Tashfiyah
Tashfiyah

kesehatan kalbu

7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Kesehatan Kalbu

Kalbu adalah penggerak seluruh jasad. Jika kalbu rusak, niscaya yang digerakkan pun ikut rusak. Maka, kesehatan kalbu mutlak diperlukan agar anggota badan juga ikut merasakan sehatnya. Mari kita diagnosa kalbu-kalbu kita.

Kalbu yang sehat adalah kalbu yang mengenal Allah, mengetahui hak-hak-Nya, tunduk dan taat kepada-Nya. Kalbu ini penuh dengan kecintaan, pengagungan, sekaligus perendahan diri dihadapan-Nya. Kalbu yang mudah mengetahui kebaikan, mencerna dan mengamalkannya, kalbu tersebut sangat peka terhadap kebatilan kemudian segera menjauhinya.
Kesehatan kalbu adalah keselamatan dunia dan akhirat. Matinya kalbu adalah kematian abadi yang berujung azab pedih neraka. Sehingga sudah sepantasnya untuk dijaga kesehatannya dan diberikan perhatian yang lebih dari pada badan. Seandainya badan sakit, berbagai usaha tawakkal ditempuh untuk mendapatka kesehatannya. Rela kesana-kemari mencari dokter, tidak pernah lupa minum obat persis sebagaimana resepnya, tidak menambah tidak mengurangi, bahkan memaksa diri menjauhi makanan pantangan. Demikian pula ketika sehat, sangat ketat menjaga diri dari penyakit. Mulai dari menjaga kebersihan, makan teratur, banyak minum air putih, tidur cukup sampai membuat jadwal olah raga pekanan. Rela berkorban waktu, tenaga dan harta.
Seharusnya perhatian dan usaha menjaga kesehatan kalbu lebih dari itu semua. Faktanya, kadang pemiliknya tidak merasa apabila kalbunya sakit. Oleh sebab itu, kita harus mengetahui indikasi sakitnya kalbu sejak dini untuk segera mengambil sikap dan mengobatinya. Jangan sampai bertambah akut kemudian akhirnya mati, na’udzubillah min dzalik (kita berlindung kepada Allah dari hal itu).
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Dalam kalbu mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Q.S. Al Baqarah:10].
Ketika kalbu mulai kering dari dzikir kepada Allah, lemah dan tidak bersemangat dalam ketaatan, ini adalah gejala awal sakitnya kalbu. Saat itu, kalbu harus segera disiram dan ditumbuhkan dengan nasehat dan bimbingan rohani. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah sekelompok orang berkumpul dalam salah satu masjid Allah, untuk membaca Al Quran dan mempelajarinya, kecuali akan turun ketenangan atas mereka, akan diliputi oleh rahmat, malaikatpun akan mengelilingi serta Allah akan memuji mereka di hadapan para malaikat.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu].
Di antara gejala sakitnya kalbu adalah pemiliknya tidak peka atau bahkan tidak merasa sakitnya luka kemaksiatan. Begitu mudah melakukan kemaksiatan tanpa ada penyesalan dan perasaan bersalah kemudian bertaubat kepada Allah darinya. Apabila kondisi ini dibiarkan, lambat laun penyakit ini semakin parah dan akhirnya kalbu tersebut akan mati. Kalbu ini tidak bisa mengenali dan menerima kebenaran. Bahkan, semuanya akan menjadi terbalik, menilai kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran.

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi kalbu mereka.” [Q.S. Al-Muthaffifin:14].
Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah, seorang ulama tabi’in, menafsirkan maksud dari ‘apa yang selalu mereka usahakan itu’ adalah dosa di atas dosa hingga kalbu menjadi buta dan mati. Demikian pula tafsir dari Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid dan yang lainnya. (Tafsir Ibnu Katsir)
Kemaksiatan yang bertumpuk menjadikan kalbu hitam pekat tertutup oleh noda dosa. Sebagaimana penjelasan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda yang artinya, “Sesungguhnya seorang hamba apabila terjatuh dalam dosa akan menyebabkan titik hitam dalam kalbunya. Apabila bertaubat kepada Allah, kalbunya akan dibersihkan kembali. Jika dosa tersebut bertambah, titik hitam pun bertambah. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi kalbu mereka.” [Q.S. Al-Muthaffifin:14]. [H.R. At-Tirmidzi, dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahihul Jami’].
Abdullah bin Mubarak Al-Marwazi Rahimahullah mengungkapkan dalam syairnya:
Ku lihat dosa matikan kalbu yang kan wariskan rendahnya diri
hidupnya kalbu dengan tinggalkan dosa baik bagimu mengingkarinya.
Ibnul Qayyim Rahimahullah menjelaskan dalam kitab beliau Fawa’id bahwa akar kerusakan kalbu ada dua: mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu akan mengakibatkan butanya kalbu, sehingga tidak bisa mengenali kebenaran, memahaminya, apalagi untuk mengamalkannya. Panjang angan akan menyebabkan lalainya kalbu terhadap kampung akhirat yang akhirnya tidak mampu mempersiapkan perbekalan untuk menyambutnya dengan baik. Semuanya bisa disembuhkan dengan ilmu mengenal Allah, mencintai-Nya, tawakal, dan kembali kepada-Nya yang dapat ditumbuhkan dengan mempelajari Al Quran. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [Q.S. Al Isra’:82]. Allahu a’lam. [Ustadz Farhan].

Sumber Tulisan:
Kesehatan Kalbu