Adab & Akhlak

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

menyembunyikan amalan itu lebih utama (agar ikhlas)

MENYEMBUNYIKAN AMALAN KETAATAN LEBIH UTAMA DARIPADA MENAMPAKKANNYA Foto: Camera | Sumber : Pixabay ( Renungan Bagi Yang Suka Memotret Amalan Baik Yang Dilakukannya Kemudian Mempostingnya Di Media Sosial) Sebelum engkau memotret ibadah umrahmu atau ibadah hajimu atau perjalananmu menuju masjid atau sumbanganmu untuk orang miskin. Dan sebelum engkau meletakkan kamera fotomu di depan mihrab, lalu kau sebarkan foto-foto tersebut di media sosial.... Sebelum engkau lakukan hal itu semua, hendaklah engkau ingat wahai saudaraku muslim, bahwasanya ikhlas adalah syarat bagi amalan shalih. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ " Maka beribadahlah pada Allah satu-satunya dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya" (Q.S. Az-Zumar:2) Dan tidak akan diterima suatu amalan yang tidak ikhlas karena Allah seperti apapun amalan tersebut. Bahkan walaupun seorang yang berjihad mempertaruhkan jiwanya sampai dia terbunuh, Allah tidak akan menerima darinya amalan jihadnya dan syahadahnya (mati syahidnya). Bahkan sungguh dia termasuk orang yang pertama yang an-Nar (neraka) dinyalakan untuk mereka sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih ¹. Oleh karenanya, menyembunyikan amalan shalih yang tidak disyariatkan untuk ditampakkan, itu lebih utama daripada menampakkannya. Sebab hal itu lebih jauh dari riya'. Allah Ta’ala berfirman: ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ "Berdoalah pada Rabbmu dengan merendahkan diri dan dengan sembunyi-sembunyi" . (Q.S. Al-A'raf: 55) Dan perhatikanlah hadits tentang 7 golongan yang Allah beri naungan di bawah naungan ('arsy)-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Engkau akan dapati diantara mereka adalah: 1. Seseorang yang berdzikir mengingat Allah di saat sendiri lalu air matanya mengalir 2. Dan orang yang bershadaqah dalam keadaan dia menyembunyikan shadaqahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Bahwasanya menampakkan ibadah-ibadah nafilah (sunnah) terkadang lebih utama dibandingkan dengan menyembunyikannya, apabila dalam menampakkan tersebut terdapat maslahat yang lebih kuat. Seperti dalam rangka mengajari orang-orang yang bodoh dengan cara mempraktekkan amalan (dihadapannya). Demikian pula seperti  berniat memotivasi manusia agar mereka menjadikan engkau sebagai contoh, agar engkau menjadi teladan bagi mereka dalam amalan yang mereka lalaikan atau mereka bermalas-malasan dalam melakukannya. Adapun semata-mata memotret amalan taat (yang dia lakukan) dan menyebarkannya di grup-grup dan akun-akun (medsos), maka sungguh hal itu dikuatirkan bahwasanya maksud dari perbuatan tersebut tidak lain kecuali agar manusia melihatnya dalam keadaan shalat atau sedang thawaf atau sedang bersa'i atau sedang membaca al-Qur'an atau dia sedang bershadaqah. Apabila memang niatnya seperti itu, maka dia telah membuat lelah dirinya, menyia-nyiakan pahala (amalan)nya, dan menyerahkan dirinya untuk mendapatkan adzab yang pedih. Dan hendaklah engkau mengingat, bahwasanya orang-orang yang engkau riya' pada mereka dan kau mengharapkan pujian mereka, mereka semua tidak bisa memberi manfaat kepadamu di hari semua rahasia dibuka, pahala orang-orang yang ikhlas dilipat gandakan, dan amalan orang-orang yang riya' dihapuskan (hari kiamat). Allah lah satu-satunya tempat memohon pertolongan. Dr. 'Ali bin Yahya al-Haddadi (hafizhahullah) 13/11/1438 H https://twitter.com/amri3232/status/893841507010191361 Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) Muraja'ah: Al-Ustadz Kharisman Abu 'Utsman hafizhahullah 🗓 17 Dzulqa'dah 1438 H / 10 Agustus 2017
7 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hentikan bully / stop bullying ! inilah alasannya...

