“Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui maka pasti kalian sedikit tertawa dan banyak menangis”. Demikian kata Rasulullah dalam khutbah beliau. Sontak sekian banyak sahabat-sahabat Rasulullah n yang hadir saat itu menutupi wajah mereka. Terdengar isak tangis yang terdengar seperti kerumunan lebah (karena suara tangisan mereka). [H.R. Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas bin Malik ].
Sobat muda, sudah masyhur bagi kita bahwa para sahabat Rasul bukanlah orang-orang yang lemah atau pengecut. Mereka adalah para pemilik jiwa yang gagah perkasa. Kita tentu tahu betapa kokohnya mereka dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Jiwa kitapun bergetar saat membaca kisah pengorbanan dan sikap tegar mereka dalam menghadapi aral rintangan. Lalu…bagaimana dengan hadits diatas, rasa-rasanya keadaan mereka dalam kisah Anas diatas bertolak belakang dengan kisah perjuangan mereka ya.
Sobat muda, bagi banyak lelaki, menangis merupakan aib yang tidak dibenarkan. Kapan pun dan di mana pun, kelelakian adalah merupakan simbol ketangguhan dan keperkasaan. Laki-laki dianggap cengeng jika menangis. Tindakan yang biasanya lumrah bagi wanita ini, dianggap menjadikan kehinaan bila dilakukan oleh seorang laki-laki. Gengsi dong, malu-maluin ah, menjatuhkan harga diri nih, de el el. Benarkah pandangan semacam ini?
Untuk mengukur benar atau salah, tentu kita melihat keadaan yang sebenarnya. Kalau mendapat sakit, beban kerja, dan kepayahan yang tak seberapa, lalu dikit-dikit nangis, dikit-dikit mengucurkan air mata, tentu ini kurang baik. Ini menunjukkan jiwanya yang tidak kokoh pada setiap ujian yang menimpanya. Sebagaimana juga seorang yang banyak mengeluh dan berputus asa dari rahmat Allah yang menunjukkan kelemahan jiwa pemiliknya. Namun sebaliknya, jiwa yang keras, kaku, dan beku yang tidak tergerak untuk menangis disaat harus menangis, tidak terharu disaat jiwa butuh kepadanya, tentu juga kurang tepat. Semua tentu ditempatkan pada tempatnya. Nah sobat muda, ngomong-ngomong soal menangis ada loh tangisan yang memiliki keutamaan.
Sobat muda, seluruh hamba dihadapan Allah, tidak ada yang perkasa. Tidak ada yang gagah berani dan tidak ada pula yang hebat. Makhluk begitu lemah dan butuh kepada-Nya, butuh kasih sayang dan ampunan-Nya, . Sehingga tangisan karena-Nya, baik karena takut maupun rindu, merupakan bentuk penghambaan diri yang seharusnya ditunjukkan oleh siapa pun. Coba kita tengok bagaimana Allah memuji orang yang menangis saat mendengar firman Allah . Tangisan yang muncul karena wujud keimanan dalam dirinya. Dalam surat Al Isra disebutkan :
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tersungkur diatas muka mereka sambil bersujud, Dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Mereka tersungkur diatas muka mereka sambil menangis sehingga Allahpun senantiasa menambah ke-khusyu-an (dalam hati mereka)”. [Q.S. Al Israa : 107-109].
Sikap inilah yang ditunjukkan pula oleh Rasulullah. sebagai teladan sepanjang zaman. Ibnu Mas’ud berkata, “Suatu ketika, Rasulullah memintaku agar membacakan al-Quran kepadanya. Maka Ibnu Mas’udpun mengatakan, “Bagaimana(mungkin) aku membacakan al-Quran kepadamu wahai Rasulullah !? padahal al-Quran ini diturunkan kepadamu “. “Saya ingin mendengarnya dari orang lain” ungkap beliau. Maka, Ibnu Mas’ud pun memulai bacaannya dari surah An-Nisaa. Ketika sampai pada ayat 41 yang berbunyi, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu)..”. Rasulullah pun mengatakan, “Cukup”. Ketika saya (Ibnu Masud) menoleh kepadanya, ternyata air mata Rasulullah sedang bercucuran. [H.R. Bukhari dan Muslim]. Bahkan, dikalangan sahabat Nabipun juga mewarisi sikap demikian. Mereka adalah pribadi-pribadi yang cengeng di hadapan Allah dimalam hari, tetapi perkasa bak harimau di siang hari di hadapan musuh dan di medan pertempuran. Demikianlah bila keimanan telah menetap dalam hati, dikuatkan dengan ilmu akan keagungan dan keperkasaan Allah sang Khaliq. Allah berfirman dalam Al Quran : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. [Q.S. Fathir : 28]. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika Rasulullah sebagai penghulu para nabi dan orang yang paling mengetahui tentang Allah mengatakan :“Demi Allah, sungguh aku adalah orang yang paling tahu tentangAllah dan paling takut kepada-Nya”. [H.R. Al Bukhari].
KEUTAMAAN MENANGIS KARENA ALLAH.
Hmm, besar bukan keutamaan menangis karena-Nya, jadi jangan dianggap remeh loh perkara ini. Jangan gengsi untuk menangis dan meratap, meminta belas kasih dan petunjuk, serta ampunan-Nya. Semoga kita dimasukkan dalam golongan orang-orang yang tersebut tadi.
Nah sobat muda, barangkali ada diantara kita yang susah untuk menangis atau tidak merasa sedih walau ayat-ayat Allah dibacakan. Tidak merasa takut dari ancaman-Nya, dan tidak pula merasa punya beban dosa….
Mungkin kita perlu untuk meneliti kembali, seberapa dalamnya keimanan yang ada dalam hati kita. Atau meneliti kembali apakah kita sudah benar dalam mengenal Allah sang Pencipta. Atau karena tumpukan dosa yang sudah pekat nan menghitam sehingga hati ini tidak mampu lagi melihat cahaya petunjuk Allah. Allahul musta’an.