Tashfiyah
Tashfiyah

mulutmu dan ridha ibumu

9 tahun yang lalu
baca 5 menit

“Aku adalah seorang ibu yang berusaha, ingin dan berharap anak keturunan menjadi taat dan patuh serta takut pada hari pembalasan amal perbuatan dipertanggung jawabkan. Mungkinkah hati seorang anak yang dibesarkan dipondok kasar dan keras.. demi Allah tolong jawab dengan jujur. Dimana kesalahan umi yang berusaha mencari ridha Allah, jangan kecewakan ummi yang berharap jannah …..”

 

Miris rasanya membaca potongan sms ini. Sms yang datang dari seorang ibu yang dengan sedih menumpahkan kekecewaan terhadap perilaku buah hatinya. Anak yang ditunggu-tunggu dan diharap-harap agar menjadi penyejuk mata, ternyata tumbuh tidak sebagaimana yang ia harapkan. Perasaan seorang ibu tentunya akan kecewa bila anaknya yang ia masukkan ke sebuah lembaga keagamaan agar bisa menjadi anak yang shalih justru menyikapi ibunya dengan kasar lagi keras. Boleh jadi ungkapan ibu ini tidak bisa ia tahan sendiri untuk tidak diceritakan, karena mendapat perlakuan kasar sang anak. Kalau sang anak sekadar membantah dengan kata “ah” mungkin sang ibu masih bisa menahan diri untuk tidak bercerita. Tapi kata-kata yang keluar dari sang anak… sungguh tidak patut untuk dilontarkan kepada sang ibu.

Sobat, sms ibu ini mungkin sekali mewakili sekian banyak suara hati para ibu. Dimasa ini, siapa sih yang tidak mengetahui perilaku para pemuda yang jauh dari syariat. Cerita tentang pembangkangan, kelancangan dan perkara-perkara keji yang mereka lakukan kepada orang tua sudah menjadi bahasan umum. Ucapan-ucapan yang tak pantaspun dengan mudah dilontarkan tanpa beban berarti. Bahkan ada sebagian kaum muda yang dengan bangga menampakkan keberanian mereka atas ortu mereka naudzu billah min dzalik.

Fenomena ini mengingatkan tentang sebuah hadits yang menyebutkan tentang tanda-tanda hari kiamat. Disana disebutkan termasuk tanda kiamat

“Dan seorang budak wanita yang melahirkan tuannya”.

Apa sih maksud budak wanita melahirkan tuannya.., normalnya sih seorang budak melahirkan budak juga. Ternyata makna hadits ini, diantara ulama ada yang menafsirkan dengan anak yang menyikapi ibunya seperti tuan yang bersikap terhadap budaknya. Subhanallah, sungguh hal yang seperti ini telah banyak kita saksikan. Baik dalam perilaku ataupun ucapan. Kebrobokan akhlak para pemuda yang semakin hari semakin menjamur menorehkan kekhawatiran yang mendalam, apakah ini pertanda dekatnya hari kiamat…

Sobat muda…         

Kembali kepada sms sang ibu tadi. Tahukah sobat bahwa anak yang dikeluhkan sang ibu itu sangat berbeda sikapnya tatkala bergaul dengan guru-gurunya saat berada dalam pesantren. Anak itu senantiasa tersenyum bila menemui gurunya, dan dikenal sebagai anak yang pandai. Bila berhadapan dengan seorang pengajarnya, dia selalu nampak mendengarkan nasihat dan bimbingan sang guru. Hapalan ayat al Quran dan al haditsnyapun cukup lumayan. Tapi, tidak dinyana, bila ternyata sang anak merupakan “lawan debat yang tangguh” terhadap uminya.

Kenapa sang anak membeda-bedakan sikapnya tatkala berhadapan dengan ibunya. Ia bedakan sikapnya  tatkala dengan orang lain. Seakan kedudukan ibu tidak lebih penting dari kedudukan seorang teman. Kenapa ia tidak mendudukkan sang ibu seperti apa yang Allah perintahkan kepadanya

Dan Rabbmu memerintahkan supaya kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya!! Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkan “Wahai Rabbku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik dan mengasihiku waktu kecil.”[Q.S. Al Isra’ :23-24]

Sungguh yang diucapkan sang anak jauh dari kata-kata mulia. Tak ada kesan hormat, tawadhu dan rendah hati saat berhadapan dengan orang tua. Lalu, bagaimana bisa melaksanakan wasiat Allah selanjutnya, untuk bersikap kasih sayang dihadapan mereka dan berusaha mendoakan rahmat untuk keduanya. Rasanya itu jauh untuk bisa terwujud.

Sobat muda, mestinya masing-masing kita mengingat tentang ancaman-ancaman Allah dan Rasul-Nya perihal durhaka kepada orang tua. Mestinya pula kita bisa mengambil nasihat -nasihat agama untuk bersikap baik kepada mereka, para orang tua kita. Janganlah kita malas berusaha untuk mencari ridha orang tua, sebab ridha mereka adalah ridha Allah, dan murka mereka adalah juga murka Allah.  Tidakkah  belum sampai kepada kita  hadits Rasulullah n  yang artinya

“Ridla Allah terletak pada ridla orang tua. Dan kemarahan Allahpun terletak pada kemarahan kedua orang tua.” [H.R. at Tirmidzi dari shahabat Abdullah bin Amr c]

Maka jadilah anak yang shalih, yang senantiasa menunaikan hak-hak Allah, dan hak orang tuanya. Jadilah anak yang shalih yang melaksanakan wasiat-wasiat Allah terhadap orang tua dengan sikap dan tutur katanya. Jadilah anak yang shalih yang sangat takut apabila sampai melukai hati orang tua dan senantiasa mendoakan rahmat buat keduanya.

Sobat, hendaklah kita renungkan ancaman yang bakal dituai oleh seorang yang durhaka kepada orang tuanya. Rasulullah n  bersabda

مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا ، ثُمَّ دَخَلَ النَّارَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ وَأَسْحَقَهُ

Barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup atau salah satunya, lalu setelah itu ternyata ia masuk neraka, maka Allah akan masukan ia lebih dalam lagi ke dalam neraka”[H.R. Ahmad, Silsilah Ahadits Shahihah, 2/42-43).

Ibumu adalah makhluk Allah l yang lemah. Terlebih bila telah mencapai masa senja. Lemah badan, tak berdaya untuk membalas atau membela diri tatkala ada seorang yang melontarkan kata-kata yang buruk terhadapnya, walau anaknya sekalipun. Namun ketahuilah bahwa ibumu mampu menyebabkanmu masuk ke dalam kobaran neraka karena kelalaianmu. Ibumu akan senantiasa berada dalam pembelaan Ar Rahman, maka berbuat baiklah terhadapnya…

[hammam]