Masih ingat Revolusi Februari 1979 di Iran?
Apabila Rusia dengan Revolusi Bolshevik 1917, melalui jaringan Komunis Internasional (Komintern), berhasil mengekspor paham komunisme ke seluruh dunia;
Iran dengan Revolusi Februari 1979 yang digerakkan oleh Khomeini, pun menebarkan pemahaman Syiah ke seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia.
Setelah Shah Iran Reza Pahlevi digulingkan oleh Khomeini, kekuasaan beralih kepada kaum Syiah. Untuk mengelabuhi masyarakat muslim dunia, revolusi yang dicanangkan dilabeli dengan “Revolusi Islam”. Tak heran apabila kemudian banyak kaum muslimin tertipu. Tahun 1980-an, di Indonesia, foto-foto Khomeini berbagai ukuran menyebar secara masif di kalangan para aktivis Islam. Khomeini menjadi simbol perlawanan saat itu. Khomeini difigurkan.
Sebagaimana halnya Revolusi Bolshevik di Rusia yang dijadikan rujukan oleh para kader komunis, yang lantas disusul pengiriman kader-kadernya ke Rusia. Setelah revolusi di Iran berlangsung, pengiriman para aktivis Islam ke Iran pun dilakukan. Melalui jaringan yang dirancang kaum Syiah di Indonesia, program cuci otak terhadap para aktivis Islam dari Indonesia dilakukan secara sistematis.
Kader-kader Syiah yang kembali dari Iran lantas melakukan pergerakan. Sebagaimana orang-orang komunis berhasil menyusup ke dalam tubuh Sarikat Islam, kaum Syiah pun melakukan gerakan penyusupan ke tubuh partai, organisasi massa, bahkan ke lembaga kekuasaan di tingkat pusat.
Berbahayakah kaum Syiah sehingga perlu diwaspadai? Apabila berkaca pada sejarah, perjalanan panjang kaum Syiah di muka bumi ini teah menorehkan luka mendalam pada tubuh kaum muslimin.
Betapa tidak. Kaum Syiah senantiasa memunculkan konflik. Melalui doktrin sesatnya, kaum Syiah memiliki keyakinan yang keji terhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Kaum Syiah pun merusak tatanan hidup bermasyarakat dan berkeluarga melalui ajaran nikah mut’ah. Kaum Syiah pun mengajarkan hidup boleh berdusta melalui ajaran taqiyyah. Bahkah, bahkan taqiyyah adalah ibadah.
Masih sekian banyak ajaran lagi kesesatan ajaran Syiah. Ajaran-ajaran tersebut merupakan BOM WAKTU YANG BISA MENJADI PEMICU KONFLIK HORISONTAL DI TENGAH MASYARAKAT. Bahkan, apabila telah memiliki kekuatan, KAUM SYIAH TAK SEGAN MELAKUKAN PEREBUTAN KEKUASAAN.
Pelajaran sejarah yang terbaik untuk menjadi cermin bangsa Indonesia adalah perjalanan kaum Syiah di Iran yang merebut kekuasaan dari Shah Iran, Reza Pahlevi. Di Yaman, kaum Hutsi (Syiah) berupaya melakukan gerakan pemberontakan bersenjata guna menggulingkan presiden yang sah. Demikian pula pergolakan kaum Syiah di Suriah.
Semua itu hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi bangsa ini. Haruskah menanti bangsa ini bersimbah darah lagi sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum komunis PKI dahulu?"
~~~~~~~~~~~~
dari majalah "asy-Syari'ah" no. 113/X/1437 H/2016 , PROXY WAR KUASAI NEGARA TANPA KIRIM BALA TENTARA, oleh al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafrudin, , halaman 20.
Majmu'ah Manhajul Anbiya
Join Telegram https://tlgrm.me/ManhajulAnbiya
Situs Resmi http://www.manhajul-anbiya.net