Yang jarang didapati pasti menjadi mahal nilainya. Andai kita perhatikan sekitar kita, kita telah mendapatkan hidayah setelah banyak orang tereliminasi, tanpa ada kompetisi atau seleksi. Gratis tetapi mahal, sayang jarang yang bisa memaknai.
Sungguh, kita tidak bisa lepas dari nikmat Allah meski sekejap mata. Setiap kedipan mata, saat kita bersin, menguap, merebahkan badan, tidur, dan seluruh aktivitas kita semua karena nikmat Allah. Jangankan untuk mensyukuri dengan semestinya, untuk membilangnya pun kita tidak akan mampu. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya:
“Seandainya kalian berusaha untuk menghitung nikmat Allah kalian tidak akan mampu menghinggakannya sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat (Allah)” [Q.S. Ibrahim:34; An-Nahl:18].
Meskipun kita tidak bisa menghitung nikmat ini satu per satu, namun kita bisa melihat nikmat mana yang paling besar, mengklasifikasikannya, dan lebih bersyukur kepada Allah karenanya. Selain itu, kita harus menjaga nikmat tersebut, memupuknya, dan menyuburkannya.
Saat merenungi diri dan sekitar kita, akan diketahui bahwa kita selalu berada dalam limpahan nikmat yang luar biasa. Kita bisa memeluk agama Islam sehingga hati ini tenang dan tentram dengannya. Kemudian, Allah tambahkan nikmat-Nya dengan membimbing kita kepada sunah Rasul-Nya. Kita dimudahkan untuk memahami, menyakini, dan mengamalkannya. Dengan nikmat Allah pula, kita mampu melihat kebatilan sebagai kebatilan kemudian Allah mudahkan kita untuk menjauhinya. Sedangkan banyak orang yang lupa bahkan melupakan agamanya. Begitu ringan mereka meninggalkan perintah Allah dan sangat mudah melanggar larangan-Nya. Mereka tidak memiliki rasa takut dalam jiwa, apalagi perasaan bersalah dan menyesali perbuatannya, tenggelam dalam lumpur kemaksiatan dan berkubang dosa. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Kita tahu hakikat dunia, mengerti tujuan dan arah hidup ini, sangat terang jalan kita sehingga dengan mantap berpijak dan melangkah, tegar hadapi berbagai cobaan dan rintangan. Sementara banyak orang yang tidak mengerti hakikat dunia, sehingga begitu rapuh pegangannya. Mereka terseok dan tertatih dalam kegelapan, bahkan mengira bahwa dunia adalah segala-galanya, sekadar makan, minum dan bersenang-senang.
Pembaca yang berbahagia, semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang lurus, inilah nikmat yang terbesar, anugerah yang tak ternilai dengan dunia seisinya: nikmat hidayah, nikmat taufik dari Allah kepada jalan yang lurus.
Allah telah memilih kita dari sekian banyak manusia untuk mendapatkan anugerah yang agung ini. Sungguh, ini adalah semata-mata rahmat, fadhilah, kasih sayang, dan kemurahan-Nya kepada kita. Tidak ada yang menjadikan kita lebih berhak terhadap nikmat ini daripada yang lainnya. Bukan karena kecerdasan, kedudukan, harta, fisik, dan yang lainnya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “Dan Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”. [Q.S. Al-Baqarah:213; An-Nur:46].
Tidak ada kewajiban kita kecuali menjaga dan mensyukurinya, dengan sepenuh jiwa, dengan segenap raga. Alhamdulillah, segala puji milik Allah yang telah menunjukkan kita kepada hidayah ini, kita bukan termasuk orang yang mendapat hidayah seandainya Allah tidak membimbing kita. Allahu a’lam.
(Ustadz Farhan)