Silsilah Fatawa Fiqih Jumat
HUKUM SHOLAT TAHIYYATUL MASJID.
Fadhilatus syaikh Ibnu Al-'Utsaimin رحمه الله تعالى :
PERTANYAAN:
Fadhilatus syaikh: Apakah meninggalkan tahiyyatul masjid sebuah kemungkaran? Dan apakah wajib atasku untuk aku perintahkan orang yang meninggalkan tahiyyatul masjid agar melakukan sholat 2 roka'at?
JAWABAN:
Meninggalkan tahiyyatul masjid sebuah kemungkaran menurut pendapat sebagian ulama yang mengatakan: bahwa tahiyyatul masjid adalah wajib, dan pendapat ini kuat sekali, dia memiliki sudut pandang (yang bagus); karena seseorang pernah masuk masjid di hari jumat dalam keadaan Nabi ﷺ berkhutbah kepada manusia kemudian orang itu duduk, maka Nabi ﷺ berkata kepadanya: "Apakah engkau telah menunaikan sholat?" Dia menjawab: tidak, beliau bersabda:
«قم فصلّ ركعتين وتجوز فيهما»
"Berdirilah dan sholatlah 2 roka'at dan persingkatlah pada keduanya."
maka Nabi ﷺ memutuskan khutbahnya untuk berbicara dengan orang ini, dan memerintahkan orang tersebut juga untuk sholat dan apabila dia melakukan sholat tentu nantinya dia akan tersibukkan dari mendengar khutbah, dan telah maklum bahwa mendengarkan khutbah adalah wajib,
Berkata orang-orang yang mewajibkan tahiyyatul masjid: dan tidaklah ada yang dibolehkan menyibukkan diri dari suatu kewajiban melainkan dengan kewajiban,
dan apabila engkau melihat seseorang masuk masjid dan duduk maka katakan kepadanya: apakah engkau telah sholat? Maka apabila dia mengatakan: iya, maka selesai perkara, (namun) jika dia menjawab: aku tidak dalam keadaan bersuci maka selesai perkara; karena orang tersebut bukan orang yang ditargetkan dalam pembicaraan dengan sholat yaitu karena dia tidak dalam keadaan berwudhu,
apabila dia mengatakan: sesungguhnya dia memiliki wudhu namun tidak sholat, maka engkau katakan kepadanya: berdirilah dan sholatlah 2 roka'at; agar engkau tidak terjatuh ke dalam perbuatan dosa, karena orang-orang yang berpendapat akan wajibnya sholat tahiyyatul masjid menilai bahwa apabila seseorang meninggalkan sholat tahiyyatul masjid maka dia berdosa.
Silsilah Al-Liqo As-Syahri > Al-Liqo As-Syahri [35].
Audio dapat didengar di:
http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/mm_035_11.mp3
————————————————
حكم تحية المسجد
السؤال:
فضيلة الشيخ: هل ترك تحية المسجد منكر؟ وهل يجب عليَّ أن آمر من ترك تحية المسجد أن يصلي ركعتين؟
الجواب:
ترك تحية المسجد منكر على رأي بعض العلماء الذين يقولون: إن تحية المسجد واجبة، وهذا القول قوي جداً له وجهة نظر؛ لأن رجلاً دخل المسجد يوم الجمعة والنبي -صلى الله عليه وسلم- يخطب الناس فجلس، فقال له النبي -صلى الله عليه وسلم-: «أصليت؟» قال: لا، قال: «قم فصلِّ ركعتين وتجوز فيهما» فقطع النبي -صلى الله عليه وسلم- خطبته ليكلم هذا الرجل، وأمره أيضاً أن يصلي وإذا كان يصلي سوف يتشاغل عن سماع الخطبة، ومعلوم أن الاستماع إلى الخطبة واجب، قال الذين يوجبون تحية المسجد: ولا يشتغل عن واجب إلا بواجب، فإذا رأيت شخصاً دخل المسجد وجلس قل له: هل صليت؟ فإذا قال: نعم، انتهى الأمر، إذا قال: لست على طهارة انتهى الأمر؛ لأنه لا يتوجه إليه الخطاب بالصلاة وهو على غير وضوء، إذا قال: إنه على وضوء ولم يصل، تقول له: قم فصل ركعتين؛ لئلا تقع في الإثم، لأن القائلين بوجوب صلاة تحية المسجد يرون أنه إذا تركها الإنسان فإنه آثم.
المصدر: سلسلة اللقاء الشهري > اللقاء الشهري [35]
الصلاة > صلاة التطوع
رابط المقطع الصوتي
http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/mm_035_11.mp3
————————————————
Turut mempublikasikan :
Majmu'ah Riyadhus Salafiyyin
Channel Telegram || http://bit.ly/Riyadhussalafiyyin
WAJIBKAH SHALAT TAHIYYATUL MASJID
Asy-Syaikh Muhammad al-Utsaimin rahimahullah berkata:
ولكني أنا كنت أقول بوجوب تحية المسجد، لكن بعد ذلك ترجح عندي عدم الوجوب. ومع هذا لو أن أحدا قال بالوجوب فإننا لا نعنفه ولا ننكر عليه.
"Tetapi saya dahulu berpendapat wajibnya tahiyyatul masjid, tetapi setelah itu pendapat yang lebih rajih (kuat) menurut saya adalah tidak wajib. Namun seandainya ada yang berpendapat wajib maka kita tidak boleh menyikapinya dengan keras dan kita tidak boleh mengingkarinya."
Liqa'il Baabil Maftuuh, kaset no. 123, menit 40 detik 37 hingga menit 40 detik 58
Publikasi:
WA Salafy Solo
Channel Salafy Solo
https://bit.ly/salafysolo
Rabi'uts Tsani 1437 H
Apakah Tahiyatul Masjid Termasuk Shalat Rawatib
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin رحمه الله
Pertanyaan:
Fadhilatusy Syaikh Muhammad, surat ini datang dari seorang pendengar Muhammad Ali Muhammad dari ad-Dawadim. Ia bertanya: Apakah sunnah yang dikerjakan sebelum shalat yaitu tahiyatul masjid termasuk dari nafilah? Dan apakah ia langsung mengerjakannya setelah shalat fajr (shubuh) apabila waktu sudah mepet dan belum sempat shalat sebelumnya? Berilah kami faedah!
Jawaban:
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Tahiyatul masjid bukanlah ratibah dan shalat-shalat rawatib bukanlah tahiyatul masjid. Hanya saja shalat rawatib sudah mencukupi dari shalat tahiyatul masjid sedangkan tahiyatul masjid belumlah mencukupi dari shalat ratibah. Maka shalat Zhuhur misalnya memiliki shalat ratibah sebelumnya empat raka’at yang dikerjakan dengan dua kali salam sudah mencukupi dari shalat tahiyatul masjid. Engkau tidak perlu lagi mengerjakan shalat tahiyatul masjid.
Sementara bila engkau hanya mengerjakan shalat tahiyatul masjid dua raka’at, maka itu belum mencukupimu dari shalat ratibah. Dan engkau tetap dituntut mengerjakan shalat ratibah. Demikian juga dengan shalat fajar (shubuh). Apabila engkau masuk masjid setelah adzan kemudian mengerjakan shalat ratibah fajar dua raka’at, maka hal itu sudah mencukupimu dari mengerjakan shalat tahiyatul masjid.
Sedang bila engkau hanya mengerjakan shalat tahiyatul masjid, maka belum mencukupimu dari shalat ratibah. Oleh karena itu kita katakan: apabila engkau sudah menunaikan shalat ratibah, maka shalat tahiyatul masjid sudah gugur darimu. Namun bila engkau ingin mengerjakan keduanya, shalat tahiyatul masjid terlebih dahulu kemudian shalat ratibah berikutnya, maka tidak ada larangan bagimu dalam perkara ini.
Sumber: Silsilah Fatawa Nurun ‘alad Darb> kaset no. 51
Alih bahasa : Syabab Forum Salafy
——–
هل تحية المسجد من الرواتب ؟
السؤل:
فضيلة الشيخ محمد، هذه الرسالة وردتنا من المستمع محمد علي محمد من الدوادمي يقول فيها: هل السنة التي تصلى قبل الصلاة التي هي تحية المسجد هل هي النافلة؟ وهل تصلى بعد صلاة الفجر مباشرة إذا ضاق الوقت ولم تصلَّ قبله؟ أفيدونا.
الجواب:
الشيخ: الحمد لله رب العالمين. تحية المسجد ليست الراتبة، بل الرواتب غير تحية المسجد، ولكن تغني الرواتب عن تحية المسجد، ولا تغني تحية المسجد عن الراتبة. فصلاة الظهر مثلاً لها راتبة قبلها أربع ركعات بتسليمتين، فإذا دخلت المسجد قبل الإقامة وصليت هذه الركعات الأربعة بتسليمتين أجزأك ذلك عن تحية المسجد، ولا تحتاج إلى تحية المسجد، ولكن لو صليت تحية المسجد ركعتين لم تجزئك عن الراتبة، بل لا بد أن تأتي بالراتبة. وكذلك أيضاً بالنسبة لصلاة الفجر إذا دخلت المسجد بعد الأذان ثم صليت راتبة الفجر ركعتين أجزأ ذلك عن تحية المسجد، وإن صليت تحية المسجد لم تجزئك عن الراتبة. وعلى هذا فنقول: إذا صليت الراتبة تسقط عنك تحية المسجد، وإن صليتهما؛ صليت تحية المسجد أولاً ثم الراتبة ثانياً فلا حرج عليك في هذا.
المصدر: سلسلة فتاوى نور على الدرب > الشريط رقم [51]
Sumber: http://forumsalafy.net/apakah-tahiyatul-masjid-termasuk-shalat-rawatib
APA HUKUM TAHIYATUL MASJID DI RUANG YANG DIANGGAP MUSHOLLA ?
Dijawab oleh Al Ustadz Abu ‘Utsman Kharisman hafizhahullah via WA Al Itishom]
Pertanyaan : Assalamuâlaykum wa rohmatullaah ya asatidzah wa ikhwatul fillah. Di tempat kerja ana, dapati ada kamar kecil yang dianggap seperti surau/musollaah untuk solat. Yaitu mereka sudah anggap tempat itu seperti musollah masjid, yâni tempat haram, enggak dibenarkan masuk makan minum, sepatu atau kasut, dan kalau ana ingin duduk saja, apakah harus ana solat 2 rakaât?
Baarakallaahu feekum.
Jawaban : Waalaikumussalam warahmatullaahi wabarokaatuh.
Ruangan kecil semacam surau di kantor (tempat kerja) bukanlah masjid dan tdk berlaku hukum masjid seperti tahiyyatul masjid atau i’tikaf.
Al-Lajnah adDaaimah memberikan definisi masjid adalah:
البقعة المخصصة للصلوات المفروضة بصفة دائمة ، والموقوفة لذلك
Tempat (di permukaan bumi) yang dikhususkan untuk pelaksanaan sholat wajib secara terus menerus dan diwakafkan.
Sedangkan ruangan di kantor itu tdk diwakafkan. Ia tdk menjadi milik kaum muslimin secara umum tapi milik perusahaan atau kantor tersebut.
Wallaahu A’lam
Arsip WALIS » http://walis-net.blogspot.com/2016/01/apa-hukum-tahiyatul-masjid-di-ruang.html
••••••••••••••••••••••••••••••••••
Majmu’ah AL ISTIFADAH
http://bit.ly/tentangwalis
Telegram http://bit.ly/alistifadah JOIN
مجموعة الاستفادة
Ahad, 29 Rabi’ul Awwal 1437 H // 10 January 2016 M
TAHIYATUL MASJID SAAT KHUTBAH JUM’AT
Pertanyaan
Saat masuk masjid khutbah jum’at apakah wajib baginya sholat tahiyatul masjid?
Jawaban
Disyariatkan bagi orang Yang masuk masjid untuk sholat 2 rokaat sebelum duduk termasuk ketika imam sedang khutbah
Dalam hal ini secara khusus telah datang hadits Jabir رضي الله عنه didalam shohih Bukhori dan Muslim beliau mengatakan ” seseorang datang di hari jum’at saat Nabi Sholallohu alaihi wasalam sedang berkhutbah, maka Rasululloh bersabda apakah engkau sudah sholat? Diapun menjawab belum. Nabi bersabda berdirilah lalu Sholatlah 2 rokaat “
HR.Bukhori dan Muslim
Wabillahi taufik wa Sholallohu ala nabiyyina Muhammad wa alaihi washohbihi wa sallam
Fatawa Al Lajnah Ad Da’imah
Forum Ilmiyah Karanganyar
http://salafymedia.com/blog/2015/01/16/tahiyatul-masjid-saat-khutbah-jumat/
SHOLAT TAHIYYATUL MASJID TIDAK DIKERJAKAN KECUALI DI DALAM MASJID
Oleh :
Asy Syaikh Al-‘Allaamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin -rahimahullah-
PERTANYAAN:
Seseorang datang di hari Jum’at tatkala imam sedang berkhutbah dan masjid telah terisi penuh. Kemudian dia ikut sholat Jum’at diluar masjid.
Apakah (ketika dia berada di shaf diluar masjid) dia langsung duduk (tidak shalat tahiyyatul masjid) dan menyimak khutbah?
JAWABAN :
Syaikh: Dia langsung duduk.
Penanya: tidak melaksanakan sholat dua raka’at dulu (tahiyyatul masjid) ?
Syaikh: Tidak, karena saat itu dia TIDAK BERADA DI MASJID.
Penanya: maksudnya halaman itu terpisah (tidak dihukumi sebagai masjid)?
Syaikh: Sholatnya boleh. Maksudnya boleh mengikuti mereka (melaksanakan shalat Jum’at dari shaf di luar masjid).
Namun tidak bisa dikatakan: tempat ini (halaman) adalah masjid.
Rasulullah ﷺ TIDAK bersabda:
“Barangsiapa yang MENDATANGI SHALAT JAMA’AH maka janganlah dia duduk hingga dia mengerjakan shalat dua raka’at terlebih dahulu.”
Tetapi Rasul ﷺ bersabda:
إذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِد…
“Apabila salah seorang diantara kalian MASUK MASJID …”
Penanya: Apakah berlaku semua hukum-hukum Sholat Jum’at apabila dia berbicara di halaman tadi?
Syaikh: Dia tidak boleh berbicara MESKIPUN dia sedang berjalan di pasar -belum sampai masjid dan sedang menuju masjid itu- maka dia tidak boleh berbicara ketika imam sedang berkhutbah.”
————–
**Hadits :
إذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
“Jika salah seorang dari kalian MEMASUKI MASJID, maka janganlah dia duduk sampai dia mengerjakan shalat sunnah dua raka’at (shalat sunnah tahiyatul masjid).” (HR. Bukhari no. 1163 dan Muslim no. 1687)
ــــــــــــــــــــــ
تطبيق فــتاوى بن عثيمين رحمــه الله – تحية الــمسجد لا تؤدى إلا داخــل المسجـــد
الســؤال:
جاء رجل يوم الجمعة والإمام يخطب والمسجد ممتلئ فصلى مع الناس في خارج المسجد فهل يجلس أم يستمع الخطبة؟
الجـــواب:
يجلس.
السائل: لا يصلي ركعتين؟!
الشيخ: لا . ليس هو في المسجد الآن.
السائل: الصرح منفصل يعني.
الشيخ: تصلح الصلاة; أي: يصلح اتباعهم، لكن لا يقال: هذا مسجد. الرسول لم يقل: من أتى جماعة فلا يجلس حتى يصلي ركعتين، بل قال: «إذا دخل أحدكم المسجد».
السائل: سائر أحكام الجمعة إذا تكلم في الصرح؟
الشيخ: لا يتكلم حتى لو كان يمشي في السوق ولم يصل المسجد وهو قاصدٌ هذا المسجد لا يجوز له أن يتكلم والإمام يخطب.
ـــــــــــــــــــ
🔑المصدر: سلسلة لقاءات الباب المفتوح > لقاء الباب الــمفتوح [162]
الصلاة > أحكام المساجد
🔊رابط المقطع الصوتي
Sumber :
http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/od_162_11.mp3 (durasi 00:56 )
Alih Bahasa :
Abu Zain Iding (Bantul) -hafizhohullah- [FBF-3]
__________________
مجموعـــــة توزيع الفـــــــوائد
WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net
Apakah boleh niat shalat sunnah fajar digabung dengan shalat tahiyatul masjid?
Jawab:
Ya, boleh dan sah. Para ulama telah menerangkan masalah ini. Kami nukilkan di sini keterangan dua imam fiqih yang merupakan guru dan murid, yaitu al-Faqih as-Sa’di dan muridnya, al-Faqih Ibnu ‘Utsaimin, rahimahumallah.
