Tashfiyah
Tashfiyah

komunisme dalam timbangan syar’i

8 tahun yang lalu
baca 11 menit
Komunisme dalam Timbangan Syar’i

Pembahasan berikut ini bukan dalam rangka untuk mendiskreditkan pihak atau menjatuhkan tokoh tertentu. Ini hanyalah sebuah bentuk nasihat dan upaya amar makruf nahi mungkar yang disyariatkan dalam agama Islam. Harapannya, bisa sebagai peringatan agar pembaca waspada dari bahaya komunisme. Sekali lagi, sama sekali tidak ada muatan politik tertentu di balik penulisan ini.

Pembaca, sebagai muslim tentunya kita sepakat bahwa ajaran Islam adalah ajaran kesempurnaan. Karena kesempurnaannya, ajaran tersebut bisa diterima dari segala aspek, baik dari sisi pendalilan syar’i, fitrah suci, timbangan akal sehat (rasio), maupun ilmu pengetahuan modern (sains). Tidak ada ajaran Islam, mulai dari akidah dan keyakinan, ibadah dan muamalah yang bertentangan dengan aspek-aspek penilaian tersebut.

Berikut ini sekelumit paham komunisme dalam timbangan syar’i. Sekelumit tersebut sudah membuktikan bahwa ajaran komunisme begitu jauh dari nilai-nilai Islam yang sempurna.

Keyakinan dan Keimanan

Mungkin tidak butuh penjelasan panjang untuk membuktikan bahwa ateis adalah ajaran yang bertentangan dengan akidah muslim, fitrah suci, maupun akal sehat. Sebuah fakta yang tak terbantahkan; di negara-negara Barat (Eropa maupun Amerika) peningkatan jumlah kaum Ateis yang memutuskan untuk masuk Islam mengalami peningkatan secara drastis. Selama ini mereka tidak tenang dengan ajaran Ateis tersebut. Setelah memeluk Islam, ajaran suci nan sempurna dari segala sisinya, kebimbangan dan keraguan itu betul-betul hilang.
Pembaca, kesimpulan apa yang Anda bisa peroleh? Ternyata komunisme, dilihat dari satu ajaran ini saja, adalah paham yang rapuh dan lemah. Paham yang tidak bisa memberikan ketenangan jiwa bagi pemeluknya. Paham yang ternyata membuat banyak orang lari darinya. Belum jika ditinjau dari aspek-aspek yang lain. Uni Soviet yang mengagungkan paham komunisme akhirnya hancur. Secara sadar atau tidak, negara-negara lain yang berpaham komunisme pun akhirnya mulai mengubah haluan.

Baru-baru ini, muncul tulisan yang menyatakan bahwa komunis itu bukan berarti ateis. Pasalnya, tokoh-tokoh komunis di Indonesia ternyata berasal dari keluarga kyai dan tumbuh di lingkungan Islami. Tan Malaka, Muso dan DN Aidit contohnya. Topik ini diangkat oleh sebagian orang yang berusaha membuat bias bahwa komunis tidak berarti ateis. Hal ini tentu dengan mudah bisa dijawab. Bahwa tidak ada yang menjamin bahwa orang yang berasal dari keluarga kyai maupun tumbuh di lingkungan Islami bebas dari penyimpangan. Ada putra nabi dan anggota keluarga orang saleh justru memusuhi agama.

Dalam kasus ini, bukan keluarga atau lingkungan Islami yang dikambinghitamkan. Akan tetapi, individu tersebut yang perlu dipertanyakan. Bisa jadi di masa kecil tumbuh di keluarga agamis, tetapi ketika dewasa ia bergaul dan mengambil pendidikan dari tokoh-tokoh komunis. Akhirnya, ia pun terpengaruh pemikiran tokoh komunis tersebut. Demikianlah yang terjadi pada Tan Malaka, Muso, DN Aidit dan tokoh-tokoh komunis Indonesia lainnya.

Memang, sebagian mereka di masa kecil hidup di tengah-tengah keluarga agamis. Tetapi, sejarah mencatat bahwa pergaulan dan afiliasi mereka berorientasi pada tokoh-tokoh komunis dunia. Salah satu buktinya, Muso kecil dikenal dari keluarga kyai. Namun, dalam perjalanannya ia pernah terlibat dalam sebuah perdebatan sengit dengan salah satu kyai. Pasalnya, Muso mempertahankan keyakinan ateisnya di hadapan kyai tersebut.

Akidah

Dalam paham komunisme, bercampur berbagai ajaran dan akidah yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis. Contoh dalam permasalahan takdir, komunis tidak beriman dengan takdir yang menjadi salah satu rukun iman umat Islam. Dalam hadis Abdullah bin Mas’ud, rezeki merupakan salah satu hal yang telah ditakdirkan Allah. Setiap manusia telah ditentukan kadar rezekinya masing-masing. Namun, bagi komunis, hal tersebut diingkari. Semuanya harus sama. Dari sisi ini, paham komunisme memiliki kesamaan dengan kaum Qadariyah, kaum pengingkar takdir.

Dalam permasalahan ketaatan kepada pemerintah, komunisme melegalkan praktik pemberontakan. Berbagai pemberontakan dilakukan oleh partai-partai komunis dunia kepada pemerintah mereka, termasuk di Indonesia. Dari sisi ini, mereka memiliki kesamaan dengan kaum Khawarij. Di sisi lain, paham komunisme memiliki kesamaan dengan akidah agama Syiah. Dan yang lebih besar daripada itu, kaum komunis adalah anti Allah, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.

Muamalah

Komunisme tidak mengakui kepemilikan pribadi. Semua harus memiliki kekayaan yang sama. Kata indah keadilan dan kebersamaan rupa-rupanya dijadikan sebagai bingkai untuk menutupi prinsip yang tidak adil ini. Tujuannya, agar prinsip ini diterima semua kalangan. Padahal menurut logika sederhana saja, prinsip ini jelas-jelas bertentangan dengan nilai keadilan. Sebab, keadilan itu tidak selalu harus diartikan sebagai persamaan. Apakah adil, uang saku anak TK disamakan dengan anak SMA?

Timbangan keadilan dan kebersamaan dalam komunisme tampaknya perlu ditinjau ulang. Masih menurut teori sama rasa sama rata, dalam komunisme pendapatan rakyat juga harus disamakan. Padahal, dalam sebuah masyarakat pekerja, tingkat prestasi dan tanggung jawab antar pekerja berbeda-beda. Bahkan di tengah-tengah masyarakat sendiri dijumpai pengangguran karena alasan malas saja. Apakah adil, jika pendapatan mereka disamakan? Ini menurut logika sederhana saja.

Adapun menurut ajaran Islam, hak pribadi diakui. Dalam Islam, kekayaan si kaya dilindungi dan kekurangan si miskin diperhatikan. Syariat zakat, infak, sedekah, hibah, hadiah, dan lain-lain merupakan beberapa ajaran Islam yang betul-betul mencerminkan nilai keadilan dan kebersamaan.

Teori Asal-Usul Manusia

Paham komunisme juga banyak dipengaruhi oleh teori Darwin. Sebuah teori yang memandang bahwa manusia itu berasal dari binatang. Dengan sebab ini pula, nilai hak asasi manusia dalam paham komunisme tidak dihargai, sebagaimana penjelasan sebelumnya. Sebab, kedudukan manusia tak ubahnya seperti binatang. Sebagian komunis sendiri membantah teori Darwin, lalu menggantinya dengan teori lain, tetapi kesemuanya jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam. Dan ini pun membuktikan paham komunisme adalah paham yang timpang.

Antiagama

Dalam komunisme, agama dianggap sebagai khayalan dan candu karena mengurangi etos kerja. Sebagaimana candu, semakin banyak dikonsumsi maka semakin menggerogoti jiwa pecandunya. Alasan lainnya, agama yang menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah kehidupan (akhirat), membuat orang miskin dan tertindas menerima saja nasib tersebut dan tidak berontak terhadapnya.

Menurut mereka, secara licik agama menciptakan kelas-kelas untuk menenangkan rakyat tertindas. Semakin mengonsumsi agama, manusia akan semakin gila, atau bahkan ia sudah lebih gila sebelumnya. Itulah yang selama ini diungkapkan oleh Marx. Manusia tidak mempedulikan perihal-perihal materi yang sudah tentu hadir dalam kehidupan nyata. Manusia hanya terlena dengan khayalan-khayalan mereka tentang agama dan kehidupan akhirat.

Benarkah anggapan Marx tersebut? Senyatanya, agama justru memberdayakan para penganutnya untuk membangun masyarakat yang solider. Islam memperhatikan kaum miskin dan lemah. Ajaran Islam penuh dengan kedamaian dan saling menghormati, melawan ketidakadilan dan penindasan. Anda sendiri bisa menyaksikan kehidupan Rasulullah n dan para sahabat Nabi. Di kalangan mereka, ada yang kaya dan ada yang miskin. Semuanya dihargai, dihormati, dan diberi simpati.

Di antara doktrin antiagama mereka adalah menganggap tokoh agama sebagai musuh komunis. Sejarah telah menjadi saksi bagaimana para tokoh agama, di dunia maupun di Indonesia, menjadi sasaran pembantaian komunis. Alasan antiagama dan anggapan bahwa tokoh agama adalah kaum borjuis sehingga dimusuhi menjadi alasan utama. Bukankah di masyarakat kita, tokoh agama itu adalah orang-orang baik yang sudah sepatutnya untuk dihormati dan bukan dimusuhi?

Doktrin Palsu Komunis

Paham komunisme sering mendengungkan jargon sama rasa sama rata. Artinya kurang lebih, dalam dunia komunis tidak ada si kaya dan tidak ada pula si miskin. Hal ini cukup efektif untuk memikat kaum buruh dan petani miskin untuk bergabung dengan mereka. Di samping memang keadaan ekonomi lemah sehingga mudah untuk digerakkan, tingkat pendidikan kaum bawah memang rendah. Mereka mudah tertipu dengan janji dan jargon yang seolah membela serta memperjuangkan hak-hak mereka. Namun kenyataannya, fakta yang akan membeberkan segalanya.

Anda bisa saksikan di negara-negara komunis. Ambil contoh misalnya, petinggi partai komunis di Uni Soviet. Mereka memiliki kehidupan jauh lebih baik dibandingkan rakyat jelata. Makin tinggi posisinya, makin banyak kenikmatan yang diperoleh.

Kesenjangan hidup yang demikian timpang antara tokoh komunis dengan pengikutnya juga bisa disaksikan di Yugoslavia. Pemimpin komunis Yugoslavia, Josip Broz Tito, memiliki kapal pesiar mewah. Dengan panjang 117 M, kapal ini tampak begitu megah. Kapal pesiar raksasa, seukuran lapangan sepak bola ini, bernama Galeb. Kapal tersebut digunakan sejak 1950-1980. Kapal ini merupakan simbol kemewahan pemimpin komunis Yugoslavia.

Kapal Pesiar Galeb. Kapal pesiar yang menjadi simbol kemewahan.

Di Cina, Mao yang mengangung-agungkan diri untuk melayani rakyat ternyata juga hidup dalam kemewahan yang luar biasa. Dalam buku Mao, penulis Jung Chang dan John Holliday membeberkan bagaimana hidup ketua Mao yang sangat rahasia dan tidak diketahui semua orang. Mao punya puluhan vila yang sengaja dibangun khusus untuknya. Vila-vila itu tersebar di seluruh penjuru Cina dengan pemandangan yang paling indah.

Biaya pembuatan satu kolam renang tak kurang dari 50 ribu Yuan. Padahal di Cina, korupsi di atas 10 ribu Yuan sudah dipastikan akan dihukum mati. Begitu juga makanannya. Di tengah mayoritas masyarakat yang masih lapar, makanan Mao disiapkan secara khusus. Ikan khusus didatangkan hidup-hidup dari Wuhan yang jaraknya seribu kilometer. Begitu juga dengan teh, susu, dan sayur-sayuran. Ternyata di balik sandal dan bajunya yang bertambal, ketua Mao memiliki gaya hidup mewah seperti itu. Bukankah ini hanya kamuflase dan penipuan terhadap kaum proletar?

Sekali lagi, sama rasa sama rata hanya sebatas jargon. Ia tak ubahnya sebagai senjata untuk mengelabui kaum buruh dan petani miskin. Begitu pula yang terjadi di Indonesia, PKI menggunakan semboyan serupa untuk menarik massa. Namun, rupanya semboyan indah itu tak seindah yang didengungkan. Hanya kelas pekerja saja yang merasakan penderitaan. Sementara, petinggi partai berada dalam kemewahan. Salah satu contohnya adalah DN Aidit. Ia memiliki alat-alat elektronik mewah yang hanya dimiliki oleh orang-orang kaya saja di masa itu. Padahal, kaum buruh dan petani miskin Indonesia di masa itu dalam keadaan memprihatinkan. Jangankan memiliki alat elektronik, untuk makan satu hari saja mereka belum tentu punya.

Komunisme dan Kekerasan

Di antara ajaran komunisme adalah prinsip ibahiyah. Prinsip tersebut berarti semua serba boleh. Apapun boleh dilakukan demi mendapatkan tujuan. Mereka juga berkeyakinan telah lepas dari aturan agama. Agama yang mengatur hubungan vertikal dan horisontal agar tercapai keharmonisan hidup tidak dianggap oleh komunis. Ujung-ujungnya, kekerasan yang ditempuh. Hal ini seperti yang terucap oleh Lenin, “Hancurnya tiga perempat dunia tidak menjadi masalah. Sebab, yang penting ialah agar sisanya, yang seperempat, menjadi komunis.”

Ambil contoh, di Rusia atau Uni Soviet, puluhan juta orang terbunuh. Di Kamboja, gerakan komunis Khmer Merah membunuh jutaan penduduk yang tidak seprinsip dengan mereka. Di berbagai negara lain, termasuk Indonesia, pun demikian juga. Di negara kita, walau PKI sempat menegaskan akan berjuang lewat parlemen dan tidak akan melakukan kekerasan, namun hal tersebut tidak bisa dengan mudah dipercaya. Pembantaian pasti akan terjadi. Dan itu telah terbukti.


“Hancurnya tiga perempat dunia tidak menjadi masalah. Sebab, yang penting ialah agar sisanya, yang seperempat, menjadi komunis.”

~ Vladimir Lenin, tokoh komunis Rusia.

Di antara ajaran komunisme adalah prinsip ibahiyah. Prinsip tersebut berarti semua serba boleh. Apapun boleh dilakukan demi mendapatkan tujuan.


Tercatat dua pemberontakan di Indonesia, pertama di Madiun tahun 1948 dipimpin oleh Muso dan tahun 1965 dipimpin oleh DN Aidit. Tinggal siapa saja yang menang. Alhamdulillah, pada tahun 1965 yang menang adalah pihak TNI sehingga PKI yang ditumpas. Untuk mendapatkan tampuk kekuasaan, bukankah jalan kudeta dan pemberontakan yang ditempuh PKI? Termasuk penculikan enam jenderal dan satu perwira TNI AD tanggal 1 Oktober 1965. Lalu bagaimana mungkin mereka berjanji tidak akan melakukan kekerasan? Baca kembali biografi para tokoh komunis dunia pada pembahasan sebelumnya.

Agama Syiah dan Komunisme

Telah dipaparkan di awal ternyata cikal bakal ajaran komunisme sebagiannya dari ajaran Syiah. Tentu hal ini bukan sebuah ketidaksengajaan lalu tidak ada tindak lanjutnya. Prinsip kepemilikan bersama sama-sama dianut oleh ajaran Mazdakisme (roh ajaran Syiah) dan komunisme. Sehingga, keserupaan karakter pergerakan antara keduanya bisa dengan mudah disaksikan. Kekerasan, radikalisme dan yang jelas anti-Islam mendominasi kedua ajaran tersebut. Di masa sekarang pun, hubungan mesra antara Syiah dan komunis juga bisa dibuktikan. Kedua paham yang tidak memercayai Allah itu berkolaborasi memerangi kaum muslimin.

Salah satu contohnya, kerja sama antara Rusia, Cina (keduanya indentik dengan negara komunisme) dengan Iran (negara Syiah) dalam membantai ratusan ribu kaum muslimin di Suriah. Pada tahun 2013 saja, Rusia menyuplai senjata ke Suriah atas biaya Iran. Pemimpin Syiah Suriah, Bashar Assad, didukung komunis Rusia untuk menghabisi kaum sunni (muslimin). Aksi pembantaian, kekerasan dan tindakan tidak manusiawi terhadap kaum muslimin dilakukan oleh pengikut dua ajaran tersebut.

Tahun 2016 ini, koalisi negara-negara Arab berusaha membantu kaum muslimin Suriah menghadapi kelompok Syiah. Di antara pihak yang paling lantang meneriakkan pertentangan adalah Rusia. Kerja sama tersebut membuktikan bahwa paham Syiah dan komunisme memang anti Islam.

Pembaca, satu hal yang harus diwaspadai bersama, ternyata indikasi kuat hubungan mesra tersebut juga terdapat di Indonesia. Syiah dan komunisme secara bersama-sama dan masif menyusup ke tubuh partai politik. Dalam satu wadah tersebut, keduanya tampak saling berhubungan secara harmonis. Semoga Allah jauhkan bangsa ini dari paham Syiah dan komunisme yang mengancam keutuhan NKRI. Amin ya Rabbal alamin.

[Ustadz Abu Abdillah Majdi]