Tashfiyah
Tashfiyah

mengenal allah lebih dekat

7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Mengenal Allah Lebih Dekat

Manusia diciptakan oleh Allah tentu memiliki tujuan, bukan sekedar hidup untuk makan, minum, mendapatkan keturunan kemudian setelah itu mati tanpa ada tanggung jawab. Tetapi manusia diciptakan dengan mengemban misi mulia, yaitu menegakkan hak Allah atas mereka berupa ibadah yang murni kepada-Nya. Sebagaimana telah Allah sebutkan dalam ayat-Nya yang mulia,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [Q.S. Adz Dzariyat:56].
Sehingga, tatkala manusia melaksanakan apa yang menjadi tujuan penciptaan mereka, berupa ibadah yang murni kepada Allah berarti mereka telah melakukan tanggung jawab mereka kepada Allah, tentu saja Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberikan balasan yang besar terhadap amalan mereka.

Telah menjadi ketetapan dari bahwa manusia tidak dapat mengetahui perkara-perkara ghaib, tersembunyi atas mereka. Mereka tidak mungkin dapat mengetahui jin, malaikat, atau makhluk yang ghaib lainnya kecuali dengan izin Allah. Sebagaimana mereka pun tidak mengetahui perkara yang akan datang kecuali dengan izin-Nya, sebagaimana firman,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا*إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“Ialah Allah yang mengetahui perkara ghaib, maka Ia tidak memperlihatkan yang ghaib itu kepada seorangpun. Kecuali kepada siapa yang Ia ridhai dari para RasuL.” [Al Jin:26-27].

Termasuk dari yang ghaib adalah Dzat Allah Rabb pencipta mereka. Allah telah menetapkan bahwa Ia tidak bisa dilihat oleh mata manusia pada kehidupan di dunia ini, sebagaimana hal tersebut telah Allah terangkan sendiri dalam Al Quran tatkala menjawab permintaan Nabi Musa,

“(Musa) berkata; ya Rabb tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu, (Allah) berfirman: ’Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku.” [Q.S. Al A’raf 143].

Oleh sebab itu, termasuk unsur ketakwaan yang paling penting adalah keimanan seseorang terhadap perkara yang ghaib. Di mana dengan keimanan tersebut akan terbedakan antara muslim dan kafir. Allah telah menyebutkan di awal surat Al Baqarah,

…ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

“Kitab(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada ghaib.” [Q.S. Al Baqarah:2-3].
Lalu bagaimana manusia beribadah kepada Allah, padahal Allah adalah dzat yang ghaib? Bagaimana manusia dapat mencintai Allah, Rabb mereka, sedangkan manusia belum pernah melihat Allah? Bukankah sebelum seseorang mencintai sesuatu ia mesti mengenalnya.
Ini mungkin sekali akan muncul di benak seseorang, jika mereka tidak mengetahui cara untuk mengenal-Nya. Allah telah memberikan jalan keluar bagi manusia untuk mengenal diri-Nya dengan dua macam yaitu:

1.Dengan mencermati dan memperhatikan alam yang ada di sekitar kita.

Dengan memperhatikan alam, seseorang akan menemukan banyak keajaiban. Mulai dari proses terjadinya, sistem keteraturan alam, keindahannya, dan keajaiban-keajaiban lainnya yang akan didapatkan di sana. Dengan memerhatikannya secara teliti akan didapatkan kesimpulan bahwa pasti ada pencipta dan Pengaturnya, Dia lah Allah Ta’ala. Mengenai anjuran untuk memperhatikan alam dalam rangka mengimani penciptanya ini banyak disebutkan dalam Al Quran, diantaranya Allah berfirman, yang artinya:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Allah Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci, lindungilah kami dari azab neraka.” [Q.S. Ali Imran:190-191].
juga sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

”Fikirkanlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kalian berfikir tentang dzat Allah.”. [H.R. Abu Syaikh dari sahabat Abu Dzar dihasankan oleh syaikh Al albani dalam Ash Shahihah].
Ya, hal ini dikarenakan manusia tidak akan mampu memikirkan Dzat Allah yang ghaib, kecuali sebatas gambaran yang menipu pikiran manusia, tetapi manusia akan mampu berfikir tentang alam yang akan membawa kesimpulan betapa agung dan mulianya penciptanya.

2.Dengan merenungi firman-firmanNya, yang menyebutkan tentang Allah, nama-nama-Nya yang mulia, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna.

Dengan Al Quran seseorang bisa mengenal Allah, kebesaran-Nya serta keagungan-Nya. Akan tetapi hanya orang yang mau mentadaburinyalah yang bisa mengambil pelajaran. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Kitab (Al Quran) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayat-Nya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” [Q.S. Shad:29]. Allahu a’lam. [Ustadz Hammam].