Benarkah Gusdur Merupakan Wali Allah..?
Walaupun Gusdur sudah mati sekian tahun yang lalu namun pengaruh buruknya masih sangat terasa sampai sekarang. Nama Gusdurpun masih laku disebut-sebut oleh para tokoh sesat, atau bahkan nama Gusdurpun masih laku dijual untuk komoditas politik pada kelompok tertentu.
Berikut ini sedikit dari sekian banyak bukti dari apa yang saya katakan. Prof. DR Said Aqil Siraj dalam ceramahnya yang nyeleneh dan mengandung sekian banyak kesesatan belum lama ini mengatakan, Wahid Hasyim wafat punya putra diatas cerdas. Kalau Wahid Hasyim cerdas, putranya sak nduwure diatasnya cerdas, Kyai haji Abdurrahman Wahid….”dst
Tak ketinggalan perkataan seorang Syiah Jalaludin Rahmat yang dia ucapkan belum lama ini. “…Jadi, kalau ada yang nanya, dulu kan anda Muhammadiyah, kok sekarang jadi Syiah. Siapa yang mengsyiahkan Anda? Maka saya jawab, Kyai Haji Abdurrahman Wahid..”
Para pembaca yang kami hormati, pada kesempatan ini kami hanya membahas tentang sebuah kesesatan dan pembodohan ketika banyak dari orang-orang awam terkhusus orang-orang NU yang meyakini Gusdur sebagai wali Allah. Dengan berbagai kesesatan dan penyimpangan yang dilakukan oleh gusdur. Hal ini kami lakukan dalam rangka menjelaskan kebenaran dan bentuk kasih sayang kami kepada saudara-saudara kami kaum muslimin agar tidak terjatuh pada kesesatan.
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah, pembahasan tentang siapa itu wali Allah, kreteria dan sifatnya sangatlah penting karena banyak orang yang tidak mengetahui siapa itu wali Allah. Bahkan karena kebodohannya terhadap agama seseorang memasukkan orang-orang yang merupakan musuh-musuh Allah sebagai wali dari wali-wali Allah. Disamping ada upaya-upaya dari ahlu bathil untuk menanamkan hal tersebut.
Berkata asy-Syaikh Al-Allamah Shalih al Fauzan: “Ini adalah pokok yang sangat agung yaitu perbedaan antara wali-wali Allah dan wali-wali syaithan, dikarenakan para ahlu bathil menamakan wali-wali syaithan sebagai wali-wali Allah sehingga perkara ini menjadi tersamar atas manusia. (Syarh al Ushul as-Sittah, hlm.35)
Lalu siapa wali Allah itu?
Al Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:
يخبر تعالى أن أولياءه هم الذين آمنوا وكانوا يتقون، كما فسرهم ربهم، فكل من كان تقيا كان لله وليا
“Allah mengkhabarkan bahwa wali-wali Nya adalah mereka orang-orang yang beriman dan bertakwa sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah tentang mereka sehingga setiap orang yang bertakwa adalah wali-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir 4/278)
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: Wali Allah adalah orang yang berilmu tentang Allah dan terus menerus diatas ketaatan kepada –Nya dengan mengikhlasakan peribadatan.” (Fathul Bari, 11/432)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Tidaklah seorang hamba dikatakan wali Allah kecuali apabila dia beriman kepada Allah, dan beriman dengan apa yang datang dari Rasulullah, dan mengikutinya secara lahiriah dan batiniyah, barangsiapa yang mengaku mencintai Allah tetapi tidak mengikuti Rasulullah maka dia bukan wali Allah bahkan barangsiapa yang menyelisihinya maka dia termasuk musuh-musuh Allah, wali-wali syaithan. Allah Ta’aala berfirman;
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintaimu.”(ali Imran:31)
Maka barangsiapa yang mengikuti rasulullah maka Allah mencintainya, barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan tidak mengikuti Rasulullah maka dia bukan termasuk wali-wali Allah.” (al Furqan, hlm. 542)
Berkata asy-Syaikh al-Allamah Muhammad al-Utsaimin: Wali-wali Allah Ta’aala meraka adalah orang-orang yang beriman kepada Nya, bertakwa kepada Nya dan istiqamah diatas agamaNya. Mereka adalah arang yang disifati oleh Allah Ta’alah didalam firman Nya,
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Yunus:62-63) (syarh al Ushul as Sittah )
Dari penjelasan diatas kita ketahui wali-wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa. Takwa adalah menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah. Adapun Gusdur malah menjalankan larangan-larangan Allah, bahkan larangan terbesar yaitu kekufuran. Seperti mencela al –Qur’an, meninggalkan sholat dan yang lain.
Wali Allah bukanlah orang gila, bukan juga orang yang melakukan kekufuran dan kesyirikkan, bukan juga orang yang meninggalkan sholat, bukan juga orang yang memberikan loyalitasnya kepada orang kafir dan yang lainnya.
Berikut penjelasan sebagian kesesatan dan penyimpangan Gusdur
Pada kesempatan ini kami hanya menjelaskan sebagian kecil kesesatan dan penyimpangan Gusdur. Dengan hal ini saja atau bahkan dengan sebagian yang kami sebutkan saja, sudah cukup untuk membuat seseorang untuk sadar bahwa gusdur tidak pantas disebut sebagai wali Allah.
