“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing, maka berbahagialah orang-orang yang terasing.” [H.R. Muslim].
Sekitar tahun 611 M sinar terang Islam yang membawa rahmat dan kedamaian muncul di tengah peradaban yang hancur moralitasnya. Risalah yang dibawa Rasulullah mulai meluas. Hal ini sangat mengkhawatirkan tokoh-tokoh musyrikin kala itu. Mereka pun berusaha mematikan cahaya Allah ini. Pada awal-awal tahun keempat kenabian mereka masih belum melakukan penekanan secara fisik. Mereka ‘hanya’ melakukan pelecehan, penghinaan, pendustaan, tuduhan gila, tukang sihir, menghalangi orang dari mendengarkan Al-Qur`an dan yang lainnya.
Ketika cara ini tidak berhasil dan cahaya indah itu semakin terang dan menerangi, mulailah para musuh Allah itu menggunakan kekerasan, berbagai macam intimidasi dan siksaan mulai mereka timpakan kepada kaum muslimin.
Pembaca, mari kita simak keteguhan dan kekokohan sebagian sahabat teladan kita dalam memegang dan menjaga hidayah ini, semoga kita bisa mengambil pelajaran.
1.Bilal maula Umayyah bin Khalaf Al-Jumahy.
Dia adalah seorang budak. Tuannya, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher beliau kemudian menyerahkan beliau kepada anak-anak.
Mereka pun menyeret beliau mengelilingi bukit-bukit Mekah, sampai tali yang digunakan untuk mengikat membekas pada leher beliau. Dalam keadaan seperti ini, beliau tetap tegar mengatakan ahad, ahad (Allah Maha Esa).
Umayyah pun mengikat beliau dengan kuat, memukulinya, memaksa Bilal duduk di bawah terik matahari yang membakar, dan membiarkannya kelaparan.
Lebih dari itu, Umayyah mengeluarkan Bilal ketika kerikil mulai panas dan menelentangkannya di atas kerikil tersebut.
Tidak sampai di situ, Umayyah kemudian menindih dada Bilal dengan batu yang besar, sambil dengan sombong mengatakan, “Tidak! Demi Allah! engkau tetap seperti ini sampai mati atau engkau mengingkari Muhammad, menyembah Latta dan ‘Uzza.”
Namun, dengan tegar Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad.”
Bahkan, beliau menantang mereka, “Seandainya aku mengetahui satu kata yang lebih membuat kalian murka dari kata ini pasti akan aku katakan.”
Pada suatu hari, Abu Bakr melewati tempat tersebut ketika musuh-musuh Allah itu menyiksa Bilal. Abu Bakr pun menukar Bilal dengan budak hitam, -pendapat yang lain mengatakan: tujuh atau lima uqiyah[ Sebuah ukuran berat yang setara 40 dirham.] perak-. Kemudian, Abu Bakr membebaskan Bilal semoga Allah meridhai beliau.
2.Ammar bin Yasir maula Bani Makhzum.
Orang-orang musyrik di bawah pimpinan Abu Jahl mengeluarkan mereka ke padang pasir yang panas ketika kerikil membakar. Musuh-musuh Allah itu pun menyiksa dengan panas kerikil. Suatu ketika, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam melewati mereka saat disiksa (ketika itu beliau belum memiliki kemampuan untuk menolong), beliau pun bersabda, “Bersabarlah keluarga Yasir, sungguh janji kalian adalah surga”. Yasir meninggal dalam siksaan tersebut. Adapun Sumayyah (ibunda Ammar), Abu Jahl menikam kemaluannya hingga meninggal. Beliau adalah wanita syahid pertama dalam Islam.
Musuh-musuh Allah itu tambah keras menyiksa Ammar. Kadang beliau dibakar di bawah terik matahari, kadang dada beliau ditindih dengan batu, kadang ditenggelamkan dalam air hingga hilang kesadarannya. Dengan angkuh musuh-musuh Allah itu mengatakan, “Engkau tidak akan kami lepaskan sampai engkau cela Muhammad, atau engkau puji Latta dan ‘Uzza.”
Karena tidak kuat, Ammar pun terpaksa memenuhi keinginan mereka. Setelah bebas, beliau mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menangis menyampaikan alasan beliau mengucapkan kata-kata kekafiran tersebut. Allah pun menurunkan wahyu-Nya,
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dengan keimanan (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang lapang dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” [Q.S. An Nahl : 106]
Pembaca yang budiman, semoga Allah merahmati kita semua, demikian sekelumit gambaran kesabaran yang Allah anugerahkan kepada para teladan kita. Hal ini mengingatkan kita betapa gigihnya mereka dalam memperjuangkan hidayah dan betapa berharganya Islam yang kita peluk. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Allahu a’lam. (disarikan dari kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum) (Ustadz Farhan)