Tashfiyah
Tashfiyah

jin menjelma, antara hakekat nyata dan dugaan dusta

9 tahun yang lalu
baca 6 menit

4“Rasulullah menugaskanku menjaga zakat Ramadhan,” kata Abu Hurairah  memulai haditsnya. “Tiba-tiba ada seseorang yang mengendap-endap mencuri makanan. Segera aku menangkapnya. ‘Wallahi, akan aku laporkan engkau kepada Rasulullah, kataku’. ‘Aku butuh sekali. Keluargaku sangat banyak. Sungguh aku sangat butuh,’ katanya membuatku merasa kasihan padanya, maka aku lepaskan dia. Esoknya, Rasulullah  bertanya kepadaku, ‘Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?’ ‘Rasulullah, dia mengeluhkan kebutuhan dan keluarganya. Aku kasihan padanya. Maka aku biarkan dia,’ jawabku. ‘Sungguh dia telah membohongimu. Dan akan kembali,’ terang Rasulullah. Atas sabda Rasulullah itu, aku yakin dia akan kembali. Aku pun mengintainya. Benar saja, dia datang dan mencuri makanan lagi. Segera aku menangkapnya. ‘Tolong, lepaskan aku. Karena aku butuh sekali. Keluargaku sangat banyak. Aku janji tidak akan kembali,’ lekas dia mengeluarkan kalimat yang mengambil hatiku. Maka aku kembali melepaskannya. Esoknya, Rasulullah kembali bertanya kepadaku, ‘Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?’ ‘Rasulullah, dia mengeluhkan kebutuhan dan keluarganya. Aku kasihan padanya. Maka aku lepaskan dia.’ ‘Sungguh dia telah membohongimu. Dan akan kembali.’ Maka aku yakin dia akan kembali berdasarkan sabda Rasulullah. Aku pun mengintainya. Dan benar, dia datang dan mencuri makanan kembali. Segera aku menangkapnya. ‘Pokoknya kali ini akan aku laporkan kamu kepada Rasulullah. Ini sudah ketiga kalinya. Katamu tak akan kembali, ternyata kembali juga,’ aku memergokinya. ‘Tolong lepaskan aku. Sebagai gantinya akan aku ajarkan engkau sebuah kalimat yang Allah akan memberimu manfaat dengannya.’ ‘Apa itu?’ ‘Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, bacalah ayat kursi hingga selesai, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan sekali-kali setan tidak akan mendekatimu sampai subuh’ Aku pun melepaskannya. Esoknya, Rasulullah kembali bertanya, ‘Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?’ Maka aku ceritakan semuanya kepada Rasulullah. Rasulullah bersabda, ‘Adapun kali ini, dia berkata benar kepadamu, walaupun sejatinya dia pendusta. Abu Hurairah, tahukah siapakah orang yang mendatangimu selama tiga hari ini?’ ‘Tidak, wahai Rasul.’ ‘Dia adalah setan,’ jawab Rasulullah.”

Hadits di atas sangatlah masyhur. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya secara mu’allaq, sehingga belum bisa dipastikan keshahihannya. Namun diriwayatkan pula oleh Imam al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dengan sanad yang bersambung lagi shahih, insya Allah.

Hadits yang masyhur ini menyimpan berjuta makna dan faedah. Namun satu faedah yang berkaitan dengan pembahasan kita bahwa jin diberi kemampuan oleh Allah untuk menjelma sebagai manusia. Bahkan selain hadits ini, banyak hadits lain yang menunjukkan akan hal tersebut. Sebutlah hadits yang mengisahkan hadirnya Iblis dalam rupa orang tua dari Najed dalam pertemuan Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah. Juga hadits yang mengisahkan hadirnya Iblis dalam rupa Suraqah bin Malik dalam perang Badr membela pasukan Quraisy, walaupun akhirnya lari tunggang langgang. Ini semua menunjukkan bahwa jin diberi kemampuan oleh Allah untuk menjelma menjadi seorang manusia. Sebagai seorang muslim sejati, kita harus meyakini seyakin-yakinnya.

Namun perlu diketahui, bukan berarti jin dapat menjelma menjadi manusia sesukanya dan kapan saja. Tetap itu semua di bawah izin Allah. Dan Allah Maha Bijaksana. Terkadang Allah mengizinkan jin menjelma menjadi manusia, dan seringnya Allah tidak mengizinkan. Jika saja jin dapat menjelma menjadi manusia sesukanya dan kapan saja, tentu setiap orang tidak akan merasa aman dari temannya, bahkan orang tuanya sendiri. Makanya, di sepanjang sejarah kehidupan Rasulullah, para shahabat, dan para salaf, yang riwayat sejarah mereka bisa dipertanggung jawabkan, jarang sekali didapati jin dapat menjelma menjadi manusia. Sehingga, satu keyakinan yang harus kita pahat pada dinding kalbu kita, jin dapat menjelma menjadi manusia seizin Allah. Dan Allah Maha Bijaksana.

