Ukhuwah Anak Kuliah
Ukhuwah Anak Kuliah oleh Admin UAK

kapan terjadi lailatul qadr?

6 hari yang lalu
baca 7 menit

*Kapan Terjadi Lailatul Qadr?*

Asy-Syaikh Dr. Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri hafizhahullah mengatakan:

“Para ulama telah berbeda pendapat dalam menentukan waktu terjadinya Lailatul Qadr. Apabila kita memperhatikan hadits-hadits nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mengkompromikan semuanya maka akan nampak jelas tentang pendapat yang paling kuat dalam hal ini sebagaimana akan datang penjelasannya.
Lailatul Qadr terjadi pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في العشرِ الأواخرِ من رمضانَ
“Carilah oleh kalian keutamaan Lailatul Qadr di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.”
Sebagaimana dalam hadits yang derajatnya muttafaq ‘alaihi (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
… تَحَرَّوْا ليلة القدرِ
“Carilah oleh kalian keutamaan Lailatul Qadr…”
Ini adalah potongan hadits dari hadits-hadits yang menerangkan tentang keutamaan Lailatul Qadr dikarenakan nabi shallallahu alaihi wa sallam memotivasi (umatnya) untuk mencarinya.

Dan malam Lailatul Qadr lebih cenderung terjadi pada malam-malam ganjil dibandingkan malam-malam genap. Penekanan bahwa malam Lailatul Qadr lebih cenderung terjadi pada malam-malam ganjil daripada malam-malam genap tidaklah membatasi bahwa Lailatul Qadr hanya terjadi pada malam-malam ganjil saja, akan tetapi bisa juga terjadi pada malam-malam genap sebagaimana akan datang penjelasannya.

Walaupun memang kecenderungan Lailatul Qadr terjadi pada malam-malam ganjil berdasarkan sabda Rasulullah:
تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ
“Carilah oleh kalian keutamaan Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan” sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Lailatul Qadr lebih cenderung lagi terjadi pada tujuh malam yang terakhir berdasarkan hadits Ibnu Umar bahwa sesungguhnya beberapa orang dari sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diperlihatkan Lailatul Qadr di dalam mimpi mereka di malam 27 Ramadhan, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أرى رؤياكم قد تواطأت ـ توافقت ـ في السبع الأواخر ، فمن كان متحريها فليتحرها في السبع الأواخر .
“Aku memandang mimpi-mimpi kalian saling bertepatan di tujuh malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin mencarinya maka hendaklah mencarinya di tujuh hari terakhir” muttafaq ‘alaihi.

Diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bahwasanya nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
التمسوها في العشر الأواخر فإن ضعف أحدكم فلا يغلبن على السبع البواقى
“Carilah (Lailatul Qadr) di sepuluh malam terakhir, apabila tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh malam tersisa.”

Dan diantara bilangan ganjil dari tujuh malam terakhir yang paling mendekati terjadinya Lailatul Qadr adalah malam kedua puluh tujuh.
Berdasarkan hadits Ubay bin Ka’b radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
والله إني لأعلم أي ليلة هي ، هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها ، وهي ليلة سبع وعشرين
“Demi Allah, sungguh aku tahu kapan malam Lailatul Qadr terjadi, dia adalah malam di mana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menghidupkan malamnya yaitu malam ke 27.” (HR. Muslim)

Dan berbagai pendapat tentang penentuan terjadinya Lailatul Qadr banyak sekali mencapai lebih dari 20 pendapat. Akan tetapi pendapat yang paling kuat dari sekian pendapat tersebut adalah tidak mengkhususkan dengan malam tertentu pada seluruh tahun.
Akan tetapi Lailatul Qadr pada sepuluh hari terakhir (Ramadhan) adalah berpindah-pindah, terkadang pada suatu tahun terjadi pada malam kedua puluh tujuh, dan di tahun yang lain misalnya terjadi pada malam kedua puluh lima, kemudian di tahun yang lain terjadi pada malam kedua puluh tiga. Dan terkadang pada tahun yang lain terjadi pada malam kedua puluh empat dan malam kedua puluh enam. Yang demikian itu dengan sebab hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kehendak-Nya. Yang menunjukkan atas hal ini adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam riwayat al-Bukhari:
التمسوها في العشر الأواخر من رمضان ليلة القدر في تاسعة تبقى ، في سابعة تبقى ، في خامسة تبقى
“Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam sembilan terakhir, pada malam tujuh terakhir, pada malam lima terakhir.”

Oleh karena itulah Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan dalam “Fathul Bari”:
“Pendapat yang paling kuat bahwasanya Lailatul Qadr pada bilangan ganjil dari sepuluh malam terakhir (Ramadhan), dan hal itu berpindah-pindah.”
Pendapat inilah yang dikuatkan oleh sekelompok ulama sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitabnya “al-Lathaif”.
Abu Qilabah berpendapat bahwa (malam tersebut) berpindah-pindah di malam-malam sepuluh (terakhir).
Dan diriwayatkan dari beliau pula bahwa (malam tersebut) berpindah-pindah khusus pada malam-malam ganjilnya.

