Khitan adalah bagian karakter bawaan manusia yang dikaruniakan Allah kepadanya, berdasarkan hadis Abu Hurairah radhiyallahu `anhu dalam kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim bahwasanya Nabi shalallahu `alaihi wa sallam bersabda,
“Ada lima hal yang termasuk karakter bawaan yang dikaruniakan Allah kepada manusia yaitu khitan, memotong bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memotong kumis.”
Hal itu merupakan kewajiban lelaki, berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang masuk Islam,
“Buanglah rambut kafirmu kemudian berkhitanlah.”
Karena kulup kemaluan lelaki yang belum dikhitan adalah najis, dan menyebabkan tidak sahnya salat sehingga wajib dipotong. Sedangkan khitan bagi wanita hukumnya sunah bukan wajib, berdasarkan hadis adh-Dhahhak bin Qais radhiyallahu `anhu, ia berkata,
“Dulu di Madinah ada seorang wanita ahli mengkhitan kaum wanita yang bernama Ummu ‘Athiyyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Khitanilah dan jangan berlebihan, sebab itu lebih menceriakan wajah dan lebih menguntungkan suami”.”
Diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam Kitab al-Mustadrak dan al Hafizh adz-Dzahabi dalam kitab at-Talkhis dengan sanad yang baik. Dari hadis ini disimpulkan bahwa khitan bagi wanita hukumnya sunah.
Adapun waktunya, disunahkan pada waktu kecil belum mencapai usia mumayyiz (dapat membedakan baik dan buruk), karena terasa tidak sakit dan cepat sembuh bagi yang dikhitan. Khitan bagi lelaki wajib dilakukan setelah mencapai usia balig.
Proses khitan lelaki dengan cara memotong ujung kulit yang menutup kemaluan dan biasa disebut kulup yang menutup kepala kemaluan. Sedangkan proses khitan bagi wanita adalah dengan memotong sebagian daging yang berbentuk seperti mulut ayam yang terletak di atas saluran kencing, yang disebut dengan klitoris, dan tidak boleh memotong keseluruhannya berdasarkan larangan Nabi shallallahu `alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadis Ummu `Athiyyah di atas.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.