Bahkan jelmaan jin tak khusus menjadi manusia semata. Jin juga bisa menjelma menjadi anjing atau ular. Rasulullah bersabda, “Jin itu ada tiga jenis; ada yang memiliki sayap dan dapat terbang di angkasa, ada yang berupa ular dan anjing, dan ada yang selalu berpindah-pindah, terkadang menetap dan terkadang pergi.” [H.R. Hakim dari shahabat Abu Tsa’labah].Diperkuat lagi dengan hadits yang mengisahkan seorang pemuda Anshar yang bertarung dengan ular hingga kedua-duanya meninggal. Rasulullah pun bersabda, “Sesungguhnya di kota Madinah ada jin yang telah masuk Islam. Apabila kalian melihat suatu yang aneh dari mereka, izinkanlah selama tiga hari. Jika lebih dari tiga hari tidak keluar, bunuhlah dia! Karena dia adalah setan.” Dalam riwayat lain, “Karena dia adalah jin kafir.” [H.R. Muslim] Dari dua hadits ini, kita mendapatkan faedah bahwa selain dapat menjelma menjadi manusia, jin pun dapat menjelma menjadi ular atau anjing. Sekali lagi, dengan izin Allah tentunya.

Lalu pertanyaannya, dapatkah jin menjelma menjadi pocong, kuntilanak, genderuwo, vampire, dan makhluk akal-akalan manusia lainnya? Jawabnya, jika Allah mengizinkan, kenapa tidak. Dan jika jin menampakkan dirinya di hadapan manusia dalam bentuk pocong, misalnya, haruskah ia takut? Tidak, wahai saudaraku! Bukankah engkau beriman kepada Allah!? Allah yang engkau imani telah berfirman dalam Kitab-Nya:

“Sesungguhnya mereka itu adalah setan yang ingin menakut-nakuti teman-temannya (dari kalangan orang-orang musyrik). Maka janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah hanya kepadaku jika kalian orang yang beriman.” [Q.S. Ali Imran:175]

Artinya, jika memang benar jin menjelma menjadi pocong dan menampakkannya di hadapanmu, ketahuilah itu hanyalah setan yang ingin menakutimu. Jika kemudian engkau merasa takut, berarti engkau menjadi kawannya setan, ya setan akan senang berteman denganmu untuk menggodamu, na’udzubillah. Namun, jika kita hanya takut kepada Allah serta berlindung kepada-Nya dari kejelekan makhluk tersebut, berarti kita termasuk hamba Allah yang beriman, berdasarkan ayat ini.

Dan sebuah keyakinan lainnya yang harus kita pahat pada dinding qalbu kita, dalam bentuk apapun setan berwujud, apabila kita membaca ta’awudz, membaca ayat kursi, dan berlindung kepada Allah, niscaya Allah akan melindungi kita. Percayalah! Jika saja Iblis, pemimpin tertingginya para setan, lari tunggang langgang melihat Jibril dan malaikat lainnya, lalu apa pendapatmu jika Allah yang melindungimu?

Sudahlah saudaraku, mulai saat ini kuatkanlah keimananmu dengan banyak berbuat ketaatan, sungguh engkau tidak akan takut kepada setan. Walaupun dia menampakkan diri dalam bentuk aslinya sekali pun. Perlu diketahui bahwa pocong, kuntilanak, zombie dan makhluk lain yang kebanyakan kaum muslimin terimijinasi dari seringnya nonton TV, seramnya mereka tidak seseram wujud asli setan. Bayangkan saja, saking seramnya bentuk asli setan, sampai-sampai Allah menyerupakan mayang pohon zaqqum yang tumbuh di dasar neraka dengan kepala-kepala setan. Hii..seramnya! Namun seorang yang beriman tidak akan pernah takut. Lihatlah idola kita, Muhammad bin Abdillah n. Beliau bersabda, “Sesungguhnya ‘Ifrit, dari bangsa Jin, baru saja menggangguku untuk memutus shalatku. Tapi Allah memenangkanku atasnya. Dan aku hendak mengikatnya di salah satu tiang masjid sampai waktu shubuh sehingga tiap orang dari kalian dapat melihatnya. Namun aku teringat ucapan saudaraku Sulaiman –alaihis salam— ketika berdo’a: “Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorangpun setelah aku” [Q.S. Shaad:35], maka aku mengusirnya dalam keadaan hina.” [H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah]

Lihatlah saudaraku, pertama Rasulullah tidak takut sama sekali dengan ‘Ifrit walaupun menampakkan diri dalam rupanya yang asli. Kedua, Allah pun memenangkan beliau atas ‘Ifrit. Maka, contohlah beliau!