Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

doa-doa pengantar tidur

11 tahun yang lalu
baca 28 menit

oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah

[Pengasuh Ponpes Al-Ihsan Gowa, Sulsel]

Tidur merupakan hajat dan kebutuhan manusia. Tak ada manusia, kecuali ia harus tidur. Di saat ia tidur, ia akan lalai dan tak sadar. Di saat-saat seperti inilah kadang setan mengganggu manusia dan berbuat makar kepadanya!! Itulah salah satu hikmah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mengajarkan kepada kita doa-doa yang mengiringi dan mengantar tidur kita agar kita selalu mendapatkan penjagaan, berada dalam dzikir, dan meraih keutamaan besar.

Nah, salah satu benteng dzikir yang diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- kepada para sahabat dan umat, doa yang dibaca oleh seseorang saat ia hendak tidur. Doa-doa ini kita pilih salah satunya dan dilakukan secara bergantian. Kita lazimi saat di atas pembaringan agar hati kita senantiasa mengingat Allah -Azza wa Jalla-, sehingga jika kita mati, maka kematian kita di atas dzikrullah (mengingat Allah).

  • Doa Pertama

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- telah mengajarkan sebuah doa tidur yang agung. Di dalamnya berisi petunjuk, aqidah dan tawakkalnya hati kepada Allah, Sesembahan dan Pencipta kita satu-satunya!!

Dari sahabat yang mulia, Al-Baro’ bin Azib -radhiyallahu anhu- berkata, “Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ، ثُمَّ قُلِ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ، فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ بِهِ

“Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu, maka ber-wudhu’-lah seperti wudhu’-mu untuk sholat. Lalu berbaringlah di atas bagian badanmu yang kanan, lalu berdoalah,

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

(artinya: “Ya Allah, aku serahkan wajahku kepada-Mu, aku kembalikan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu), karena mengharap (dari-Mu pahala) dan takut kepada-Mu. Tak ada tempat berlindung dan keselamatan dari-Mu, kecuali menuju kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus”)

Jika engkau meninggal pada malam itu, maka engkau berada di atas fitrah (Islam). Jadikanlah doa itu sesuatu yang paling terakhir engkau ucapkan”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (no. 247) dan Muslim dalam Shohih-nya (no. 2710)]

Doa ini mengingatkan kita bahwa seorang hamba dalam pembaringannya selalu mengingat bahwa ia akan menghadapi dua keadaan: hidup dan mati. Jika ia mati, maka ia berharap kematian di atas Islam. Jika ia hidup, maka ia menyerahkan urusan dirinya kepada Allah -Azza wa Jalla- dan ia senantiasa meminta keselamatan dan perlidungan kepada Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. [Lihat Fathul Bari (11/110)]

  • Doa Kedua

Di dalam sunnah ada sebuah doa tidur yang mudah diingat. Ia mirip dengan dzikir yang dilakukan saat usai sholat. Dzikir itu terdiri dari tasbih (33 kali), tahmid (33 kali) dan takbir (34 kali).

Dari Ibnu Abi Laila, ia berkata,

حَدَّثَنَا عَلِيٌّ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام اشْتَكَتْ مَا تَلْقَى مِنْ الرَّحَى مِمَّا تَطْحَنُ فَبَلَغَهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِسَبْيٍ فَأَتَتْهُ تَسْأَلُهُ خَادِمًا فَلَمْ تُوَافِقْهُ فَذَكَرَتْ لِعَائِشَةَ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ عَائِشَةُ لَهُ فَأَتَانَا وَقَدْ دَخَلْنَا مَضَاجِعَنَا فَذَهَبْنَا لِنَقُومَ فَقَالَ عَلَى مَكَانِكُمَا حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِي فَقَالَ أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى خَيْرٍ مِمَّا سَأَلْتُمَاهُ إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَكَبِّرَا اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَإِنَّ ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمَا مِمَّا سَأَلْتُمَاهُ

“Ali telah mencerikatan kami bahwa Fathimah –alaihas salam- mengadukan sesuatu ia jumpai akibat penggilingan pada tangannya, karena sesuatu yang ia giling. Lalu sampailah kepadanya bahwa Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- diberi tawanan. Kemudian Fathimah mendatangi beliau demi meminta tawanan itu sebagai pelayannya. Namun Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tidak menyetujui hal itu. Akhirnya, Fathimah menyebutkan hal itu kepada A’isyah. Lalu datanglah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan A’isyah pun menyebutkan hal itu kepada beliau. Kemudian beliau mendatangi kami, sedang kami sungguh telah memasuki tempat pembaringan kami. Kami berusaha bangkit, namun beliau bersabda, “Tetaplah pada tempat kalian!!”, sampai kami merasakan dinginnya kedua kaki beliau pada dadaku, seraya beliau bersabda,

