🌺🍂🌺🍂🌺🍂🌺🍂🌺
📌 Silsilah Empat Kaedah Dalam Memahami Tauhid (Bahagian 7)
📚 Kaedah Kedua (Bag. 2)
💎 Asy Syaikh Muhammad Ibnu Sulaiman at-Tamimi berkata, “Syafa’at itu ada dua jenis. Syafa’at yang dinafikan dan syafa’at yang ditetapkan. Adapun syafa’at yang dinafikan adalah, syafa’at yang dicari dari selain Allah subhaanahu wa ta’ala dari perkara-perkara yang tidak mampu melakukannya selain Allah subhaanahu wa ta’ala(i), dalilnya adalah ayat Allah subhaanahu wa ta’ala:
📖 “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebahagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 254)
Sedangkan syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at yang dicari dari Allah ta’ala. Orang yang mendapatkan hak untuk memberi syafa’at adalah yang dimuliakan dengan syafa’at, dan orang yang mendapatkan syafa’at adalah orang yang diredhai Allah ta’ala, baik ucapan mahupun amalannya setelah mendapat izin dari Allah ta’ala(ii), sebagaimana firman Allah ta’ala:
📖 “Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izinNya.” (Al-Baqarah: 255)”
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
(i) Asy Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan, “Syafa’at itu ada syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan, bukan perkara yang mutlak. Syafa’at itu ada dua jenis, syafa’at yang dinafikan Allah, iaitu syafa’at yang tidak diizinkan oleh Allah, sehingga tidak ada seorangpun yang mampu memberikan syafa’at di sisi Allah ta’ala kecuali dengan izinNya. Makhluk yang paling utama dan penutup para Nabi -iaitu Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, ketika baginda ingin memberikan syafa’at kepada Ahli Mauqif pada hari kiamat nanti, baginda menyungkurkan diri, sujud kepada RabbNya, memohon, memuji dan menyanjungNya dan terus menerus dalam keadaan bersujud sampai dikatakan kepada baginda:
📕“Angkatlah kepalamu dan berbicaralah, nescaya bicaramu akan didengar, dan berilah syafa’at maka syafa’atmu akan diterima.” (HR Bukhari & Muslim)
❗Maka Rasulullah tidak mampu memberikan syafa’at kecuali setelah mendapatkan izin dari Allah subhaanahu wa ta’ala.”
(ii) Asy Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan, ” Adapun syafa’at yang ditetapkan, iaitu syafa’at untuk orang-orang yang bertauhid. Orang yang musyrik, tidak akan bermanfaat syafa’at baginya. Orang yang memberikan qurban-qurban kepada kuburan dan mereka yang bernadzar untuk kuburan, maka dia adalah orang musyrik, tidak akan bermanfaat syafa’at baginya.
❗Kesimpulannya, bahawa syafa’at yang dinafikan itu adalah syafa’at yang dicari selain dengan izin dari Allah ‘azza wa jalla dan untuk orang-orang yang musyrik. Adapun syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at yang ada setelah izin dari Allah ta’ala dan untuk orang-orang yang bertauhid.”
📂 (Faedah dari Kitab Syarhu Al-Qowa’idul-Arba’, karya asy Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan, diterbitkan Maktabah Al-Ghuroba’, diterjemahkan Ustadz Abu Hafs Marwan)
Bersambung insyaAllah.
📚 WhatsApp طريق السلف 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com