Al-Imam Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika seseorang masuk masjid dan melaksanakan shalat dengan niat shalat sunnah rawatib [1] semata, gugurluh dengannya tuntutan shalat tahiyatul masjid [2]. Ia dianggap telah melaksanakan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, hendaknya dia shalah dua rakaat sebelum duduk.” (Muttafaq ‘alaih dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu)
Hal ini semisal dengan seorang yang masuk masjid dan mendapati imam sedang shalat wajib, lalu ia pun ikut shalat berjamaah bersamanya. Gugurlah dengannya tuntutan shalat tahiyatul masjid atasnya.
Bisa juga ia shalat tahiyatul masjid dulu kemudian shalat sunnah rawatib. Ini juga boleh, tetapi mungkin saja kekhawatiran akan dikumandangkannya iqamat menghalangi seseorang melakukannya.
Bisa pula ia meniatkan shalat sunnah rawatib dan tahiyatul masjid sekaligus.” [3]
Hal ini masuk dalam kaidah fiqih yang disebutkan oleh para ulama, di antaranya al-’Allamah as-Sa’di dalam kitab al-Qawa’id wal Ushul al-Jami’ah wal Furuq wat Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah, “Jika terkumpul dua ibadah yang sejenis, gerakan-gerakannya pun melebur jadi satu, dan dicukupkan dengan salah satunya apabila tujuannya sama. Ini adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemudahan dari-Nya bahwa satu amalan mewakili beberapa amalan. Maka dari itu, barangsiapa masuk masjid di waktu pelaksanaan shalat sunnah rawatib lalu ia shalat dua rakaat dengan meniatkan sunnah rawatib dan tahiyatul masjid sekaligus, ia pun mendapatkan keutamaan kedua ibadah tersebut.”
Ibnu ‘Utsaimin berkata pada ta’liq/syarah beliau terhadap kitab al-Qawa’id wal Ushul al-Jami’ah [4], “Contoh-contoh yang disebutkan penulis rahimahullah, seseorang masuk ke dalam masjid dalam keadaan belum shalat sunnah rawatib. Ini pada shalat lima waktu yang mana? Shalat zhuhur dan shalat subuh. Dia masuk masjid setelah adzan dalam keadaan baru saja berwudhu, sehingga di sini dia dituntut melaksanakan shalat sunnah wudhu, tahiyatul masjid, dan sunnah rawatib. Apakah jika dia shalat dua rakaat saja mencukupi untuk semuanya? Jawabannya, ya. Sebab, tujuannya sama, yaitu melaksanakan shalat dua rakaat setelah wudhu, dua rakaat saat masuk masjid, dan dua rakaat rawatib (tujuan ini seluruhnya tercapai). Di sini kami katakan, ‘Boleh jadi, dia meniatkan ibadah-ibadah ini seluruhnya sehingga dia mendapatkan pahala seluruh ibadah tersebut. Bisa jadi pula, dia meniatkan salah satunya saja maka tinjauan rinciannya adalah sebagai berikut:
- Jika dia meniatkan sunnah rawatib saja, hal itu mewakili lainnya (sunnah tahiyatul masjid dan sunnah wudhu).
- Jika dia meniatkan sunnah wudhu [5], hal itu mewakili dari sunnah wudhu dan tahiyatul masjid, karena tujuan dari keduanya tercapai. Namun, tidak mewakili sunnah rawatib, karena tujuan yang diinginkan darinya adalah terlaksananya dua rakaat sebelum shalat wajib secara tersendiri (sedangkan di sini tidak diniatkan).”
Wallahu a’lam, walhamdulillah.
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
Catatan kaki:
[1] Shalat sunnah yang mengikuti shalat wajib, yang dalam hal ini sunnah sebelum shalat subuh dan shalat zhuhur.
[2] Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikram.
[3] Rekaman Syarah Bulughul Maram (Syarah Hadits Abu Sa’id al-Khudri pada kitab ash-Shalat Bab al-Mawaqit).
[4] Hlm. 168-169, cet. Maktabah as-Sunnah.
[5] Atau sunnah tahiyatul masjid.