“Tidakkah kalian mau aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan sesuatu yang kalian minta (berupa pelayan). Jika kalian menuju pembaringan, maka bertakbirlah kepada sebanyak 34 kali, ber-tahmid-lah kepada Allah sebanyak 33 kali dan ber-tasbih-lah kepada Allah sebanyak 33 kali. Sesungguhnya hal itu lebih baik dibandingkan sesuatu yang kalian minta”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (3113) dan Muslim dalam Shohih-nya (2727)]

Dalam riwayat yang lain, Ali -radhiyallahu anhu- berkata,

مَا تَرَكْتُهُ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قِيلَ لَهُ: وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ، قَالَ: وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ

“Aku tak pernah meninggalkannya sejak aku mendengarkannya dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-”. Beliau ditanya, “Tidak pula pada malam Perang Shiffin?” Beliau jawab, “Tidak pula (aku tinggalkan) pada malam Perang Shiffin”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2727)

Perhatikanlah sahabat Ali bin Abi Tholib. Beliau tak pernah meninggalkan dzikir dan doa tidur yang mulia ini sejak beliau mendengarkan penjelasan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tentang besarnya keutamaan pada dzikir itu. Sampai Ali -radhiyallahu anhu- bagaimana pun sibuknya berperang dan di saat yang menakutkan lagi menegangkan, ternyata beliau tetap menjaga dan melaziminya. [Lihat Syarh Shohih Muslim (17/46) oleh An-Nawawiy]

Muncul sebuah pertanyaan, “Kenapa Ali -radhiyallahu anhu- amat menjaga dzikir dan doa ini?” Tentunya karena keutamaan yang besar bagi kalimat-kalimat dzikir tersebut. Keutamaan apakah itu? Ternyata Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- telah jelaskan bahwa orang yang menjaga dzikir ini akan dijanjikan masuk surga!! Subhanallah!!!

Dari Abdullah bin Amer -radhiyallahu anhu-, ia berkata, “Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

خَصْلَتَانِ أَوْ خَلَّتَانِ لَا يُحَافِظُ عَلَيْهِمَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ وَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُهَا بِيَدِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ قَالَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ يَعْنِي الشَّيْطَانَ فِي مَنَامِهِ فَيُنَوِّمُهُ قَبْلَ أَنْ يَقُولَهُ وَيَأْتِيهِ فِي صَلَاتِهِ فَيُذَكِّرُهُ حَاجَةً قَبْلَ أَنْ يَقُولَهَا

“Ada dua perkara yang tidaklah dijaga oleh seorang muslim, kecuali ia akan masuk surga. Kedua perkara itu ringan, namun orang yang mengamalkannya sedikit. Seorang hamba bertasbih 10 kali di akhir setiap sholat, bertahmid 10 kali, dan bertakbir 10 kali. Itulah 150 kali pada lisan dan 1500 pada timbangan.

Seorang hamba bertakbir sebanyak 34 kali jika ia hendak tidur dan bertahmid sebanyak 33 kali serta bertasbih 33 kali. Itulah 100 kali pada lisan dan 1000 pada timbangan”.

Sungguh aku telah melihat Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- menghitungnya dengan tangannya. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, “Bagaimana hal itu ringan, namun yang mengamalkannya sedikit?” Beliau bersabda, “Seorang diantara kalian didatangi oleh setan saat ia hendak tidur, lalu setan pun membuatnya tidur sebelum ia mengucapkannya. Setan juga mendatanginya dalam sholatnya, lalu mengingatkannya tentang suatu hajat sebelum ia mengucapkannya”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (5065), At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3410) dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (926). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (no. 606)]

Bilangan tasbih 33 kali, tahmid 33 kali dan takbir 34 kali, ini merupakan bilangan yang harus diperhatikan, jangan dikurangi dan jangan pula ditambah!! Karena, bilangan itu telah ditentukan oleh Allah dan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-. Barangsiapa yang mengubahnya, maka ia tak mendapatkan keutamaan di atas!!! [Lihat Nail Al-Awthor (2/348-349) oleh Asy-Syaukaniy]

Para pembaca yang budiman, inilah keutamaan yang besar akan didapatkan oleh seorang muslim. Dengan tidur saja, seorang muslim meraih keutamaan besar, jika ia melazimi sunnah yang diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- di dalam hadits di atas. Lalu adakah keutamaan yang lebih besar dibandingkan surga?!!

