Tashfiyah
Tashfiyah

mengurai makna berbakti kepada orang tua

8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Mengurai Makna Berbakti Kepada Orang Tua

Birrul walidain termasuk kata-kata populer. Sebuah kata yang tidak asing dalam kamus seorang muslim. Tapi belum tentu yang populer itu dipahami semua orang, boleh jadi banyak yang belum mengerti apa makna dan hakikat birrul walidain. Sama halnya dengan syirik, siapa tidak pernah mendengar kalimat ini? Semua pasti pernah mendengar. Tapi nyatanya, masih saja kesyirikan belum dimengerti mayoritas manusia. Akibatnya, banyak manusia terus menerus terjerumus dalam jerat-jerat kesyirikan yang dipancangkan Iblis dan bala tentaranya, na’udzu billah.
Maka memang benar, menuntut ilmu dari Al-Quran dan hadits adalah perkara yang tidak bisa ditawar-tawar selalu diupayakan hingga akhir hayat, agar hidup senantiasa terbimbing.

Imam Ahmad berkata, “Hajat manusia kepada makan hanya sekali atau dua kali dalam sehari, adapun hajat manusia kepada ilmu sebanyak hembusan nafas.” Yakni, dari lahir hingga mati.

Makna Birrul Walidain

Al-Birru dalam kamus bahasa Arab dimaknai dengan Ash-Shidq (kejujuran), Ath-Tha’ah (ketaatan), atau bisa pula bermakna menyambung. Walidain sendiri artinya dua orang tua, bapak dan ibu.

Jadi, kurang lebihnya birrul walidain adalah kejujuran seorang anak dalam menaati kedua orang tuanya dalam perkara yang makruf dan upayanya yang terus-menerus untuk menyambung hubungan dengan keduanya dengan segala macam bentuk kebaikan, baik ucapan maupun perbuatan.

Dua Pilar Birrul Walidain

Agar tergolong sebagai orang yang berbakti kepada kedua orang tua, ada dua pokok penting yang harus ditegakkan.

Pertama: Berbuat baik kepada kedua orang tua dengan berbagai kebaikan baik ucapan atau perbuatan. Sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allah:

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” [Q.S. Al-Isra’:23]

Kedua: Tidak menyakiti atau menimpakan mudarat kepada keduanya, baik secara langsung atau tidak, ucapan atau perbuatan. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah l:

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka.” [Q.S. Al-Isra’:24]

Kebaikan yang harus kita upayakan untuk kedua orang tua, demikian pula kejelekan yang harus kita tinggalkan sangat banyak dan sukar untuk dibatasi. Namun demikian, ada baiknya dalam kesempatan ini kami sebutkan beberapa adab yang seharusnya kita lakukan kepada kedua orang tua, dan beberapa hal buruk yang seharusnya kita tinggalkan, sebagai nasihat dan koreksi diri. Semoga Allah selalu membimbing kita.

Di antara adab-adab kepada kedua orang tua adalah:

(1) Selalu menyambut orang tua dengan wajah berseri, senyum, penuh kebahagiaan dan tidak bermuka masam.

(2) Memenuhi panggilannya tanpa ada kebencian dan rasa keberatan.

(3) Lembut dalam bertutur kata kepada keduanya, tidak berbicara dengan nada yang tinggi apalagi kata-kata yang kasar dan kotor.

(4) Melaksanakan perintah-perintah keduanya selama bukan maksiat kepada Allah.

(5) Menghormati keduanya, tidak menyombongkan diri atau menganggap diri lebih dari keduanya

(6) Berupaya melakukan segala sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan keduanya baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan.

(7) Menyertai keduanya dalam kehidupan dengan makruf.

(8) Meminta keduanya untuk mendoakannya.

(9) Selalu mendoakan keduanya agar mendapatkan ampunan dan rahmat.

(10) Memberikan nasihat kepada keduanya jika terjatuh kepada perkara yang Allah murkai dengan penuh kelembutan dan kehati-hatian.

(11) Jangan memanggil keduanya hanya dengan namanya, namun panggilah dengan panggilan yang disukai yang dengan itu keduanya berbahagia.

(12) Berupaya tidak duduk atau berjalan sebelum keduanya duduk dan berjalan.

(13) Berupaya tidak mendahului keduanya dalam makan dan minum.

(14) Memaafkan dan melupakan kesalahan-kesalahan kedua orang tua terkait dengan hak-hak kita.

(15) Bersegera meminta maaf kepada keduanya jika terjadi kedurhakaan dari diri kita.

Demikian beberapa perkara yang harus kita jaga dan perhatikan dalam bergaul dengan kedua orang tua kita.
[Ustadz Rijal bin Isnaini, Lc]