Sekitar tahun 2014 silam, seorang santri pernah melayangkan sebuah surat kecil untuk gurunya di pesantren.
Kala itu, ia merasakan kejenuhan. Ia tak tinggal diam dengan kejenuhan yang sedang menderanya.
Meski saat itu ia tergolong santri junior, kemampuan dan bakat menulisnya sudah mulai terlihat.
Ia pun mengambil secarik kertas dari bindernya. Rupanya, surat kecil itu berisikan suara hati yang tak berbunyi. Di surat kecil itu, ia mendeskripsikan antara keinginan, harapan, dan realita yang ia hadapi.
Judul: Aku Bukan Malaikat
Aku seorang santri, santri itu manusia biasa, ada rasa bosan dan lelah. Jangan paksa aku hal-hal yang tidak sewajarnya, jangan banyak larang aku dengan hal-hal yang sebenarnya boleh-boleh saja.
Dengarkan jeritan hatiku, deritaku selama ini, berat menghadapi gejolak hati. Jiwa muda penuh godaan dan rintangan menghadang tugas suci thalabul ilmi.
Pahami asaku, tak ingin diri ini terjerat sempit dalam luasnya dunia. Belajar dan belajar itulah tugasku, namun jangan halangiku sedikit melepas penat.
Aku manusia biasa, butuh hiburan dan perhatian, sebagai motivasi pembangkit semangat belajarku.
Diriku berjiwa muda, kobaran semangat yg selalu membara, tuntun diriku dengan pengalamanmu dalam menghadapi derasnya arus kehidupan dunia. Jangan biarkan kobaran semangatku padam karena kejenuhan dan kurangnya perhatian.
Jangan halangi diriku dari hobi kesukaanku, aku punya bakat dan tekad, terus dukung aku. Jangan kau biarkan bibit benih mati tanpa arti.
Thalabul ilmi memang tugas dan kewajibanku, tugas suci untuk kebaikan generasi penerus, karenanya kawal aku selalu berada di jalan yang lurus.
Hati ini akan bersikap sebagaimana disikapi, pilihlah jalan lemah lembut dan kasih sayang dalam mengingatkan kesalahanku.
Jagalah hatiku agar tetap lembut mudah menerima nasehatmu.
Bantu aku mewujudkan cita-cita untuk menjadi seorang yang berilmu dengan perhatian dan arahanmu, jangan biarkan hatiku menjerit dalam kepenatan, sesekali aku butuh hiburan.
Buatlah thalabul ilmiku menyenangkan dan tidak membosankan. Pahamilah, pahami inginku …
Lantas, sang guru yang baik hati itupun balik melayangkan sebuah surat balasan kepada sang santri. Beliau merupakan guru bahasa Indonesia yang sealu dikenangnya hingga saat ini.
Ia begitu senang dengan balasan guru yang pengertian. Sang guru juga berhasil membangung komunikasi 2 arah antara guru dengan murid.
Apalagi, guru tadi membalas surat kecil itu dari hati dan berbentuk puisi. Hingga kini, surat tersebut ia abadikan dan disimpan rapi-rapi. Surat itu berbunyi,
Zaman berubah musim berganti,
tantangan hidup telah menanti,
jalan yang panjang akan kau titi,
dengar nasehatku sepenuh hati.
Rukun pertama menuntut ilmu,
ikhlas hati untuk Rabbmu,
hormat dan selalu jaga sikapmu,
niscaya berkah mengiringimu.
Anakku baik anakku pintar,
rajinlah selalu engkau belajar,
ilmu dicari ibadah dikejar,
bergaul dirimu secara wajar.
Hatiku sedih kala kau gagal,
bagai ditindih tembok yang tebal,
tak mungkin karena engkau yang bebal,
ataupun karena buku yang tebal.
Kalaulah memang kami yang salah,
memohon kami kepada Allah,
diberi ampun tiada dicela,
atas mengajar diberi pahala.
Wahai anakku anakku tercinta,
kuhanya mampu menguntai kata,
pada Ilahi daku meminta,
moga dirimu capai cita-cita.
Kalaupun zaman sudah berubah,
tetaplah guru masih didamba,
ajarkan ilmu membentuk jiwa,
berbagi amanah dengan orangtua.
Tahukah engkau wahai anakku,
berkahnya ilmu ridho sang guru,
mintalah doa tulus dan haru,
agar mustajab doa diseru.
Pada Ilahi daku meminta,
bimbinglah muridku mencapai cita,
kasihi mereka sepenuh cinta,
jauhkan mereka dari derita.
Anak-anakku harapan kami,
dirimu bagai bunga bersemi,
harapan ayah harapan umi,
gantikan amanah kami di bumi.
Dalam belajar jangan menyerah,
kalau tak dapat janganlah jera,
tancapkan tekad semangat membara,
panas memancar bagaikan bara.
Cerita di atas merupakan kisah nyata tentang hubungan antara murid dan gurunya. Sang guru dengan sigap dan penuh kasih sayang memberikan perhatian kepada sang murid.
Ia membalas surat kecilnya dengan puisi yang benar-benar telah menyentuh hatinya. Sehingga, semangatnya kembali bangkit sebab surat balasan itu.
Mudah-mudahan Allah selalu memberikan perlindungan-Nya kepada guru dan murid tadi.