  • Doa Ketiga

Sebuah doa dan dzikir tidur yang mungkin jarang kita dengar, yakni doa dan dzikir berupa pembacaan Surah Al-Kafirun saat hendak tidur. Surah ini dianjurkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- agar kita membacanya, karena Surah yang mulia ini berisi pernyataan keyakinan dan baro’ (sikap berlepas diri) dari segala macam kekafiran dan pelakunya.

Dari Farwah bin Naufal dari bapaknya, ia berkata,

“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda kepada Naufal (yakni, Bapaknya Farwah),

« اقْرَأْ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) ثُمَّ نَمْ عَلَى خَاتِمَتِهَا فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ ».

“Bacalah, “Qulya ayyuhal kafirun…”, lalu tidurlah pada akhirnya, karena ia adalah baro’ah (pernyataan berlepas diri) dari kesyirikan”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 5055) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5/456). Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ Ash-Shoghir (no. 292)]

Ini menunjukkan bahwa membaca Surah ini disyariatkan saat hendak tidur sebagaimana halnya Surah Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Naas juga disyariatkan untuk dibaca sebagai doa dan dzikir saat hendak tidur.

Surah Al-Kafirun ini ada diantara ulama yang menamainya dengan “Surah Al-Ikhlash” menyerupai nama Surah Al-Ikhlash yang kita kenal selama ini. Dinamai demikian, karena Al-Kafirun mengandung “Tauhidul Ibadah”, sedang Surah Al-Ikhlash mengandung “Tauhidul Asma’ wash Shifat”. Sementara itu, kedua Surah ini mengandung baro’ah (peryantaan berlepas diri) dari kesyirikan!! [Lihat At-Taisir bi Syarh Al-Jami’ Ash-Shoghir (1/122) oleh Al-Munawiy dan Syarah Sunan Abi Dawud (1/2)[1] oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, -Syamilah-]

  • Doa Keempat

Di antara sekian doa tidur, seorang juga dianjurkan mengucapkan doa berikut yang mengandung kalimat tauhid, takbir, tahmid dan tasbih, dengan harapan kalimat ini menjadi akhir dari ucapan mulia yang dicetuskan oleh lisan seorang hamba muslim.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, beliau bersabda,

من قال حين يأوي إلى فراشه : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهَ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، غفر الله ذنوبه أو خطاياه ـ شك مسعر ـ وإن كان مثل زبد البحر

“Barangsiapa yang berkata (berdoa) saat ia ke tempat tidurnya,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهَ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

(artinya: “Tiada sembahan yang haq, selain Allah saja. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan kekuatan, kecuali pada Allah. Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya. Tiada sembahan yang haq, selain Allah. Allah Maha Besar”.),

maka ia (yang berdoa dengannya) akan diampuni dosa-dosa dan kesalahannya oleh Allah, walapun dosa-dosanya seperti buih lautan”. [HR. An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (722) dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 5528). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (3414)]

Jika kalimat-kalimat agung ini menutup istirahat dan aktifitas kita, maka kita berharap semoga saja kita ditutup dengan kalimat tauhid, bila memang kita ditaqdirkan mati saat itu. Ini merupakan keutamaan besar yang dikandung oleh hadits ini, yakni seorang seorang mati di atas kalimatul ikhlash, yaitu kalimat tauhid (لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ).

Dari Mu’adz bin Jabal -radhiyallahu anhu-, ia berkata, “Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah “laa ilaaha illallah”, maka ia akan masuk surga”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 3116) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5/233). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Misykah Al-Mashobih (no. 1621)]

Ini adalah salah satu diantara beberapa keadaan seseorang dianggap mati husnul khotimah, jika menutup usia dan hidupnya dengan “kalimat tauhid” alias “kalimatul ikhlash”. [Lihat Ahkam Al-Jana’iz (hal. 34) karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy]

Nah, tentunya orang yang membaca doa tidur di atas masuk dalam keumuman hadits ini. Wallahu a’lam bish showab[2].

  • Doa Kelima

Satu lagi doa tidur yang tak kalah penting. Ia berisi kalimat-kalimat agung yang berkaitan dengan keyakinan dan aqidah yang harus dipegangi oleh seorang muslim.