Bullying? Berani Itu Ada Tempatnya, Bung ! Bullying sebuah istilah yang merujuk pada penindasan kepada seseorang yang dilakukan secara personal atau kelompok. Hal ini bukanlah hal yang baru sebuah bentuk kekerasan yang mencakup ancaman, pelecehan dan intimidasi. Bullying tak kenal medan, di mana pun kapan pur dan siapa pun seperti seekor kucing yang mencakar-cakar atau mengencingi tempat yang dia kuasai. Bullying memili tujuan yang sama, pelaku ingin menunjukkan eksistansi dirinya sebaga seorang pemberani. Merugikan dan dirugikan, yang di-bully jelas akan tertekan mentalnya dan terancam memiliki harga diri yang lemah. Yang mem-bully, selain ancaman dan azab Allah yang cepat atau lambat menimpa secara tak sadar ia juga mengalami tekanan jiwa. Perasaan bersalah menghantuinya dan semakin terpinggirkan dalam kehidupan sosial. Banyak faktor yang mendorong seseorang melakukan hal ini Di antara faktor terbesarnya adalah kelemahan (tidak mampu) mengekpresikan diri dengan cara yang positif. Pelaku mengira dengan ia menyerang dan menindas, orang lain akan menghargainya. Selain itu, kelemahannya untuk menghargai dan memandang orang lain dengan kacamata positif. Jadi sebenarnya, bullying itu lahir dari kelemahan. Luar biasa tapi sudah jadi hal yang biasa, jika korbannya adalah sesama siswa atau teman seusia. Tapi yang lebih mengherankan plus mencengangkan kalau korban bullyng-nya adalah mereka. orang orang tua nggak berdaya, apalagi notabenenya adalah orang-orang yang punya jasa dalam hidupnya seperti guru orang tua. Obat Untuk Bertobat "Tiap penyakit pasti ada obatnya," kata Rasulullah [H. R. Muslim]. Obat pertama yang harus ia telan adalah kesadaran diri dan muhasabah. Menyadari bahwa hal itu bukan akhak yang terpuji dan bahkan bukan akhlak orang beriman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Bukanlah itu orang seorang mukmin suka yang suka mencela yang melaknat, bukan pula kotor suka keji dan ucapannya" Islam selalu mengajarkan akhlak yang mulia dan selalu memberikan yang berwibawa. jalan dalam agama. Pemberani berarti kita bukan dan serampangan sembarangan dalam bertindak. Selain penempatannya yang harus benar, Islam juga mengajarkan norma norma yang membuatnya bijaksana. Lihat bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya saat berperang melawan orang-orang kafir, tidak boleh membunuh wanita dan anak-anak, tidak boleh mencincang mayat, dilarang membunuh dengan membakar. Berani namun berwibawa dan bijaksana, sebuah cerita yang selalu terngiang di benak penulis adalah cerita sahabat Hamzah bin Abdil Mutthalib radhiyallahu 'anhu, paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  Meski belum memeluk Islam, Hamzah adalah sosok yang ramah dalam hidup bertetangga Sebelum masuk Islam, diriwayatkan bahwa tidaklah ia berpapasan dengan orang Quraisy kecuali ia selalu menyapanya dan menanyakan kabar dan berbincang dengan mereka. Di suatu hari, ia pulang dari berburu dengan berkalungkan busur panah. Tiba-tiba ada hal yang mengejutkannya, seorang wanita memberitahunya bahwa Abu Jahal telah menyakiti kemenakannya (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam). Ia pun garang dan mendatangi Abu Jahal yang sedang duduk di tengah-tengah kaumnya. "Ya Mushaffira istahlil" tegurnya "Kau berani mencerca kemenakanku sementara aku berada di atas agamanya!?" Ia pun memukul Abu Jahal dengan busurnya hingga melukai kepalanya. Dan pukulannya itu cukup membuat Abu Jahal jera. "Ya Mushaffirallstah" artinya adalah wahai orang yang bersiul dari pantatnya; ucapan seseorang ketika mencerca orang lain. Sikap berani tidak harus -bahkan tidak benar- jika dilambangkan dengan tindakan-tindakan yang cenderung kurang ajar dan anarki, lihat bagaimana Hamzah memiliki keberanian namun juga sikap yang sopan dan santun dalam kehidupan bermasyarakat, padahal saat itu ia belum Islam. Berani itu ada tempatnya, Bung...! Hargai orang Lain Setiap kondisi memiliki solusi masing-masing, karena hak itu berbeda-beda. Islam menerangkan hak-hak semua kalangan dan solusi masing-masing dalam menghadapinya. "Bukan termasuk dari kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan menghormati orang-orang tua"  [HR. Tirmidzi] Hadis ini adalah sebuah petuah yang masyhur dari Rasulullah kepada umatnya. Bukan sekadar kata mutiara yang hampa tentunya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai panglima tertinggi dalam perang-perang besar adalah orang yang menggambarkan sendiri bagaimana kasih sayang itu. Dalam peperangan selalu berada di garda depan melindungi sahabatnya saat perang semakin genting berkecamuk. Namun, dalam potongan hidupnya beliau yang lain, adalah sosok yang hangat dan ramah bermasyarakat. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah sosok pemberani yang selalu menghargai eksistensi orang lain, meskipun terhadap seorang anak kecil yang biasanya terabaikan. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu melewati anak-anak dan mengucapkan salam kepada mereka. Masih cerita Anas bin Malik, adalah Rasulullah selalu mengunjungi rumah-rumah kaum Anshar. Maka, jika ia berhenti di satu rumah mereka. Anak-anak pun mengitarinya, maka mendoakan mereka, mengusap kepala kepala mereka dan mengucapkan salam pada mereka..." [H. R. Muslim] Terlebih dengan orang- orang tua kaum muslimin, di tengah hiruk-pikuk pembukaan kota Makkah. Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan menggendong ayahnya, Abu Quhafah yang telah renta, mengajaknya masuk Islam. Rasulullah mengatakan " Seandainya biarkan Asy- Syaikh (maksudnya Abu Quhafah), aku pasti yang akan mendatanginya". Panglima tertinggi yang berwibawa itu juga bercanda kepada mereka; anak-anak, para sahabat, sampai pun nenek-nenek tua untuk menghiburnya, shallahu alaihi wa sallam "Kama Tadinu Tudan..." Sebagaimana engkau berutang engkau akan dibayar. Amalan buruk tidak akan terlupa, amal baik tidak akan binasa. Hidup ini hanya sebentar dan terus berputar. Sekarang kita yang tinggi belum tentu esok terus meninggi, sekarang muda belia belum tentu esok bertua-ria. Semuanya ada di tangan Allah yang Mahakuasa dan Mahabijaksana. Pandangan seorang muslim bukan pandangan orang kafir yang hanya berorientasi pada dunia saja. Di sana ada hari esok yang menyapa, entah balasan di dunia atau di akhirat kelak, na udzubillah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya, "Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?" Para menjawab, "Menurut kami, orang yang saha bangkrut adalah orang yang tak punya dirham dan harta". "Sungguh orang yang bangkrut dari umatku akan datang di hari kiamat dengan pahala salat, puasa dan zakatnya. Sementara dulu ia mencela ini dan menuduh ini memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini dan memukul si ini. Maka, diberikan pada orang ini pahala kebaikannya dan kepada yang ini dari kebaikannya. Jika amal baiknya telah habis sebelum lunas seluruhnya, diambillah dari dosa-dosa mereka dan dilemparkanlah kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka."[H. R. Muslim] Pungkasnya, itulah sedikit nasihat yang semoga bermanfaat, semoga bisa mengobati saudara-saudara kita yang suka mem- bully di "daerah kekuasannya". Buat yang di- bully, sabar aja, sebenarnya ingin nulis juga tips ketika dibully, tapi karena udah kepanjangan, kita cukupin dulu deh. Aduin aja sama orang yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan masalah dan banyak berdoa, bisa juga kamu kasih majalah Tashfiyah sama pelakunya, semoga bisa membantu... Wallahu alam. [Ustadz Abu Hanifah Fauzi] Sumber: Majalah Tashfiyah Edisi 48 | Vol 04 | 1436 H Disalin oleh Tim Atsar ID dengan persetujuan redaksi Majalah Tashfiyah Foto: auto | Sumber: Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

wudhu sebelum tidur, malaikat mendoakan ampunan

MERAIH AMPUNAN DENGAN TIDUR Dalam keadaan suci. Dari shahabat Abu Huroiroh -rodhiyallahu ‘anhu- , Bahwasanya Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda. مَنْ بَاتَ طَاهِرًا بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ، لَا يَسْتَيْقِظُ سَاعَةً مِنَ اللَّيْلِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فُلَانٍ، فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا ”Barangsiapa tidur malam dalam keadaan suci, satu malaikat akan bermalam di dalam pakaiannya. Tidaklah ia terbangun pada malam tersebut, kecuali malaikat tadi akan mendoakannya: ’Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena ia tidur dalam keadaan suci.’-“ [ HR. Ibnul Mubarok dalam ”Az-Zuhd” no.1244 (1/441), Al-Baihaqi dalam ”Syu’abil Iman” no.2526 (4/283), dan ”Ad-Da’awat al-Kabir” no. 426. ] Derajat Hadits: Hasan. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam kitab “Ash-Shohihhah” no.2539. Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari shahabat Ibnu Umar -rodhiyallahu ‘anhuma- oleh Ath-Thobaroni dalam ”Al-Kabir” no. 13620, 13621, dan Ibnu Hibban dalam “Shohihnya” no.1051. Dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani -rohimahullah- dalam ”Shohih Al-Jami’” no. 3936. Hanya kepada Allah -Ta’ala- kita meminta pertolongan, agar bisa menggapai ampunan-Nya. Wallahul Muwaffiq (AH) Sumber : YOOK NGAJI YANG ILMIAH https://t.me/yookngaji ❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️ Wudhu sebelum tidur merupakan Sunnah dari Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Tujuan wudhu sebelum tidur adalah agar setiap muslim bermalam dalam keadaan suci, berharap bila ajalnya tiba, ia meninggal dalam keadaan suci. Hal ini menunjukkan kesiapan muslim untuk memenuhi kematian dalam keadaan suci hatinya. Dan jelas bahwa kesucian hati lebih diutamakan daripada kesucian badan. Dan sunnah ini juga akan mengarahkan pada mimpi yang baik dan menjauhkan diri dari permainan setan yang akan menimpanya. (Diringkas dari Fathul Bari, 11/125 dan Syarah Shahih Muslim, 9/32) Dari Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu 'anhu, berkata: “Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: ‘Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah kamu sebagaimana wudhumu untuk shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710) Al-Imam Al-Bukhari di dalam Shahih beliau menulis sebuah bab: “Apabila Bermalam (Tidur) dalam Keadaan Suci” . Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Sungguh terdapat hadits-hadits yang men-jelaskan makna ini yang tidak memenuhi syarat Al-Bukhari dalam Shahih-nya, di antaranya hadits Mu’adz radhiyallahu 'anhu: “Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dengan berdzikir dan dalam keadaan suci, kemudian dia terbangun dari tidurnya di malam hari kemudian dia meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat melainkan Allah akan memberikan itu kepadanya.” HR. Abu Dawud di dalam Sunan beliau no. 5042 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no 5042, Al-Misykat no. 1215 dan di dalam kitab At-Ta’liq Ar-Raghib 1/207-208. Dan beliau mengatakan: “Perintah (untuk berwudhu di sini) adalah sunnah (bukan wajib).” Beliau mengatakan juga: “At-Tirmidzi mengatakan: ‘Tidak ada di dalam hadits-hadits penyebutan wudhu ketika tidur melainkan di dalam hadits ini’.” (lih. Fathul Bari, 11/125) Pernyataan Ibnu Hajar rahimahullah tersebut termaktub dalam kitab beliau Fathul Bari, 11/124-125. Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “ Di dalam hadits ini terdapat tiga sunnah yang penting, namun bukan wajib. Salah satu di antaranya adalah berwudhu ketika ingin tidur. Dan bila dia dalam keadaan berwudhu maka cukup baginya (dalam melaksanakan sunnah tersebut) karena yang dimaksud adalah (tidur) dalam keadaan suci.” (Syarah Shahih Muslim, 9/32) Demikianlah sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika hendak tidur, yang semestinya kita sebagai muslim memperhatikannya. Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu 'anhu bercerita: “Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  terjaga di suatu malam lalu beliau menunaikan hajatnya dan kemudian membasuh wajah dan tangannya lalu tidur.”  HR. Al-Bukhari no. 6316 dan Abu Dawud no. 5043 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 4217. Penjelasan ini dikutip dari : http://asysyariah.com/jadikan-istirahatmu-bernilai-di-sisi-allah/ Sebagai tambahan faedah, kami cantumkan beberap dzikir sebelum tidur lainnya yang mungkin diantara kita belum mengetahuinya. BERLEPAS DIRI DARI DOSA TERBESAR –‘SYIRIK’- SEBELUM TIDUR Dengan membaca surat “Al-Kafirun”. Dari Farwah bin Naufal, dari ayahnya (shahabat Naufal bin Mu’awiyah -rodhiyallahu ‘anhu-): “Bahwasanya Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan kepada Naufal rodhiyallahu ‘anhu: «اقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ثُمَّ نَمْ عَلَى خَاتِمَتِهَا، فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ» “Bacalah “Qul Yaa Ayyuhal-Kafirun"  (maksudnya: Surat Al-Kafirun, pen.) , kemudian tidurlah selepas itu. Karena ia adalah (bentuk) pembebasan diri dari kesyirikan.”  [ HR. Ahmad no. 23807, Abu Dawud no. 5055 , Al-Hakim no. 2077. ] , Derajat Hadits: Hasan. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam “Shohih Al-Jami’” no. 292. Wallahul Muwaffiq (AH) Sumber : YOOK NGAJI YANG ILMIAH https://t.me/yookngaji ❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️ DOA PELINDUNG DARI KENGERIAN DI ALAM MIMPI Ada seseorang mendatangi Rasulullah ﷺ kemudian mengeluhkan tentang kengerian-kengerian yang dia lihat didalam mimpinya. Yaitu sesuatu yang menakutkan dan menggelisahkan. Maka Rosulullah ﷺ pun mengajarkan sebuah doa kepada orang tersebut : "Apabila engkau pergi menuju pembaringan mu maka ucapkanlah : أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّـهِ التامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ ومِنْ شرِّ عِبَادِهِ وَ مِنْ هَمَزَاتِ  الشَّيَاطِيْنِ ، وَ أَنْ يَحْضُرُوْنَ  Artinya : "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan-Nya, siksa-Nya, kejelekan para​ hamba-Nya dan dari godaan setan dan kehadiran nya."_ Hadits Hasan lighairih Sumber: [ Silsilah as-Shahihah no. 264] WhatsApp KITA SATU https://bit.ly/bergabung double-bed-read-pillows-sleep by Pixabay
7 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh jowan ichsan

jauhilah sikap pamer

Pamer, Lagi-Lagi Pamer Rasanya, sifat satu ini sudah kadung tersohor bagi bangsa manusia. Bukan tersohor karena sesuatu positif yang menakjubkan, namun karena manusia sudah tahu akan tercelanya sikap pamer. Baik yang tua maupun yang muda, semuanya pasti menyadari jeleknya sikap pamer. Terlebih, di bangku pendidikan tingkat dasar pun, buruknya sifat ini sudah dikenal dan dipelajari. Jadi tema pamer bukanlah tema baru dan asing buat kita. Mayoritas telah tahu akan jeleknya sikap ini, tetapi anehnya mayoritas manusia sering terjatuh dalam sikap ini, kok aneh ya? Sobat muda, suka pamer hakikatnya bisa dilakukan dengan ragam macam sikap dan perbuatan. Bisa diaplikasikan pada harta, kedudukan, nasab (garis keturunan), bisa pula pada ibadah dan seluruh amalan saleh. Jadi, semua perkara bisa dipamerkan. Jangankan yang berharta banyak, orang miskinpun bisa juga pamer. Jangankan yang beramal saleh, yang nggak saleh bisa pula pamer dengan kemaksiatannya. Oleh karenanya dari segala sisi kehidupan, manusia bisa tertimpa sikap suka pamer. Jadi, masing-masing kita jangan merasa aman dari sikap pamer ini ya. Sifat pamer ini, sudah ada sejak jaman dulu, bahkan sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalian ingat bukan salah seorang kaya raya yang Allah subhanahu wata’ala tenggelamkan dirinya dan hartanya karena sikap sombong, bangga diri dan kufur nikmat. Ya, dialah Qarun yang ditenggelamkan ke bumi, dirinya dan semua hartanya. Lihatlah sikap pamernya yang Allah subhanahu wata’ala cela dalam Al Quran, . “Ia (Qarun) berkata, ‘Aku diberikan (harta itu) semata-mata karena ilmu yang ada padaku.’ Tidakkah ia tahu bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat darinya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah (Qarun) kepada kaumnya dengan segala perhiasan miliknya. Berkatalah orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, ‘Aduhai seandainya aku memiliki seperti apa yang dimiliki Qarun sesungguhnya ia benar-benar memiliki keuntungan yang besar.’” [Q.S. Al Qashash:78-79] Lihatlah bagaimana Allah menceritakan kepada kita tercelanya sikap Qarun yang sengaja memamerkan perbendaharaan dunia miliknya. Lihatlah pula sikap sombong berbalut sikap pamer dengan ilmu yang ia miliki sehingga menyandarkan hasil kerjanya kepada dirinya, tidak kepada Allah. Harta yang harusnya dipakai untuk ketaatan, justru ia pakai sebagai sarana pamer, bangga diri, takabur, dan merendahkan orang lain. Allah pun murka kepadanya dan Allah subhanahu wata’ala tenggelamkan dia beserta seluruh hartanya. Demikianlah, nggak berguna harta yang melimpah yang dipamerkan bila itu justru membuat Allah murka. Kecanggihan Teknologi, Wasilah kepada Sikap Pamer Sobat muda, di zaman serba canggih ini, rupanya sifat pamer menempati ruang yang luas nan nyaman untuk dilakukan. Kok bisa? Ya, orang jadi mudah berbuat pamer karena ada faktor teknologi yang mendukungnya. Parahnya, dia bisa pamer bukan cuma ke satu dua orang loh, bahkan ke semua orang di seluruh pelosok dunia. “BB lagi rusak nih, untung masih ada iPhone” atau “Akhirnya punya moge (motor gedhe) juga.” Yah, pamer nih, terasa nggak sih kalau ente lagi pamer? Punya perasaan dong dengan orang yang nggak sepertimu. Selain model pamer tadi, ada lagi lo bentuk pamer lainnya: pamer jabatan, kepandaian, bahkan pamer tampang. Kacau kan kalo gitu, bisa membikin lawan jenis tergoda dong lihat tampangmu di pampangin di medsos. Sobat muda, walau terkadang pamernya berupa gambar foto, tanpa kata dan ucapan, tetap saja ini adalah sikap pamer, ya kan? Kalau kita nggak bisa mengendalikan hati sedangkan fasilitas pamer ini banyak dan mudah didapat, bahaya ‘kan buat agama kita. Ancaman Terhadap Perilaku Pamer dalam Ibadah Sobat muda, sikap pamer hakikatnya bukan hanya menimpa orang yang jahil tentang agamanya, bahkan pamer juga banyak menimpa kaum berilmu. Ya kalau orang-orang umum biasa membanggakan kemewahan, kepandaian, tampang, dan sebagainya, maka ahli ilmu dan ibadah akan berbangga dan memamerkan ilmu serta ibadahnya. Seorang akan memperbaiki dan memperindah salatnya ketika dilihat manusia, membaguskan suara saat membaca Al Quran, bahkan bersikap dan berbuat layaknya seorang yang zuhud terhadap dunia dan hanya mementingkan akhirat. Semua dilakonin dalam rangka pamer ketaatan dan ibadah. Sobat muda, inilah riya’ yang sesungguhnya. Riya yang dicela dan merupakan bentuk syirik kecil yang haram hukumnya.  Allah subhanahu wata’ala berfirman menceritakan keadaan kaum munafikin yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan salat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” [ Q.S. An Nisa:142] Ya, ibadah yang dilakukannya tidak lain tidak bukan hanya untuk dilihat oleh manusia, tiada niatan untuk taat kepada Allah atau ikhlas karena-Nya. Atau ia beribadah tujuannya Lillah wa lighairihi, ia niatkan untuk Allah subhanahu wata’ala sekaligus untuk selainnya. Allah tidak menerima ibadah dari seorang yang riya’, terlebih Allah mencela dan mengancam mereka para tukang pamer ibadah,  “Maka celakalah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, (yaitu) orang-orang yang berbuat riya.” [Q.S. Al Ma’un: 4-6] “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian membatalkan sadaqah-sadaqah kalian dengan cara mengungkit-ungkit (pemberian) serta menyakiti (yang menerimanya), layaknya seorang yang menginfaqkan hartanya karena pamer di hadapan manusia sedangkan mereka tidak beriman dengan Allah dan hari akhir. Permisalannya seperti batu yang licin di atasnya ada tanah. Tatkala tertimpa hujan lebat jadilah batu itu licin kembali. Mereka tiada memeroleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjaan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” [Q.S. Al Baqarah:264] Dalam dua ayat yang mulia tersebut, nyatalah akan celaan orang yang suka pamer dalam ibadahnya. Yang pertama Allah subhanahu wata’ala sebutkan dengan konteks “kecelakaan (Wail), yang kedua Allah sebutkan dalam konteks larangan dan penyerupaan dengan seorang yang membatalkan sedekah mereka. Sobat muda, meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amal, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia. Sobat muda, sikap pamer tentu akan membuat pelakunya tercela dihadapan Allah dan manusia. baik pamer yang sifatnya duniawi, ataupun pamer dalam hal-hal yang bersifat ukhrawi. Kita memohon kepada Allah untuk menjaga hati kita, amalan kita dari sifat pamer ini. Wallahul mustaan. [Ustadz Hammam] Majalah Tashfiyah Edisi 52  
7 tahun yang lalu
baca 8 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

derajat kemuliaan hamba, ada pada kekuasaan allah

Derajat Hamba, Ada Pada Kekuasaan Allah Ditulis oleh: Ustadz Abu Nashim Mukhtar hafizhahullah Seorang guru sedang memegang sekeping uang koin telapak tangannya. Di hadapan muridnya, uang koin senilai 10 keping itu diangkat dan diturunkan. Setelah selesai, sang guru bertanya, "Berapakah nilai uang koin ini saat aku mengangkatnya tadi?" "10 keping" ,  .jawab muridnya. "Saat Aku menurunkannya, berapakah nilai uang koin ini?", s ang guru bertanya untuk yang kedua kalinya. Muridnya menjawab dengan penuh keheranan, "Bukankah tetap senilai 10 keping, wahai guru??"  Gurunya lalu menerangkan, " Itulah manusia,  wahai muridku.  Ia tidak mampu meninggikan atau merendahkan apapun!!!"  Subhanallah!  Benar-benar kalimat bijak!  Kejadian di atas pun benar-benar nyata dan benar-benar ada. Pelajaran berharga telah ditanamkan oleh sang guru kepada muridnya untuk tidak mengharapkan kemuliaan dan derajat dari manusia. Ia ingin menegaskan kepada muridnya untuk tidak takut dihinakan oleh orang, hanya karena ingin menegakkan syariat Allah. Sebab, hanya Allah yang mampu memuliakan atau menghinakan. "Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang mampu memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." [Q.s.  Al Hajj:18]. Saudara Pembaca, jika seorang manusia tidak memiliki kemampuan untuk meninggikan atau merendahkan, bukankah aneh dan ganjil jika ia : Masih memelihara sikap ujub dan sombong di dalam dirinya? Mengapa ia sombong dan takabur? Kenapa ia tidak merendahkan dirinya di hadapan Allah yang Maha Tinggi? Mengapa ia meremehkan saudaranya? Mengapa ia menganggap dirinya serba bisa, padahal untuk mengobati sebuah luka di punggungnya, ia masih membutuhkan bantuan orang lain? Rasulullah bersabda di dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim, "Dan tidak ada seorang pun hamba yang mau tawadhu karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. Imam Ibnu Hazm bertutur dalam kalimat kalimat bijak, "Barangsiapa diserang oleh penyakit ujub, hendaknya ia segera merenungi aib-aib yang ada pada dirinya. Jika ia diserang penyakit ujub dengan merasa memiliki budi pekerti yang baik, hendaknya ia segera memeriksa kembali bentuk perilaku buruknya. Apabila ia tidak mampu menemukan di manakah letak perilaku perilaku buruknya, sampai akhirnya ia merasa tidak memiliki perilaku buruk, hendaknya ia menyadari jika musibah itu berlaku untuk selamanya. Berarti dia adalah manusia yang paling lengkap kekurangannya, aib yang ada pada dirinya terlalu besar, sementara sangat lemah tamyiznya (kemampuan untuk memilah dan memilih serta mengetahui aibnya)," (Mudaawaat hal 88l) Wahai hamba yang lemah, jika engkau tidak mampu menemukan di manakah aib dan kesalahan pada sendiri, maka ucapkanlah selamat tinggal untuk kelezatan taubat. Hamba yang cerdas adalah yang mampu menentukan secara rinci, di manakah letak aib aib dan kesalahannya. Sebab, setelah itu, ia berusaha untuk mencabutnya dari dalam dirinya. Wahai hamba yang lemah, tak perlu ujub dan tak usah sombong! Di dalam dirimu tersembunyi aib dan cacat yang tak terbilang. Jangan mudah menghinakan orang lain! Terimalah kebenaran dengan dada yang lapang Banyak-banyaklah merenungi firman Nya قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran:26) forest-mushrooms-nature-autumn by Pixabay Sumber : Qudwah Edisi 5 Vol 01 2013 Disalin oleh Happy Islam
7 tahun yang lalu
baca 4 menit

Tag Terkait