Sumber: Majalah Asy Syariah, no. 69/VI/1432 H/2011, hal. 77-78.
http://salafycileungsi.info/apakah-boleh-niat-shalat-sunnah-fajar-digabung-dengan-shalat-tahiyatul-masjid/
http://walis-net.blogspot.co.id/2015/08/apakah-boleh-niat-shalat-sunnah-fajar.html
SIAPA SAJA YANG KELUAR DARI MASJID DENGAN NIAT KEMBALI DALAM WAKTU YANG SINGKAT, APAKAH DIA SHOLAT TAHIYATUL MASJID?
SOAL :
Fadhilatus Syaikh, Saya telah masuk masjid dan saya telah sholat 2 rekaat ( Tahiyyatul Masjid ), Dan saya keluar dengan niat kembali.
Maka apabila saya kembali, Apakah mengharuskan saya untuk sholat 2 rekaat ( Tahiyyatul Masjid )?
JAWABAN :
Apabila seseorang keluar dari masjid dengan niat kembali, Apabila kembali dalam waktu yang singkat.
Maka dia tidak sholat Tahiyyatul Masjid.
Seperti Seandainya dia keluar untuk wudhu dan kembali, Atau dia keluar Mengambil kitab dari rumah dan kembali, atau dia keluar untuk berbicara dengan seseorang dan kembali.
Dalam Hal ini dia tidak sholat, dikarenakan waktunya singkat. Adapun apabila waktunya lama maka hendaklah dia sholat 2 rekaat.
Setiap kita, Apabila kita telah sholat dhuhur, Kita keluar dari masjid dengan niat kembali untuk sholat ashar, Maka apakah kita katakan ” Apabila kita kembali untuk sholat ashar : Kita tidak sholat …? ” Tidak… Kita sholat.
Difahami bahwa apabila dikarenakan kesibukan dia kembali dalam waktu yang singkat, Maka dia tidak sholat. Cukup baginya ( Tahiyyatul Masjid ) dengan sholat yang pertama.
Dan dalilnya adalah Bahwa Rasululloh Sholallohu ‘Alihi Wassalam mengizinkan bagi orang yang ‘Itikaf untuk keluar masjid dikarenakan kepentingan yang ringan, Beliau Sholallohu ‘Alaihi Wassalam tidak menganggap keluar dari masjid.
Maka seolah-olah perkara ini yaitu orang yang keluar dari masjid dan dia berniat kembali dalam waktu yang singkat, Seolah-olah dia tidak keluar dari masjid.
Alih Bahasa : Abu ‘Abdillah
المصدر : سلسلة لقاءات الباب المفتوح 125
لشيخ ابن عثيمين رحمه الله
الصلاة>أحكام المساجد
Forum Ilmiyah Karanganyar
Shalat Fardhu Bermakmum Kepada yang Shalat Sunnah
Apabila saya sedang shalat tahiyatul masjid atau shalat sunnah, lalu seseorang masuk dan menyangka saya sedang shalat fardhu lantas langsung bermakmum kepada saya, bagaimana hukumnya? Apa yang harus saya lakukan?
Jawab:
Menurut pendapat yang paling benar di antara dua pendapat ulama, seorang yang shalat fardhu boleh bermakmum kepada orang yang sedang shalat sunnah atau bermakmum kepada orang yang shalat sendirian. Seseorang tidak boleh menolak orang yang hendak bermakmum kepadanya. Telah sahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa dia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau sedang shalat malam sendirian, lantas ia berdiri ikut shalat di samping kiri beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu memindahnya ke sebelah kanan beliau dan shalat bersamanya.
Telah sahih pula bahwa dahulu Mu’adz radhiyallahu ‘anhu shalat isya berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian pulang dan mengimami kaumnya shalat isya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengingkarinya.Demikian pula, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengimami shalat khauf dua rakaat bersama sekelompok sahabat kemudian salam. Setelah itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dua rakaat mengimami kelompok yang lain kemudian salam. (HR. Abu Dawud)
Pada shalat yang kedua, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam shalat sunnah.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil Ketua: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (Fatawa al-Lajnah, 7/405—406)
Sumber : http://asysyariah.com/fatwa-fatwa-seputar-shalat-berjamaah/
Sedang Shalat Sunnah, Iqamat Dikumandangkan
Apabila iqamat dikumandangkan dan seseorang sedang melakukan shalat sunnah dua rakaat atau tahiyatul masjid, apakah dia menghentikan shalatnya agar bisa shalat wajib berjamaah? Apabila jawabannya ya, apakah dia harus salam dua kali ketika menghentikan shalatnya atau dia hentikan tanpa salam?