Dari Abu Abdir Rahman Al-Hubulliy

أَخْرَجَ لَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو قِرْطَاسًا، وَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا يَقُولُ: ” اللهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ، وَإِلَهُ كُلِّ شَيْءٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ، وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ، أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي إِثْمًا أَوْ أَجُرَّهُ عَلَى مُسْلِمٍ ” قَالَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ: ” كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُهُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو أَنْ يَقُولَ ذَلِكَ حِينَ يُرِيدُ أَنْ يَنَامَ

“Abdullah bin Amer pernah mengeluarkan sebuah kertas kepada kami seraya berkata, “Dulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- mengajari kami seraya berkata (bedoa),

اللهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ، وَإِلَهُ كُلِّ شَيْءٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ، وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ، أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي إِثْمًا أَوْ أَجُرَّهُ عَلَى مُسْلِمٍ

(artinya: “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi lagi Maha mengetahui yang ghaib (tersebut) dan syahadah (yang tampak). Engkau adalah pemiliki segala sesuatu dan sembahan segala sesuatu. Aku mempersaksikan bahwa tiada sembahan yang haq, selain Engkau saja dan tak ada sama sekali sekutu bagi-Mu serta Muhammad adalah hamba-Mu dan Rasul-Mu, sedang para malaikat mempersaksikannya. Aku berlindung kepada-Mu dari setan dan sekutunya dan aku berlindung kepada-Mu dari melakukan dosa untuk diriku ataukah aku lakukan dosa atas seorang muslim”.)

Abu Abdir Rahman berkata, “Dahulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- mengajarkannya kepada Abdullah bin Amer agar ia membaca doa itu saat ia hendak tidur”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/171). Syaikh Al-Albaniy menilai hadits ini shohih li ghoirih dalam Ash-Shohihah (no. 3443)]

Doa ini juga mengandung kalimat-kalimat agung yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Di dalamnya Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- mengajarkan kepada kita tentang tauhid dengan tiga macamnya, dan mengajarkan kita syahadatain, serta keimanan kepada malaikat. Selain itu, doa ini juga menuntun kita agar selalu berlindung dari makar setan dan bala tentaranya dari kalangan jin dan manusia. Yang terakhir dari kandungan doa itu, kita meminta agar dijaga dari dosa-dosa yang kita lakukan pada diri sendiri ataukah pada orang lain. Sebab, dosa ibarat gunung yang bila menimpa kita, maka ia akan membinasakan kita dengan sejadi-jadinya!!

  • Doa Keenam

Kesyukuran merupakan kewajiban seorang hamba dalam keadaannya. Karena, ia senantiasa berbolak-balik di antara dua keadaan: susah dan senang. Kesusahan ia hadapi dengan kesabaran, sehingga lahirlah pahala yang mengharuskan adanya kesyukuran. Demikian pula kesenangan dan nikmat yang ia terima juga mengharuskan dirinya bersyukur. Disinilah pentingnya seorang hamba selalu bersyukur sampai pun saat ia hendak tidur.

Dari Ibnu Umar -radhiyallahu anhuma-,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا تَبَوَّأَ مَضْجَعَهُ قَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانِي وَآوَانِي ، وَأَطْعَمَنِي وَسَقَانِي ، وَالَّذِي مَنَّ عَلَيَّ وَأَفْضَلَ ، وَالَّذِي أَعْطَانِي فَأَجْزَلَ ، الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ، اللَّهُمَّ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ ، وَمَلِكَ كُلِّ شَيْءٍ ، وَإِلَهَ كُلِّ شَيْءٍ ، وَلَكَ كُلُّ شَيْءٍ أَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ.

“Dahulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- berdoa bila bila menempati tempat tidurnya. Beliau berdoa,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانِي وَآوَانِي ، وَأَطْعَمَنِي وَسَقَانِي ، وَالَّذِي مَنَّ عَلَيَّ وَأَفْضَلَ ، وَالَّذِي أَعْطَانِي فَأَجْزَلَ ، الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ، اللَّهُمَّ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ ، وَمَلِكَ كُلِّ شَيْءٍ ، وَإِلَهَ كُلِّ شَيْءٍ ، وَلَكَ كُلُّ شَيْءٍ أَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ.

(artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah mencukupiku, menjagaku, memberiku makan dan minum, Yang telah memberikan anugerah dan karunia kepadaku, Yang telah memberikan sesuatu kepadaku, lalu Dia pun memperbanyaknya. Segala puji bagi Allah dalam segala kondisi. Ya Allah, Pemilik segala sesuatu, Raja segala sesuatu dan sembahan segala sesuatu. Milik-Mu segala sesuatu. Aku berlindung kepada-Mu dari neraka”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 5058), Ahmad dalam Al-Musnad (2/117), An-Nasa’iy dalam As-Sunan Al-Kubro (7694 & 10634), Ibnus Sunni dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah (728), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 5538). Hadits ini dinilai shohih oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 5983)]

Perhatikanlah kandungan dan makna doa ini baik-baik. Betul-betul ia adalah doa yang mengingatkan para hamba agar selalu bersyukur kepada Allah -Tabaroka wa Ta’ala- di setiap keadaannya.

  • Doa Ketujuh

Ada sebuah ayat amat agung dan tinggi kedudukannya di dalam Al-Qur’an. Di dalam ayat itu terdapat nama-nama Allah yang tinggi lagi mulia. Saking mulianya setan tak berani mendekat jika ia dibaca pada waktu kita hendak tidur. Itulah ayat yang kita kenal dengan nama “Ayat Kursi”. Ia disebut demikian, karena di dalamnya disebutkan kata “Kursi”, yakni kursi Allah[3].

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ

“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah menugasiku untuk menjaga zakat Bulan Romadhon. Tiba-tiba ada seseorang yang datang kepadaku. Mulailah orang itu menciduk sebagian dari makanan itu. Aku pun menangkapnya seraya kukatakan, “Aku akan laporkan kamu kepada Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-…” (Lalu ia menyebutkan kisahnya)[4]

Dia (lelaki yang tertangkap) berkata, “Jika kamu menuju ke tempat pembaringanmu, maka bacalah Ayat Kursi. Senantiasa akan ada penjaga bagimu dari Allah dan setan tak akan mendekatimu sampai engkau berada di waktu pagi.

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Dia berlaku jujur kepada (dalam ucapan itu), sedang ia itu tukang dusta. Itu adalah setan”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (3275)]

Di dalam hadits terdapat keutamaan Ayat Kursi yang mampu mengusir setan-setan!! Ini merupakan hikmah dan kebenaran yang terkadang diambil oleh orang fajir, namun ia tidak mengambil manfaat darinya, sehingga kita ambil darinya agar kita dapat mengambil faedah dari hikmah itu[5].

Hadits ini juga menjelaskan kepada kita bahwa seorang yang pembohong itu terkadang jujur. Hadits ini juga menerangkan bahwa setan kebiasaannya adalah bohong dan bahwa setan terkadang muncul dalam sebagian rupa, sehingga mungkin untuk dilihat. Disini anda mendapatkan faedah lain bahwa jin makan dari makanan manusia dan berbicara dengan bahasa manusia!! [Lihat Tathriz Ar-Riyadh (2/82) oleh Syaikh Faishol Alu Mubarok]

Jadi, hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa seorang hamba bila ia hendak tidur, maka sebaiknya ia membaca Ayat Kursi, agar ia terjaga dari gangguan setan yang selalu berusaha membinasakannya!!

Adapun ayat Kursi, maka bunyinya demikian:

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Ayat Kursi adalah ayat yang ke-255 dari Surah Al-Baqoroh.

  • Doa Kedelapan

Ada tiga buah surah di dalam Al-Qur’an, jika ia dibaca sekaligus, maka ia akan menjadi penjaga dan perisai dari kejahatan jin dan setan yang ingin mengganggu manusia. Tiga surah yang mulia ini amat ampuh mengusir sihir dari diri seseorang. Tiga surah inilah yang dijadikan ruqyah oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- saat beliau disihir oleh si Yahudi yang jahat, Labid bin Al-A’shom.

Tiga surah apakah itu? Itulah tiga surah yang dikenal dengan “Al-Mu’awwidzat” (Surah-surah Pelindung), yaitu :

* Surah Al-Ikhlash

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

* Surah Al-Falaq

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

* An-Naas

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

Disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa tiga surah ini selalu dibaca oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- saat hendak tidur, sejak beliau menerima tiga surah ini dari Allah -Subhanahu wa Ta’ala-.

Dari A’isyah -radhiyallahu anha-,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bila menuju ke tempat tidurnya pada setiap malam, maka beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniupkan pada keduanya. Beliau membaca pada keduanya surah (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ), (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) dan (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya pada sesuatu yang beliau jangkau dari jasadnya. Beliau memulai usapan itu pada kepala dan wajahnya serta sesuatu bagian depan jasadnya. Beliau lakukan hal itu sebanyak tiga kali”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya(5017), Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 5056) dan at-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 3402)]

Jadi, tiga surah ini dibaca, lalu kita tiupkan pada kedua telapak tangan dengan tiupan yang disertai dengan sedikit percikan ludah. Setelah itu, kita usapkan pada bagian badan yang depan dan belakang yang mampu dijangkau oleh tangan kita. Usapan ini dimulai pada kepala dan wajah. Cara seperti ini dilakukan sebanyak tiga kali!!!

Saking mujarabnya doa ini, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bila beliau sakit atau salah satu keluarganya yang sakit, maka beliau bacakan tiga surah ini, lalu diusapkan pada badan yang sakit sebagaimana dalam riwayat Muslim dalam Shohih-nya (no. 2192)

  • Doa Kesembilan

Adab tidur yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang di zaman ini, mengibaskan ujung pakaian pada tempat tidur, sambil membaca “bismillah” (بِسْمِ اللهِ). Jika seseorang sudah berbaring, maka hendaknya ia berdoa dengan doa tidur yang diajarkan oleh Nabiyyullah, Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam hadits berikut.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu-, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَأْخُذْ دَاخِلَةَ إِزَارِهِ فَلْيَنْفُضْ بِهَا فِرَاشَهُ وَلْيُسَمِّ اللَّهَ فَإِنَّهُ لاَ يَعْلَمُ مَا خَلَفَهُ بَعْدَهُ عَلَى فِرَاشِهِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَضْطَجِعَ فَلْيَضْطَجِعْ عَلَى شِقِّهِ الأَيْمَنِ وَلْيَقُلْ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبِّى بِكَ وَضَعْتُ جَنْبِى وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِى فَاغْفِرْ لَهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ ».

“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Jika seorang diantara kalian menuju ke tempat tidurnya, maka hendaknya ia memegang ujung sarungnya, lalu mengibaskannya pada tempat tidur dan menyebut nama Allah (yakni, membaca, “Bismillah”). Karena, ia tak tahu sesuatu ia tinggalkan setelahnya di atas tempat tidurnya. Jika ia ingin berbaring, maka berbaringlah pada bagian kanan badannya dan mengucapkan doa,

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبِّى بِكَ وَضَعْتُ جَنْبِى وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِى فَاغْفِرْ لَهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

(artinya : “Maha Suci Engkau. Ya Allah, Ya Tuhanku. Dengan-Mu aku letakkan lambungku dan dengan-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku, maka ampunilah. Bila Engkau melepaskannya, maka jagalah jiwaku sebagaimana Engkau menjaga orang-orang sholih”. [Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6320) dan Muslim dalam Shohih-nya (2714)]

Inilah adab dan doa yang sering dilupakan oleh kebanyakan kaum muslimin saat mereka hendak tidur, sehingga tak jarang mereka mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam tidurnya.

  • Doa Kesepuluh

Para sahabat dahulu amat memperhatikan doa tidur. Diantara mereka ada yang memerintahkan saudaranya agar berdoa saat hendak tidur dengan doa yang telah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Sebab, doa yang terbaik, apa yang diajarkan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Dari Abdullah bin Umar,

أَنَّهُ أَمَرَ رَجُلاً إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ قَالَ « اللَّهُمَّ خَلَقْتَ نَفْسِى وَأَنْتَ تَوَفَّاهَا لَكَ مَمَاتُهَا وَمَحْيَاهَا إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْ لَهَا اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ ». فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ أَسَمِعْتَ هَذَا مِنْ عُمَرَ فَقَالَ مِنْ خَيْرٍ مِنْ عُمَرَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Bahwa ia pernah memerintahkan seorang lelaki bila ia hendak tidur, maka hendaknya ia berdoa,

« اللَّهُمَّ خَلَقْتَ نَفْسِى وَأَنْتَ تَوَفَّاهَا لَكَ مَمَاتُهَا وَمَحْيَاهَا إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْ لَهَا اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ ».

(artinya : “Ya Allah, Engkau-lah yang menciptakan jiwaku dan Engkaulah yang mewafatkannya. Hak-Mu mematikan dan menghidupkannya. Jika Engkau menghidupkannya, maka jagalah jiwaku. Jika Engkau mematikannya, maka ampunilah ia. Ya Allah, aku memohon afiyat (keselamatan) kepada-Mu”.)

