Selama enam tahun kakak tertua saya bertengkar dengan adiknya: tidak saling salam, tidak saling tegur selama itu. Adapun penyebab pertengkaran adalah permasalahan duniawi. Yang paling mendasar adalah si adik ingin membangun kamar di samping rumah dan ladang kecil peninggalan ayah kami Rahimahullahu Ta'ala tetapi kakak terbesar saya mengatakan: "Yang harus kita lakukan adalah merobohkan rumah dan membangun gedung baru dengan enam flat sebagaimana jumlah keluarga."
Namun, si adik menolak dan beralasan bahwa jika rumah dirobohkan, maka di mana ibu dan saudara-saudara yang lebih kecil (termasuk saya) tinggal. Lalu muncullah perbedaan pendapat, yang dipertajam oleh perseteruan lama antara kakak tertua dan anggota keluarga sepeninggal ayah rahimahullahu Ta'ala.
Kesimpulannya, keduanya sama-sama menghadap ibu dan mengatakan kepadanya bahwa ia hanya menginginkan kebaikan untuk kami semua sedangkan saudaranya hanya mementingkan kepentingan pribadinya (masing-masing mengatakan seperti ini). Setelah kami besar, kami telah mencoba mendamaikan tetapi gagal.
Masing-masing menginginkan saudaranya datang menemuinya dan meminta maaf. Celakanya, pertengkaran ini menjalar ke keluarga. Anak-anak tidak saling melihat. Bahkan anak-anak dari kakak tertua tidak berbicara dengan pamannya dengan alasan ayahnya bertengkar dengannya.
Terakhir, Syekh, apa solusinya dan apa nasihat Anda kepada mereka sehingga mereka bersedia berdamai? Barangkali dengan membaca nasihat Anda perasaan mereka tergerak dan Allah pun memberi mereka hidayah.
Kakak terbesar dan adiknya harus bertakwa kepada Allah dan menjaga tali silaturahmi dan tidak memutuskannya. Yang terbaik di antara mereka adalah yang memulai mengucapkan salam dan memaafkan. Allah Ta’ala berfirman,
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?(22) Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22-23)
Dan (Allah) Ta’ala berfirman,
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim” (QS. An-Nisaa’: 11)
Yakni bertakwalah dan jagalah agar tali silaturahmi tidak terputus. Dalam hadis Abu Bakrah Radhiyallahu `Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa
Sallam bersabda,
ما من ذنب أحرى أن يعجل الله تعالى العقوبة في الدنيا مع ما يدخر لصاحبه في الآخرة من البغي وقطيعة الرحم
“Tidak ada dosa yang lebih pantas Allah percepat siksanya di dunia dengan siksanya yang disiapkan bagi pelakunya di akhirat daripada perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi yang menyebutnya “hadis sahih.”
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.