Jawab:
Yang benar di antara dua pendapat ulama, hendaknya dia menghentikan shalat tersebut dan tidak perlu salam untuk keluar dari shalat tersebut. Dia langsung bergabung dengan imam.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (Fatawa al-Lajnah, 7/315)
Sumber : http://asysyariah.com/fatwa-fatwa-seputar-shalat-berjamaah/
Shalat Tahiyatul Masjid di Waktu Terlarang
Ustadz Abu Abdillah Muhammad as-Sarbini.
Bagaimana jika shalat tahiyatul masjid dikerjakan pada waktu terlarang seperti menjelang azan shalat zuhur dan magrib? 08218XXXXXXX
Shalat tahiyatul masjid dan shalat sunnah yang ada sebabnya tetap dilaksanakan meskipun pada waktuwaktu terlarang, menurut pendapat yang rajih.
http://asysyariah.com/tanya-jawab-ringkas-16/
JANGAN TINGGALKAN SHALAT TAHIYATUL MASJID
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah
Orang-orang masuk ke dalam masjid di waktu yang terlarang (untuk shalat tanpa sebab, pen.), kemudian mereka duduk di tembok atau dinding yang mana mereka bersandar padanya. Apakah perbuatan mereka teranggap sebagai duduk ataukah bukan?
Pertanyaan: Fadhilatusy Syaikh, sebagian ikhwah dari mu`adzin (yang mengumandangkan adzan, pen.) maupun dari makmum datang ke masjid menjelang waktu tenggelamnya matahari dan ia tidak shalat tahiyyah (yakni tahiyyatul masjid, pen.). Maka ia duduk di tembok atau dinding yang mana ia bersandar padanya seraya berkata, "Sesungguhnya ini bukanlah duduk karena bukan di lantai (bumi) dan yang seperti ini tidak didapati di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam", ia melakukan itu dengan maksud menjauhi dosa. Maka bagaimana arahanmu (ya Syaikh)?
Jawaban: Arahanku, sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar melindungiku, melindunginya, dan juga melindungi orang-orang yang mendengar ini dari syaitan yang terkutuk.
Subhanallah! (Apakah) keadaan seorang mukmin sampai seperti ini?! Ia duduk di tembok atau dinding bersandar padanya dan tidak shalat (tahiyyatul masjid, pen.) dalam keadaan ia mengetahui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian masuk ke dalam masjid, maka janganlah ia duduk hingga ia shalat dua rakaat".
Dan pernyataannya "Sesungguhnya ini bukanlah duduk" maka ini dari khayal/fantasi syaitan. Jika kita katakan "ini bukanlah duduk" maka artinya semua orang yang duduk di kursi bukan termasuk orang yang duduk.
Kemudian anggaplah yang seperti itu bukan duduk, maka diamnya engkau tanpa shalat merupakan sebuah kehilangan. Dan agar diketahui semua bahwa umur manusia dan pemanfaatannya di dunia ini adalah apa yang dilaluinya dalam ketaatan kepada Allah.
Dan aku katakan kepada orang tersebut sebagai nasihat karena Allah: Janganlah syaithan mempermainkanmu, shalatlah (tahiyyatul masjid, pen.). Jika engkau tidak mampu untuk shalat dengan berdiri, maka duduklah di tembok atau dinding itu (dan shalatlah sambil duduk, pen.), dan ketika ruku' maka berdiri dan ruku'-lah, hingga kemudian sujud seperti yang engkau lakukan di shalat-shalat yang lain. Dan manfaatkanlah waktu karena waktu berlalu dengan cepat dan umur akan hilang semua.
Dan aku katakan: Sungguh perbuatannya itu merupakan kemaksiatan kepada Rasulullah 'alaihish shalatu wa sallam karena semua orang mengetahui bahwa orang tersebut telah duduk, dan tidak ada yang menyangsikannya dalam hal ini. Maka bagaimana ia membuat dirinya keliru dan mengatakan bahwasanya itu bukanlah duduk?
Sumber: Silsilah Al-Liqa` Asy-Syahri > Al-Liqa` Asy-Syahri [56]
⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia || http://forumsalafy.net/jangan-tinggalkan-shalat-tahiyatul-masjid/
⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy