oleh: Al Ustadz Fauzan Nizar
1. Syaikh Sholih ibn Fauzan hafizhahullah pernah ditanya : Bagaimana cara kita memulai menuntut ilmu syar’I ?
Beliau menjawab : Dalam perkara ini telah jelas. Jika engkau tergabung dalam suatu lembaga pendidikan, maka perkaranya jelas. Disana ada kurikulum (panduan) dan engkau bisa memilih seorang alim yang engkau bisa mempelajari sesuai kurikulum itu, menghafalkannya serta memahaminya. Maka, dalam lembaga pendidikan ini engkau akan mendapatkan kebaikan yang banyak.
Adapun jika engkau tidak tergabung pada suatu lembaga pendidikan maka carilah ulama yang engkau bisa mengambil faedah darinya dan dia seorang yang terpercaya. Bermajelislah engkau bersamanya walaupun dia berada di luar negerimu. Alhamdulillah, di masa ini berbagai sarana transportasi tersedia dan begitu cepatnya; demikian pula jalan – jalan alhamdulillah aman. Maka, hendaklah engkau pergi kepada para ulama dimanapun mereka berada dan para ulama-sebagaimana engkau telah membaca pada buku – buku sejarah-mereka berjalan kaki berbulan – bulan dan menempuh jarak yang jauh. Mereka melakukan perjalanan ke Yaman, Syam, Mesir dan Maghrib (Maroko) dalam rangka menuntut ilmu dimana mereka merantau dari negeri – negeri mereka.
Ada seorang shahabat yang pergi dari Madinah menuju Mesir dalam rangka bertanya satu hadits yang dihafal oleh seorang shahabat yang tinggal disana. Maka, mengadakan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu adalah jihad di jalan Allah.
2. Beliau juga ditanya : Syaikh yang mulia, apa arahan Anda kepada para pemuda yang mereka meninggalkan dan menjauh dari para ulama juga dari kitab – kitab salaf. Di sisi lain, mereka menyibukkan diri dengan buku – buku seputar wawasan ?
Beliau menjawab : Sebagaimana yang telah aku isyaratkan bahwa hendaknya para pemuda itu menerima para ulama pemberi nasehat, ulama yang diakui keilmuannya dan keistiqomahan mereka yaitu ulama yang mengarahkan kepada kitab – kitab yang bermanfaat dan banyak maslahatnya.
Adapun orang yang membaca kitab tanpa bimbingan seorang pengajar maka yang demikian tidak berguna.Alhamdulillah, kitab – kitab yang bermanfaat banyakdan yang paling agung adalah kitabullah (Al Quran). Hanya saja, tidak semua orang yang membaca Al Quran bisa memahaminya.
Al Khawarij mereka membaca Al Quran dan menegakkan tajwidnya seperti menegakkan busur anak panah, mereka mengetahuinya [hukum-hukumnya], suara bacaan mereka seperti suara lebah, mereka melakukan sholat malam akan tetapi mereka tidak memahami Al Quran. Ini musibah. Sehingga, yang penting bukan adanya buku/kitab. Jika Al Quran tidak mereka pahami maka mereka akan tersesat dan menyimpang dari jalan yang benar pdahal mereka sudah membacanya, bertahajjud dengannya. Kalau demikian, bagaimana dengan selain Al Quran ? Sehingga yang menjadi patokannya bukan sekedar buku, patokannya adalah para ulama.
Wahai hamba – hamba Allah, para ulamalah yang menjadi patokan dan teladan, merekalah pewaris para nabi.Tanpa keberadaan mereka, ilmu akan hilang. Adanya buku tanpa keberadaan ulama tidak akan bermanfaat.
Aku beri contoh lain kepada kalian : Buku – buku kedokteran kalau tidak ada dokter, apakah akan bermanfaat ? Tidak bermanfaat. Harus ada orang yang berpengalaman dan memahami buku – buku itu. Ini dalam masalah kedokteran, bagaimana dengan urusan syar’I dan ilmu agama ?
(Diterjemahkan oleh Ustadz Fauzan Nizar dengan sedikit diringkas dari kitab Majmu’atur Rasail Da’awiyah wa Manhajiyah li asy Syaikh Sholih ibn Fauzan hafizhahullah)