Fatwa Ulama
Fatwa Ulama oleh al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'

bolehkah memaksa para siswi untuk tampil dalam berbagai pertemuan?

2 tahun yang lalu
baca 4 menit
Bolehkah Memaksa Para Siswi Untuk Tampil Dalam Berbagai Pertemuan?

Pertanyaan

Apakah pemerintah boleh memaksa para siswi untuk menampilkan tarian yang diiringi dengan musik dengan alasan untuk acara-acara kenegaraan?

Jawaban

Tidak ada kebahagiaan, kebangkitan, keteraturan dan penjagaan bagi eksistensi suatu bangsa, kecuali dengan para pemimpin yang memimpin dengan baik berdasarkan tuntunan Kitab Allah Ta`ala dan petunjuk Rasul-Nya, Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam, baik dalam akidah, ucapan, perbuatan maupun keputusan bagi apa yang mereka perselisihkan dengan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta`ala.

Para penguasa dan para pemimpin tidak akan berjaya, tidak akan diperhitungkan dan tidak memiliki kehormatan kecuali dengan rakyat yang memiliki keunggulan dalam seluruh aspek kehidupannya, baik dalam agama, ketakwaan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, industri, pertanian, kekuatan dan kepemilikan terhadap semua faktor yang diperlukan bagi kebangkitan bangsa dan yang mendukung pilar-pilarnya. Sehingga, ia akan menjadi tauladan yang dikagumi oleh orang-orang yang berakal dan disegani oleh orang-orang yang tahu kondisinya.

Seberapa besar kadar kebaikan yang dicurahkan oleh para pemimpin dalam memimpin bangsa mereka, serta seberapa besar kadar pembenahan yang mereka realisasikan, maka sebesar itulah kekuatan, kemuliaan, wibawa dan kejayaan yang akan mereka wujudkan. Dan seberapa besar kadar kepatuhan rakyat terhadap kebaikan yang diserukan para pemimpin mereka yang saleh dan kerja sama mereka dengan para pemimpin untuk merealisasikannya, maka sebesar itu pula mendapatkan kebahagiaan, kemakmuran, ketenangan dan ketentraman yang akan mereka dapatkan.

Oleh karena itu, para penguasa dan pemimpin kaum Muslimin harus memimpin bangsa mereka dengan cara Islami, mengikuti jejak dan petunjuk Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, serta mengikuti jejak para Khulafa` Rasyidin. Hal tersebut agar bangsa mereka bahagia dan bersyukur dengan kebaikan yang mereka dapatkan, baik ketika di dunia maupun di akhirat.

Dan hendaknya para pemimpin kaum Muslimin tidak menyalahi syariat Islam dan metodenya yang lurus, karena hal itu hanya akan menjerumuskan bangsa mereka ke dalam kebinasaan, disebabkan mengikuti hawa nafsu mereka, meniru negara-negara kafir dalam memimpin rakyat mereka, serta meniru tradisi mereka, penyimpangan mereka di dalam akhlak dan kebudayaan mereka.

Seperti dengan memasukkan berbagai bentuk hiburan dan permainan-permainan amoral di dalam lembaga-lembaga pendidikan, menggabungkan antara laki-laki dan perempuan di dalamnya serta berbagai keburukan dan kerusakan yang lainnya. Karena jika mereka melakukan hal tersebut, maka kekuatan mereka akan melemah, mereka hina di sisi Allah dan Allah menghinakan mereka, dan mereka pun pantas mendapatkan azab. Dan itu adalah balasan orang-orang yang membuat kerusakan.

Terakhir, tidak ada ucapan manusia yang lebih indah, lebih sempurna, lebih kuat dan lebih mencakup dari wasiat dan nasehat sosok yang telah diberi “Jawami` al-Kalim” shallallahu `alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau bersabda,

ألا كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، فالإمام الذي على الناس راع، وهو مسئول عن رعيته، والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عن رعيته، والمرأة راعية على أهل بيت زوجها وولده، وهي مسئولة عنهم، وعبد الرجل راع على مال سيده وهو مسئول عنه، ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته

“Ingatlah, setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin. Seorang budak adalah pemimpin dalam harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin. Ingatlah, setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin.

Dan beliau bersabda,

ما من عبد استرعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة إلا لم يجد رائحة الجنة

“Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak memimpin rakyatnya tersebut dengan penuh nasehat (tidak mengemban amanah dengan baik malah berkhianat kepada rakyatnya) melainkan sebagai ganjarannya dia tidak akan mendapatkan (mencium) wanginya surga.”

Dan dalam riwayat lain,

ما من وال يلي رعية من المسلمين فيموت وهو غاش لهم إلا حرم الله عليه الجنة

“Tidaklah seorang pemimpin memimpin masyarakat muslim, lantas dia meninggal dalam keadaan menipu mereka, melainkan Allah mengharamkan surga baginya.”

Maka hendaklah setiap pemimpin bertakwa kepada Allah dalam memimpin rakyat yang diserahkan kepada mereka, hendaknya dia menasehati rakyatnya dan memimpin mereka dengan kebenaran, karena dia bertanggung jawab atas mereka.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Oleh:
al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'