Dan diantara para ulama yang berpendapat bahwa Lailatul Qadr) berpindah-pindah di malam-malam sepuluh terakhir adalah al-Muzani dan Ibnu Khuzaimah.
Ibnu Abdil Bar meriwayatkan dari Malik, ats-Tsauri, asy-Syafi’i, Ahmad dan Abu Tsaur seraya berkata:
“Dan kebenaran hal itu yang dinisbatkan kepada mereka masih diperdebatkan, akan tetapi pendapat yang benar adalah bahwa (malam tersebut) berada dalam sepuluh hari (terakhir) dan dicari di seluruh malamnya.”
Dan inilah yang dikuatkan oleh Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, beliau mengatakan:
“Dan pendapat yang paling kuat bahwasanya Lailatul Qadr berpindah-pindah di seluruh sepuluh malam (terakhir), dan lebih cenderung terjadi pada malam-malam ganjil. Malam kedua puluh tujuh yang paling ditekankan diantara malam-malam ganjil tersebut. Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir seluruhnya dalam salat, membaca al-Qur’an, berdoa dan amalan baik lainnya maka tanpa diragukan lagi dia akan mendapatkan Lailatul Qadr. Diapun mendapatkan keberuntungan dengan apa yang telah dijanjikan oleh Allah yaitu barangsiapa yang menegakkan Lailatul Qadr apabila dia melakukan yang demikian dilandasi dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah. Dan termasuk dari kesalahan yang dilakukan oleh kebanyakan manusia adalah engkau saksikan mereka bersungguh-sungguh beribadah pada malam-malam ganjil (pada sepuluh hari terakhir Ramadhan) dan apabila sampai pada malam genap maka mereka pun bermalas-malasan beribadah di malam tersebut. Mereka malas untuk melakukan salat malam.
Bahkan sebagian mereka engkau saksikan tidaklah datang (ke masjid) melainkan hanya pada malam kedua puluh tujuh dan kedua puluh sembilan saja.
Maka sungguh yang demikian ini dia telah mengharamkan pada dirinya kebaikan yang sangat banyak. Maka menurut pendapat bahwa ia berpindah-pindah, bisa jadi ia telah mengharamkan dirinya dari (keberkahan) Lailatul Qadr.
Sebaliknya, siapa yang menghidupkan seluruh malamnya dengan iman dan mengharap pahala (dari Allah) maka dia akan mendapatkan pahala dan ganjaran yang besar.

Oleh karena itu termasuk dari kesalahan yang paling besar adalah malasnya manusia untuk beribadah pada malam-malam genap. Karena sebagian ulama seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyandarkan ucapan: “bahwa (Lailatul Qadar) bisa jadi terjadi sekalipun pada malam-malam genap” kepada sahabat Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
“Dan apabila keadaannya demikian, maka seyogyanya bagi setiap mukmin untuk mencarinya pada seluruh sepuluh malam terakhir.”
Ini merupakan kalimat yang agung, bagi siapa yang merenungi kalimat tersebut maka ia akan menghidupkan ibadah pada seluruh malam di sepuluh hari terakhir.
Dan apabila keadaannya demikian, maka seyogyanya bagi setiap mukmin untuk mencarinya pada seluruh sepuluh malam terakhir.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata berkata:
“Maka diriwayatkan dari al-Hasan dan Malik bahwasanya Lailatul Qadr dicari pada seluruh malam sepuluh hari terakhir baik yang genapnya maupun ganjilnya. Dan pendapat inilah yang dikuatkan oleh teman-teman kami dari madzhab Hanabilah.”
Kemudian beliau berkata:
” Karena sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam:
التمسوها في العشر الأواخر من رمضان ليلة القدر في تاسعة تبقى ، في سابعة تبقى ، في خامسة تبقى
“Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam sembilan terakhir, pada malam tujuh terakhir, pada malam lima terakhir.”

“Apabila kita tafsirkan hadits tersebut dengan anggapan bulan sempurna (30 hari), maka itu termasuk malam-malam genap. Dan apabila kita menafsirkannya berdasarkan sisa (hari) yang sebenarnya, maka hal itu bergantung pada kesempurnaan bulan, sehingga tidak dapat diketahui sebelumnya. Apabila (bulan) itu sempurna (30 hari), maka malam-malam yang diperintahkan untuk mencarinya adalah malam-malam genap. Apabila (bulan) itu kurang (29 hari), maka malam-malam tersebut menjadi ganjil. Maka hal itu mengharuskan untuk bersungguh-sungguh beribadah pada seluruh malam baik yang genap maupun ganjil.”

*[Petikan Faedah Muhadharah Asy-Syaikh Dr. Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri hafizhahullah yang berjudul “Keutamaan Lailatul Qadr Dan Tanda-Tandanya”]*

🎒 Yuk join media UAK!

• t.me/ukhuwahanakkuliah
• https://linktr.ee/mediauak
• www.ukhuwahanakkuliah.com
• www.instagram.com/ukhuwahanakkuliah/

Oleh:
Admin UAK