang miskin, memberi mereka pakaian atau memerdekakan seorang budak yang beriman. Jika Anda tidak mampu melakukan hal itu, maka berpuasalah selama tiga hari.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.