Tashfiyah
Tashfiyah

bila pasangan kurang menyenangkan

8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Bila Pasangan Kurang Menyenangkan

Allahlah Yang Maha Sempurna. Dia disucikan dari segala cacat dan kekurangan. Ya, karena Dialah ilah yang haq. Berbeda dengan makhluk. Betapa pun baiknya penampakan makhluk, pasti memiliki kekurangan. Tidak ada yang sempurna.

Demikian pula kita dan pasangan kita. Masing-masing pasti memiliki kekurangan. Terlebih, semakin lama kita menjalani kehidupan bersama, maka kita pun semakin mengenalnya. Semakin tahu kelemahan dan kekurangan pasangan. Yang terkadang saat menghadapinya, menimbulkan kejengkelan yang berujung pada pertengkaran dan perselisihan.

Hal ini adalah sunatullah. Maka sadarilah, sebagaimana dia mempunyai kekurangan, kita pun bukan manusia yang sempurna. Allah berfirman, memeringatkan kita tentang hal ini,

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dan bergaullah kalian (dengan para istri) dengan cara yang baik. Apabila kalian tidak menyukai mereka (maka bersabarlah). Karena bisa jadi kalian tidak menyukai sesuatu sementara Allah jadikan padanya kebaikan yang banyak.” [Q.S .An-Nisa : 19]

Dari sini kita tahu bahwa Allah memerintahkan kita untuk bersabar menghadapi kekurangan pasangan. Dialah yang mendatangkannya untuk kita, dengan pengetahuan-Nya yang sempurna tentang keadaan pasangan kita. Baik kelebihan maupun kekurangan yang ada padanya.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bisa jadi dengan kesabaran seseorang mempertahankan (tidak menceraikan) istrinya padahal dia tidak menyukainya ,akan mendatangkan kebaikan yang banyak baginya di dunia dan akhirat. Sebagaimana Ibnu Abbas berkata tentang hal ini, “Walaupun istri memiliki kekurangan), dia (suami tetap merasa kasihan terhadapnya, sehingga Allah berikan darinya seorang anak. Dan pada anak itu ada kebaikan yang banyak.” Sebagaimana dalam hadits shahih bahwa Rasulullah bersabda:

لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci wanita mukminah (istri), karena apabila dia membenci darinya suatu perangai, maka dia sukai perangai yang lain.” [H.R. Muslim no.2672].

Sementara As-Sa’di mengatakan tentang ayat tersebut, bahwa semestinya para suami tetap mempertahankan para istri walaupun mereka tidak menyukainya. Karena dalam perbuatan tersebut terdapat kebaikan yang banyak. Di antaranya adalah melaksanakan perintah Allah, menerima syariat-Nya yang mengandung kebaikan dunia dan akhirat. Demikian pula, dengan memaksa jiwanya untuk tetap bersama istri yang tidak disukainya, berarti dia telah melawan jiwanya, dan berakhlak dengan akhlak yang mulia. Karena terkadang, kebencian itu akan hilang dan berganti dengan kecintaan. Sebagaimana hal ini bisa kita lihat pada kenyataan. Atau bisa jadi darinya Allah memberikan rezeki berupa anak shalih, yang bermanfaat bagi kedua orang tuanya di dunia dan akhirat. Tentunya hal ini apabila memungkinkan bagi suami untuk tetap mempertahankannya dan tidak menimbulkan bahaya. Adapun bila tetap harus berpisah, maka hal itu tidak mengapa, walaupun perpisahan bukanlah suatu kelaziman.

Karena itu semestinya kita sadar bahwa kita pun manusia biasa. Sebagaimana kita ingin pasangan kita bersabar atas kekurangan kita, maka seharusnya kitapun bersikap demikian. Semoga dengan kesabaran kita Allah jadikan jiwa kita sebagai jiwa yang baik, Allah gantikan kebencian itu dengan kecintaan, dan semoga Allah berikan kepada kita anak-anak yang shalih dan shalihin. Allahu a’lam.

[Ustadzah Ummu Umar]