Gusdur Mencela Al-Qur’an, -waliyadzubillah- dengan mengatakan kitab suci paling porno sedunia.
Seorang muslim yang paling bodoh sekalipun selama dia masih memiliki akal yang sehat akan menilai ucapan ini adalah bentuk dari celaan terhadap al-Qur’an. Dan ini bentuk dari kekufuran.
Allah Ta’aala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (at-Taubah:65-66)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah: “Ini adalah nash (dalil) tentang orang yang bersendau gurau/mengolok-ngolok Allah, Ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya adalah bentuk kekufuran, memaksudkan (dengan sengaja) untuk mencela lebih-lebih jelas kufurnya. Dan sungguh dari ayat ini ditunjukkan tentang setiap orang yang merendahkan Rasulullah dengan sungguh-sungguh atau bersenda gurau sungguh dia telah kafir.” (Shaarimul Masluul : 2/70)
Berkata Asy-Syaikh Al-Allaamah Sulaiman Alu Syaikh rahimahullah : “Para Ulama sepakat atas orang yang bersendau gurau/ mengolok-ngolok Allah atau kitab-Nya atau Rasul-Nya atau Nabi-Nya adalah kekufuran walaupun dilakukan dengan bercanda tidak bermaksud sengaja untuk mengolok-ngolok, dan adanya ijma’ (kesepakatan para ulama) tentang hal ini.” (Taisirul Azizil Hamid : 617)
Berkata asy-Syaikh Al Allamah Abdurrahman Nashir As Sa’di: “Sesungguhnya mengolok-ngolok Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya adalah kekufuran yang mengeluarkan pelakuknya dari agama, dikarenakan pokok agama adalah mengaggungkan Allah, agama dan rasul-Nya. Dan mengolok-ngolok dengan hal tersebut meniadakan pokok agama ini dan bertolak belakang dengan sebesar-besar bertolak belakang.” (Taisirul Karimir Rahman pada ayat ini)
Berkata asy-Syaikh Al-Allamah Shalih al Fauzan: “Bahwasannya ayat tersebut menunjukan tentang kafirnya seseorang yang mengolok-ngolok dengan sesuatu yang didalamnya menyebutkan Allah, Rasulullah atau al-Qur’an.” (al Mulakhos, hlm.326)
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah. Apakah pantas seorang yang mencela al-Qur’an dikatakan wali Allah…? atau lebih pantas dikatakan sebagai musuh-musuh Allah atau wali-wali syaithan…? –kemana perginya orang yang berakal itu-
Gusdur meninggalkan sholat wajib kecuali hanya kadang-kadang saja jika ia anggap penting.
Berkata al Imam Adz Dzahabi رحمه الله : “Dosa besar yang keempat adalah meninggalkan sholat” (Kitab al Kaba’ir)
Berikut sebagian dalil yang menunjukkan dosa meninggalakn shalot wajib merupakan dosa besar bahkan dosa kekufuran.
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman :
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ المُشْرِكِينَ
“Serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (ar-Ruum : 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ
“Sesungguhnya pembatas antara seseorang dan kesyirikkan dan kekufuran adalah meninngalkan shalat.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjajian antara kami dengan mereka adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkan shalat sungguh dia telah kafir.” (HR. An-Nasai, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Berkata Syaikh Al ‘Allamah Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin Rahimahullah: ”Kami mendapati didalam Al-kitab (Al-Qur’an) dan as-Sunnah dalil keduanya menunjukkan atas kafirnya orang yang meninggalkan shalat, dengan kekufuran yang besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam.” (Hukmu Taarikis Shalah, Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin: 6).
Gusdur dengan sikap dan statmen-statmenya yang sering meperlihatlan loyalitasnya kepada orang-orang kafir.
Berteman dekat dan membela orang-orang kafir. Mendukung kristenisai, membela agama ahmadiyah, membela agama Syiah dan yang lainnya.
Wahai kaum muslimin ketahuilah, -semoga Allah merahmati kalian-
Wali-wali Allah akan memberikan wala’nya (kencintaan, loyalitasnya) kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman bukan malah kepada orang-orang kafir dari kalangan yahudi, nasrani dan orang-orang munafik. Allah Ta’aala berfirman:
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ المُفْلِحُونَ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (al Mujadilah:22).
Berkata asy-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah: “Maka harus membenci dan memusuhi musuh-musuh Allah, dan berkasih sayang serta mencintai orang-orang beriman. Demikianlah seorang yang beriman memencintai wali-wali Allah, saling tolong menolong dalam kebaikkan, dan membenci musuh-musuh Allah dan memusuhi mereka karena Allah.” (Syarh Tsalatul Ushul, hlm. 51)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini diantara kesesatan dan penyimpangan Gusdur yang menunjukkan sama sekali tidak pantas dengan apa yang dilakukan oleh Gusdur lalu setelah itu dianggap sebagai wali dari wali-wali Allah. Wallahu a’lam bis shawwab.
□□□□□ SELESAI □□□□□
▪▫▪▫▪▫▪▫
Di tulis oleh ;
Ustadz Abdulloh al jakarty hafidhohullohu ta'ala
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
☆F A W A I D I L M I Y Y AH☆