Orang itu berkata Abdullah bin Umar, “Apakah anda mendengar doa ini dari Umar?” Beliau menjawab, “(Aku mendengarnya) dari orang yang lebih baik daripada Umar, yaitu dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2712), Ahmad dalam Al-Musnad (2/79), An-Nasa’iy dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah (no. 796) dan Ibnus Sunniy dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah (no. 721)]

Dengan doa ini seorang hamba meminta kepada Allah sebagai Pencipta dan pengatur urusannya agar ia dijaga dari keterjerumusan dalam perkara yang tidak diridhoi oleh Allah –Azza wa Jalla-. [Lihat At-Taisir (1/452) oleh Al-Munawiy]

Selain itu, ia juga meminta kepada Allah ampunan atas dosa-dosa yang mungkin ia telah lakukan sebelumnya. Doa ini ditutup dengan permintaan keselamatan dalam urusan agama dari segala macam cobaan, dan makar setan serta permintaan keselamatan dalam urusan dunia dari segala macam penyakit dan sakit. [Lihat Faidhul Qodir Syarh Al-Jami’ Ash-Shoghir (2/155)]

  • Doa Kesebelas

Hidup dan mati di Tangan Allah -Azza wa Jalla-. Tak salah bila hal ini diingatkan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sebuah dalam sebuah hadits tentang doa tidur dan bangkit darinya!!

Dari Hudzaifah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ: الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bila ingin tidur, maka beliau berdoa,

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

(artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan hidup”)

Jika beliau bangun dari tidurnya, maka beliau berdoa,

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

(artinya, “Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami. Hanya kepada-Nya kembali (seluruh makhluk)”.) [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (no. 6324)]

Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa di saat kita bangun untuk memulai aktifitas rutin kita, maka dianjurkan memulainya dengan dzirullah, yakni dengan membaca doa bangun tidur sebagaimana halnya di saat kita hendak menutup catatan dan aktifitas hidup kita, maka dianjurkan bagi kita menutupnya dengan membaca doa dan dzikir tidur!! Sehingga para malaikat pencatat amal dan pahala menulis amal sholih di awal catatan mereka dan mereka juga menutupnya dengan hal yang sama. Lantaran itu, diharapkan baginya ampunan dosa di antara dua waktu itu. [Lihat Syarh Shohih Al-Bukhoriy (10/91) oleh Ibnu Baththol, dengan tahqiq Abu Tamin Yasir bin Ibrahim, cet. Maktabah Ar-Rusyd, 1423 H ]

  • Doa Kedua Belas

Disana ada sejumlah doa tidur yang mungkin jarang atau bahkan mungkin tak pernah kita dengar dan baca. Misalnya, doa tidur yang disebutkan dalam hadits yang shohih di bawah ini.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا إِذَا أَخَذَ أَحَدُنَا مَضْجَعَهُ أَنْ يَقُولَ : اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ ، وَرَبَّ الأَرَضِينَ ، وَرَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى ، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالقُرْآنِ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِي شَرٍّ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ ، أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ ، وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ ، وَالظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ ، وَالبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ ، اقْضِ عَنِّي الدَّيْنَ وَأَغْنِنِي مِنَ الفَقْرِ.

“Dahulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan kami bila seorang diantara kami mendatangi tempat tidurnya agar ia berdoa,

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ ، وَرَبَّ الأَرَضِينَ ، وَرَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى ، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالقُرْآنِ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِي شَرٍّ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ ، أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ ، وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ ، وَالظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ ، وَالبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ ، اقْضِ عَنِّي الدَّيْنَ وَأَغْنِنِي مِنَ الفَقْرِ.

(artinya, “Ya Allah, Pemilik langit dan bumi, Pemilik kami dan segala sesuatu, Penumbuh butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, Yang menurunkan Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan segala sesuatu yang memiliki keburukan. Engkau-lah yang memegang ubun-ubunnya. Engkau-lah Yang Pertama[6]. Tak ada sesuatu apapun sebelum-Mu. Engkau Yang Akhir (Belakangan)[7]; tak ada sesuatu apapun setelah-Mu. Engkau-lah Azh-Zhohir; tak ada sesuatu apapun di atas-Mu. Engkau Al-Bathin; tak ada sesuatu apapun di bawah-Mu. Lunasilah utangku dan selamatkan aku dari kefakiran”.) [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2713), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 3400)]

  • Doa Ketiga Belas

Doa-doa tidur yang disebutkan dalam sunnah merupakan doa-doa yang mengandung makna-makna yang agung. Selain ia sebagai doa, doa-doa itu juga merupakan nasihat yang bagus direnungi oleh seorang hamba saat ia membacanya di kala hendak tidur.

Dari Anas bin Malik -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِىَ لَهُ وَلاَ مُئْوِىَ ».

“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bila menuju ke tempat tidurnya, maka beliau berdoa,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِىَ لَهُ وَلاَ مُئْوِىَ

(artinya, “Segala puji bagi Allah Yang telah memberi makan dan minum kepada kami, mencegah kami (dari segala keburukan) dan menampung kami (dalam tempat-tempat tinggal). Alangkah banyaknya orang yang tidak memiliki pencegah dan penampung”.). [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2715), Abu Dawud dalam Sunan-nya (5053) dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 3396)]

Doa ini mengingatkan kita agar selalu bersyukur kepada Allah -Azza wa Jalla- atas segala perlindungan Allah -Azza wa Jalla- bagi kita dari segala macam keburukan dunia dan akhirat dan bersyukur atas segala nikmat Allah, khususnya berupa tempat tinggal yang melindungi kita dari panas, dingin, hujan, kejahatan pencuri dan lainnya. Sebab, banyak diantara manusia yang tidak dijaga oleh Allah dan tidak pula diberi tempat tinggal. Bahkan Allah membiarkan mereka tersakiti dan terganggu oleh dingin dan panas. [Lihat Faidhul Qodir (5/111) oleh Al-Munawiy]

  • Doa Keempat Belas

Doa dan dzikir tidur yang tertera dalam sunnah Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, kadang berupa pembacaan sebagian surah-surah penting, seperti doa yang disebutkan dalam hadits Jabir di bawah ini.

Dari Jabir -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ: الم تَنْزِيلُ، وَتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ

“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tidaklah tidur sampai beliau membaca “Alif lam mim tanzil” (yakni, Surah As-Sajdah) dan “Tabarokalladzi biyadihil mulku” (yakni, Surah Al-Mulk)“. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 2892) dan Ahmad dalam Al-Musnad (3/340). Syaikh Al-Albaniy menyatakan hadits ini shohih dalam Ash-Shohihah (no. 585)]

Para pembaca yang budiman, inilah beberapa buah doa dan dzikir yang dianjurkan agar kita membacanya saat hendak tidur. Seseorang jika tidak berdoa dan berdzikir saat hendak tidur, maka di hari kiamat, ia akan menyesal dengan sejadi-jadinya. Sebab, ia telah lalai dari kebaikan keutamaan besar yang ada pada doa-doa tersebut.

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

« مَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ تَعَالَى فِيهِ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ »

“Barangsiapa yang berbaring pada tempat tidurnya, sedang ia tidak berdzikir kepada Allah padanya, maka hal itu akan menjadi penyesalan baginya pada hari kiamat. Barangsiapa yang duduk pada suatu majelis, sedang ia tidak berdzikir kepada Allah -Azza wa Jalla- padanya, maka hal itu akan menjadi penyesalan baginya pada hari kiamat”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 5059). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 78)]

Semoga dengan tulisan ringkas ini menjadi pendorong bagi agar tidur kita senantiasa di atas Sunnah Rasul -Shallallahu alaihi wa sallam-. Inilah beberapa buah doa pengantar tidur. Semoga tidur kita membawa berkah dan kebaikan. Selamat tidur dan selamat mengamalkan sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-!!



[1] Syarah Sunan Abi Dawud ini merupakan transkrip dari ceramah taklim Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad yang disampaikan di Masjid Nabawiy. Semoga Allah memudahkan sebagian thullabul ilmi (penuntut ilmu) dalam menggarapnya sehingga menjadi tulisan dan syarah ilmiah yang bisa dijadikan pegangan oleh para ulama dan penuntut ilmu. Sebab, di dalamnya terdapat faedah yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab syarah lainnya.

[2] Tapi tentunya ia harus mengerti kalimat tauhid, konsekuensi dan pembatal-pembatalnya.

[3] Kursi: tempat Allah meletakkan kedua kaki-Nya yang mulia sebagaimana yang disebutkan dalam atsar yang shohih dari Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma-. [Lihat Mukhtashor Al-Uluw (hal. 75) oleh Syaikh Al-Albaniy]

[4] Maksudnya, cerita selengkapnya sebagaimana yang anda dapat lihat riwayatnya dalam Shohih Al-Bukhoriy (no. 2311).

[5] Namun hadits ini bukan dalil bolehnya belajar kepada ahli bid’ah, tanpa kondisi darurat. Sebab, Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- tidaklah mengetahui bahwa itu adalah setan dan musuhnya. Adapun orang-orang yang belajar kepada ahli bid’ah hari ini, maka mereka amat tahu keberadaan gurunya sebagai ahli bid’ah. Tapi ia tetap berguru kepada mereka, tanpa alasan syar’iy berupa adanya kondisi darurat. Wallahu a’lam bish showab.

[6] Yakni, Yang telah ada sebelum segala sesuatu ada

[7] Yakni, Yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah

Sumber : pesantren-alihsan.org

Oleh:
Admin