Asysyariah
Asysyariah

sebab terjaganya keimanan

7 tahun yang lalu
baca 9 menit
Sebab Terjaganya Keimanan

Khutbah Pertama

 

الْحَمْدُ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيداً، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيماً مَزِيداً.

أَمَّا بَعْدُ؛

فَأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ وَآمِنُوا بِهِ إِيمَانًا صَحِيحًا

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah mengaruniakan iman dan takwa kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita termasuk yang mendapat karunia yang amat mulia ini. Amin, ya Rabbal ‘alamin.

Sebab, kalau bukan karena hidayah dan karunia dari-Nya, niscaya kita termasuk orang-orang yang merugi. Na’udzubillah min dzalik.

          فَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَكُنتُم مِّنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٦٤

“Seandainya bukan karena karunia dan rahmat Allah atas kalian, niscaya kalian akan tergolong orang-orang yang merugi.” (al-Baqarah: 64)

 

Di dalam surah al-‘Ashr, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

          وَٱلۡعَصۡرِ ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (al-‘Ashr: 1—3)

 

Di antara yang dilantunkan para sahabat ketika menggali parit Khandaq bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,

وَاللهِ لَوْلاَ اللهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا

        “Demi Allah, kalau bukan karena karunia Allah, tidaklah kami mendapat hidayah, niscaya kami tidak bersedekah, tidak pula kami mengerjakan shalat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

 

Hadirin sidang jumat rahimakumullah!

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga anugerah iman dan takwa ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

          يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢

        “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” (Ali Imran: 102)

 

Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ucapan dalam Islam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya menjawab,

قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ؛ ثُمَّ اسْتَقِمْ

        Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah,” kemudian istiqamahlah. (HR. Muslim dari sahabat Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi radhiallahu ‘anhu)

 

Jawaban singkat ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keistiqamahan iman.

 

Hadirin rahimakumullah!

Perhatikanlah janji Allah subhanahu wa ta’ala bagi hamba-hamba-Nya yang berhasil memelihara keistiqamahan iman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

          إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ١٣

        Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah, niscaya tidak akan ada rasa khawatir pada mereka, tidak pula mereka bersedih hati. (al-Ahqaf: 13)

 

          إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٣٠

        Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Fushshilat: 30)

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah!

Dalam majelis ini perlu untuk kita ketahui bersama beberapa sebab terjaganya keimanan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

          وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧

        “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian. Akan tetapi, jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrahim: 7)

 

Jamaah jumat rahimakumullah!

Tersirat dari ayat di atas bahwa di antara penyebab terjaganya keimanan adalah:

  1. Bersyukur

Kalbu seseorang mengakui bahwa kenikmatan iman maupun kenikmatan yang lainnya berasal hanya dari Allah subhanahu wa ta’ala. Lisannya selalu memuji Allah atas kenikmatan-Nya tersebut. Dia juga menggunakan kenikmatan-kenikmatan tersebut dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak menggunakannya untuk bermaksiat.

 

Yang tidak kalah pentingnya daripada bersyukur adalah:

  1. Bersabar

Bersabar di sini meliputi tiga jenis kesabaran: (1) bersabar di atas ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, (2) bersabar untuk menahan diri dari bermaksiat kepada-Nya, dan (3) bersabar menghadapi musibah.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh, mengagumkan urusan seorang muslim. Segala urusan mendatangkan kebaikan baginya dan yang demikian hanya ada pada seorang mukmin. Manakala mengalami kesenangan, dia akan bersyukur, itu adalah kebaikan baginya. Manakala ditimpa musibah, dia bersabar, itu pun kebaikan baginya.” (HR. Muslim dari sahabat Suhaib bin Sinan radhiallahu ‘anhu)

 

  1. Kesungguhan menjaga keistiqamahan iman dan takwa.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

          وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٦٩

        “Orang-orang yang bersungguh-sungguh di (jalan) Kami, niscaya benar-benar Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (al-‘Ankabut: 69)

 

  1. Berusaha mengikhlaskan niat dalam semua urusan agama.

Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

          وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ

        “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar mereka beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama ini hanya untuk-Nya.” (al-Bayyinah: 5)

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya, amalan-amalan tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai dengan niatnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu)

 

  1. Berpegang teguh dengan al-Qur’an dan Sunnah.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي

“Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengannya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. al-Imam Malik dari sahabat Zaid bin Arqam radhiallahu ‘anhu, dan dihukumi sahih oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah)

 

Maksudnya, dengan menjadikan keduanya sebagai pedoman dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keduanya.


 

  1. Berusaha selalu jujur dalam segala urusan.

Kejujuran sangat berpengaruh terhadap keistiqamahan iman seseorang. Sebab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَلاَ يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا

“Hendaknya kalian bersikap jujur karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke surga. Manakala seseorang selalu jujur dan menekuninya, niscaya akan ditulis di sisi Allah sebagai seorang shiddiq (tepercaya).”

 

Sebaliknya, perbuatan dusta sangat berbahaya terhadap keistiqamahan iman seseorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَ يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

“Berhati-hatilah kalian dari berbuat dusta karena dusta akan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke neraka. Manakala seseorang selalu berdusta dan menekuninya, dia akan ditulis di sisi Allah subhanahu wa ta’ala sebagai pendusta.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu)

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩

        “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (at-Taubah: 119)

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ

 

Khutbah Kedua

 

الْحَمْدُ الَّذِي مَنَّ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِسْلَامِ، وَأَمَرَنَا بِالتَّمَسُّكِ بِهِ لِيُوْصِلَنَا بِهِ إِلَى دَارِ السَّلاَمِ، وَالصَّلَاة وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الْبَرَرَةِ الْكِرَامِ، أَمَّا بَعْدُ: فَأَيُّهَا النَّاسُ عِبَادَ اللهِ الْكِرَامَ رَحِمَكُمُ اللهُ

 

Hadirin rahimakumullah,

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat.” (al-Mujadalah: 11)

 

Ayat ini mengandung beberapa penyebab terjaganya keimanan:

  1. Mempelajari ilmu agama

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِهْهُ فِي الدِّينِ

        “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan menjadikannya paham agama.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Muawiyah radhiallahu ‘anhuma)

 

Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِ مَنْ هَدَيْتُهٌ، فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ

“Wahai hamba-hamba-Ku, sungguh kalian semua tersesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah. Maka dari itu, mintalah hidayah kepada-Ku, niscaya kalian Aku beri hidayah.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu)

Hadits di atas menyiratkan makna bahwa di antara penyebab terjaganya keimanan adalah:

 

  1. Doa

Sebab, iman dan takwa merupakan taufik dan hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sampaisampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja selalu berdoa dengan doa berikut ini.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan kalbu, kokohkanlah kalbuku di atas agama-Mu.”

 

رَبَّنَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكِ، وَيَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا فِي طَاعَتِكَ .

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَالْحَمْدُ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

 

Ditulis oleh al-Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar