Tashfiyah
Tashfiyah

jika engkau cinta…

7 tahun yang lalu
baca 3 menit
Jika Engkau Cinta…

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Q.S. Ali ‘Imran:31].

Kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya untuk cinta kepada Allah Rabb semesta alam. Bagaimana tidak, Allah yang menciptakan kita, memberikan kehidupan kepada kita kemudian melimpahkan nikmat-Nya kepada kita, sehingga mampu bertahan hidup.
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah adalah kewajiban yang bukan sekedar di lisan saja, tetapi menuntut bukti nyata.

Kedudukan ibadah yang tertinggi ini, tidak cukup pengakuan, tetapi harus jujur sepenuh hati, yang ditandai dengan sikap tunduk dan patuh terhadap sunah Rasul-Nya, pada seluruh keadaan, perkataan, perbuatan, dan pada seluruh perkara agama yang lahir maupun yang batin. Sehingga seorang yang semakin cinta kepada Allah maka akan semakin terlihat dan nyata peneladanannya kepada Rasulullah, jadilah Ayat yang mulia ini sebagai ujian bagi setiap yang mengaku cinta kepada-Nya.

Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah mengatakan, “Orang-orang mengaku cinta kepada Allah, maka Allah menguji kecintaan mereka dengan ayat ini.”

Siapa saja yang mengikuti Rasulullah ﷺ, berarti pengakuannya terbukti. Orang yang beruntung ini akan mendapatkan anugerah terindah berupa kecintaan dan ampunan Allah. Allah akan merahmatinya serta membimbing jalannya.
Siapa pun yang tidak mengikuti Rasulullah ﷺ, sejatinya bukanlah orang yang cinta kepada Allah. Karena kecintaan kepada-Nya mengharuskan peneladanan terhadap Rasul-Nya. Maka jika peneladanan itu tidak ada berarti cintanya palsu, pengakuannya dusta. Seandainya cinta itu ada, tetap tidak akan bermanfaat karena tidak terpenuhi syaratnya, yaitu meneladani Rasul.
Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada Rasulullah ﷺ adalah ketaatan kepada Allah ta’ala. Dalam ayat yang lain Allah menegaskan,

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah”. [Q.S. An-Nisa`:80].
Allah memutlakkan bahwa ketaatan kepada Rasulullah ` adalah ketaatan kepada Allah. Karena, beliau tidaklah memerintah dan melarang kecuali atas perintah Allah, syariat-Nya, serta wahyu-Nya. Sehingga, hal ini menunjukkan pula tentang ke-ma’shum-an Rasulullah ﷺ (terjaganya beliau dari dosa). Karena seandainya beliau tidak ma’shum dalam penyampaian syariat, tentu Allah tidak akan memeritahkan kita untuk taat kepada beliau secara mutlak dan memuji sikap tersebut.
Di antara ayat yang memerintahkan untuk taat kepada beliau adalah firman-Nya,

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”. [Q.S. Al-Hasyr:7]. Ayat ini menunjukkan bahwa penegasan suatu hukum dari Rasulullah ﷺ sama dengan penegasan hukum dari Allah. Tidak ada keringanan ataupun alasan bagi siapapun untuk meninggalkannya. Tidak boleh pula mendahulukan perkataan siapapun dari perkataan beliau.
Dengan ayat inilah kita menimbang seberapa besar ketundukan dan ketaatan kita kepada Rasulullah ﷺ, sejauh itu pula keimanan dan kecintaannya kepada Allah. Allahu a’lam. (Ustadz Farhan).

disarikan dari:
Tafsir Ibnu Katsir, Isma’il bin Umar bin Katsir Rahimahullah
Tafsir As-Sa’di, Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah
Adhwa`ul Bayan, Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi Rahimahullah.