“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka.’ maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’” [Q. S. Ali Imran:173]
Hampir tidak ada beda, antara hasbunallahu wa ni’mal wakiil dengan hasbiyallahu wa ni’mal wakiil. Jika hasbunallahu untuk kata ganti “kita” atau “kami,” maka hasbiyallahu berarti “aku.” Inilah zikir yang sangat membantu pada saat genting atau darurat. Walaupun tentunya, tidak hanya diucapkan secara lisan, zikir ini mesti diresapkan dalam hati dan diucapkan pada penghayatan tinggi.
As Sa’di, ahli tafsir terkemuka abad ini, menjelaskan makna zikir di atas, “Kaafii-naa kulla ma ahamma-naa, al mufaw-wadh ilaihi tadbii-ru ‘ibaadihi wal qaa-im bi mashaa-lihi-him.” Allah pasti mencukupi, memenuhi, dan memudahkan semua urusan kita. Allah adalah Zat tempat bergantung satu-satunya, kepada-Nya seluruh pengaturan hamba diserahkan. Allah adalah Zat yang memberikan dan mewujudkan kepentingan hamba-Nya.
Demikianlah artinya! Hasbunallahu wa ni’mal wakiil, bisa dikata menjadi representasi dari tawakal seorang hamba. Akan tetapi, ia harus mengerti dan paham betul tiap-tiap kata darinya. Ringkasnya, ”Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”
Ayat 173 surat Ali Imran di atas menceritakan tentang peristiwa seusai perang Uhud. Dalam kondisi sebagian prajurit terluka dan lelah kurang berdaya, pasukan Islam mendengar selentingan isu bahwa pasukan musyrikin pimpinan Abu Sufyan akan segera berbalik arah menyerang kota Madinah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyambut dengan menjatuhkan perintah agar pasukan Islam bersiap-siap. Kaum sahabat yang dipimpin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar meninggalkan Madinah ke arah pasukan kafir, mengejar mereka. Sampai akhirnya mereka berhenti di daerah Hamra’ Al Asad.
Sejumlah orang yang ditemui selalu membawa berita bahwa pasukan kafir telah bersiap-siap untuk berperang. Mereka digambarkan telah mengumpulkan prajurit dalam jumlah yang sangat banyak. Berita itu dibuat-buat untuk menakut-nakuti pasukan Islam. Nah, dalam saat-saat seperti itu, kaum muslimin banyak mengucap, “Hasbunallahu wa ni’mal wakil.” Dan pasukan kafir pun berbalik arah ketakutan!
Lihatlah keajaiban ini! Ada bayi yang mampu berbicara di kalangan Bani Israil. Salah satu penyebabnya karena menyaksikan seorang wanita sedang diarak, dipukuli, dicaci-maki, dan dipermalukan karena tuduhan berzina. Sang ibu yang menyusui bayi tersebut berdoa, ”Ya Allah, semoga Engkau tidak menjadikan anakku seperti dia.”
Justru bayi tersebut yang berucap, “Ya Allah, jadikanlah diriku seperti dia.” Kemudian bayi tersebut menjelaskan bahwa wanita itu hanya dituduh secara keji telah berzina, padahal tidak. Wanita itu dituduh telah mencuri, padahal tidak. Dan setiap kali dituduh, dicaci dan dipukuli, ia berdoa, “Hasbiyallahu wa ni’mal wakil.”
Demikian dahsyatnya doa “hasbiyallahu wa ni’mal wakiil”! Tentu kedashyatan doa ini sangat dipengaruhi oleh keyakinan dan tawakal orang yang mengucapkannya. Artinya, bukan hanya di bibir saja. Lebih-lebih jika ia memahami kandungan makna serta artinya. Pasti akan lebih dahsyat lagi!
Saat mengucapkan hasbiyallahu wa ni’mal wakiil, ia disadarkan untuk benar-benar berpasrah diri. Ia serahkan dirinya dan urusannya secara penuh kepada Allah. Ia tidak berpikir dan mengharapkan bantuan dari makhluk. Di hatinya hanya Allah yang ia percaya. Di hatinya hanya kepada Allah ia sandarkan semua tekadnya.
Tentunya Sobat Tashfiyah selalu ingat dengan kisah Nabi Ibrahim. Ada banyak pelajaran yang dapat digali dari kisahnya. Keajaiban demi keajaiban diperlihatkan sang Maha Kuasa untuk kita dari kisah beliau. Sebuah pembelajaran bahwa siapa pun yang bersungguh-sungguh membela agama Allah, ia pasti akan ditolong dan dibantu.
Termasuk saat titah raja ketika itu harus dilaksanakan. Eksekusi hukum bakar diputuskan. Ibrahim harus dibakar hidup-hidup di hadapan semua orang. Kayu bakar dikumpulkan dan ditumpuk kemudian dibakar. Api membumbung besar meninggi. Kemudian Ibrahim dilemparkan di dalamnya.
Detik-detik menegangkan. Semua menanti apa yang akan terjadi kemudian. Pandangan mata seakan tidak ingin melewatkan kejadian itu. Apa yang terjadi? Allah memerintahkan kepada api: “Wahai api, jadilah dirimu sejuk dan menyelamatkan Ibrahim.” [Q. S. Al Anbiya:69]
Subhanallah! Ibrahim selamat. Dengan kuasa Allah, api tidak membakar atau melukai kulitnya. Sebuah mukjizat luar biasa. Semua orang menyaksikan bahwa sesembahan Ibrahim adalah Zat yang Maha Kuasa. Namun, tahukah Anda wahai Sobat Tashfiyah, doa apa yang terus dibaca oleh Ibrahim sesaat sebelum dilemparkan ke dalam kobaran api?
Al Imam Al Bukhari (4564) meriwayatkan ucapan sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
كَانَ آخِرَ قَوْلِ إِبْرَاهِيمَ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ: حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ
“Ucapan terakhir yang dibaca oleh Ibrahim saat dilemparkan ke dalam api adalah hasbiyallahu wa ni’mal wakiil”
Demikianlah, Sobat Tashfiyah. Siapa saja yang bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupi dan melindungi. Siapa saja yang yakin dan percaya akan kekuatan Allah, maka Dia akan memperlihatkan kekuasaannya. Tidak ada yang tidak dapat dikabulkannya. Oleh sebab itu, bertawakallah kepada Allah, niscaya terpenuhi keinginanmu. Baarakallahu fiik.
[Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifai]