Salah satu keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah adalah kaum mukminin akan melihat Allah di dalam surga pada hari kiamat nanti (ru’yatullah). Sebagaimana hal ini ditegaskan oleh Nabi dalam haditsnya, ”Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan pada malam bulan purnama, kalian tidak akan terhalangi tatkala melihat-Nya.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim dari shahabat Jarir bin Abdillah]
Inilah yang dimaksud dalam firman Allah yang artinya:
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” [Q.S. Yunus: 26]
Syaikh Sa’di berkata dalam tafsirnya [Taisir Karimir Rahman], “Bagi orang-orang yang berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah Sang Pencipta, artinya mereka beribadah kepada Allah dengan penuh muraqabah (senantiasa merasa diawasi oleh Allah ) dan penuh ketulusan hati dalam penghambaan kepada-Nya, melaksanakan apa yang telah ditentukan bagi mereka serta berbuat baik kepada hamba-hamba Allah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, baik dengan ucapan, perbuatan, pemberian harta, kebaikan secara fisik, menegakkan amar makruf dan nahi munkar, memberikan pengajaran kepada orang-orang yang tidak tahu, memberikan nasihat kepada orang-orang yang berpaling, dan yang lainnya dari berbagai bentuk kebaikan, maka mereka itulah para muhsinin (orang-orang yang berbuat ihsan) yang akan mendapatkan pahala terbaik yaitu surga yang sempurna keindahannya. Adapun yang dimaksud tambahan dalam ayat ini adalah melihat kepada Wajah Allah yang sempurna, mendengarkan ucapan-Nya dan meraih keberhasilan dengan keridhaan dan kedekatan-Nya. Dengan demikian mereka akan berhasil meraih cita-cita dan keinginan tertinggi mereka.”
Rasulullah sendiri juga menafsirkan ayat di atas dalam sebuah hadits shahih dari Shuhaib, beliau bersabda yang artinya, “Apabila ahli surga telah masuk ke surga, Allah berkata, ‘Apakah kalian ingin tambahan sesuatu dari-Ku?’ Kata mereka, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari api neraka?’ Lalu Allah membuka hijab-Nya, maka tidak ada pemberian yang paling mereka cintai melainkan melihat wajah Allah .” Kemudian Rasul membaca ayat ini, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” [Q.S. Yunus: 26]
Pembaca yang budiman, perlu pula kita ketahui bahwa melihat Allah pada hari kiamat nanti merupakan kenikmatan terbesar bagi penghuni surga. Hal ini berdasarkan hadits yang telah kami sebutkan di atas. Maka sungguh merugi orang-orang yang mengingkari ru’yatullah di akhirat nanti sebagaimana keyakinan orang-orang Mu’tazilah (para pemuja akal). Bahkan para ulama telah sepakat bahwa kaum mukminin akan melihat Allah di akhirat kelak. Adapun orang-orang kafir tidak akan mendapatkan kenikmatan yang agung ini. Para ulama berargumen dengan firman Allah dalam surat Al-Muthaffifin yang artinya:
“Sekali-kali tidak demikian, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang untuk melihat Rabb mereka.” [Q.S. Al Muthaffifin:15]
Imam Asy-Syafi’i berkata, “Tatkala Allah menghijab orang-orang kafir untuk melihat-Nya dalam keadaan murka, maka ayat ini sebagai dalil bahwa kaum mukminin akan melihat Allah dalam keadaan ridha.”.
Dahulu pernah disampaikan pernyataan dari Bisyr Al Marrisi kepada Sufyan bin Uyainah bahwa Allah tidak bisa terlihat pada hari kiamat nanti. Sufyan pun berkata, “Semoga Allah memerangi orang kerdil ini. Tidakkah engkau dengar firman-Nya, “Sekali-kali tidak sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari melihat Rabb mereka.” [Q.S. Al-Muthaffifin: 15]. Apabila Allah berhijab dari wali-wali-Nya dan musuh-musuh-Nya, lalu apa kelebihan wali-wali-Nya dibandingkan musuh-musuh-Nya?” Kaum mukminin akan melihat Allah di padang Mahsyar dan setelah mereka masuk ke dalam surga sesuai dengan kehendak Allah.
Adapun dalam kehidupan dunia maka Allah tidak bisa dilihat oleh seorang pun. Bahkan Nabi Musa yang dikenal memiliki kekuatan fisik yang tangguh tidak mampu melihat Allah ta’ala. Sebagaimana kisahnya disebutkan dalam Al-Qur’an dan demikian halnya dengan Nabi kita. Beliau belum pernah melihat Allah dengan mata kepala beliau menurut pendapat yang terkuat. Nabi bersabda, “Ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun yang akan bisa melihat Rabb-nya hingga ia meninggal dunia.” Aisyah juga menuturkan dalam sebuah hadits riwayat Al Bukhari Muslim, “Barang siapa menyatakan bahwa Muhammad pernah melihat Rabbnya, maka dia telah berdusta.” Semoga Allah menggolongkan kita semua menjadi hamba-hamba-Nya yang kelak akan bisa melihat wajah-Nya yang mulia. Allahu a’lam.